RUANG LINGKUP & OBJEK PENELITIAN RUANG LINGKUP & OBJEK PENELITIAN
PENDAHULUAN
Salah satu diantara Tri dharma perguruan tinggi adalah penelitian.
Penelitian dipandang sebagai kegiatan yang dilakukan secara sistematik untuk
menguji jawaban-jawaban sementara tentang permasalahan yang diteliti melalui
pengukuran yang cermat terhadap fakta-fakta secara emperis[1].
Tugas pokok perguruan tinggi adalah penggandaan masyarakat yang
berilmu dan peningkatan kemampuan keilmuan anggota masyarakat. Dengan demikian,
masalah keilmuan yang harus dicakup meliputi keseluruhan masalah bidang
keilmuan, oleh karena itu penelitian diperguruan tinggi harus juga mencakup
semua masalah keilmuan. Tentu saja dalam perguruan tinggi tertentu masalah
keilmuan yang menjadi arena penelitian akan ditentukan oleh cakupan bidang ilmu
yang menjadi bidang garapan perguruan tinggi saja, jelasnya cakupan masalah
penelitian diperguruan tinggi tertentu akan meliputi semua masalah keilmuan
yang menjadi perhatian dan bidang garapan perguruan tinggi yang bersangkutan
serta yang dapat ditopang oleh bidang-bidang ilmu perguruan tinggi tersebut[2].
Kajian kependidikan memiliki banyak persoalan yang belum dipecahkan,
perlu dilakukan penelitian mendalam terhadap kompleksitas dan ruang lingkup
kependidikan, kendati demikian, walaupun ruang lingkup masalah penelitian
sangat kompleks dan luas, namun usaha untuk mencari jawaban dari berbagai
prolematika pendidikan harus tetap digalakkan sehingga pembaharuan dan
pengembangan pendidikan dapat dilaksanakan dengan tuntas[3].
Dalam Tulisan ini akan dibahas ruang lingkup penelitian
pendididikan yang meliputi komponen-komponen pendidikan seperti interaksi
pendidikan, tujuan pendidikan, lingkungan pendidikan dan pergaulan pendidikan
serta objek penelitian kependidikan.
B.
RUANG LINGKUP PENELITIAN PENDIDIDIKAN
Penelitian
dalam bidang pendidikan banyak yang
lebih diarahkan pada aplikasi dari pada konsep dan teori. Penelitian demikian
ini dikelompokkan sebagai penelitian terapan (applied research).
Disamping itu, penelitian dalam bidang pendidikan
ini dilakukan untuk mengevaluasi pelaksanan atau keberhasilan suatu system
pendidikan, ketepatan penggunaan system
pendidikan, program, model, metode, media, instrumen,
dan sebagainya. Ruang lingkup dan kajian pendidikan, di
antaranya berupa komponen-komponen pendidikan yang meliputi:interaksi
pendidikan,tujuan pendidkan,lingkungan pendidkan dan pergaulan pendidkan .
1. KOMPONEN-KOMPONEN PENDIDIKAN
Sebagaimana telah dikemukakan di
atas, komponen-komponen proses pendidikan termasuk salah satu bidang kajian
dalam penelitian pendidikan. Berikut ini akan dibahas sejumlah
komponen-komponen pendidikan tersebut antara lain:
a. Interaksi Pendidikan.
Kegiatan
pendidikan diarahkan kepada pencapaian tujuan-tujuan tertentu yang disebut
tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan tersebut merupakan kegiatan mengoptimalkan
perkembangan potensi, kecakapan, dan karakteristik pribadi peserta didik.
Tujuan pendidikan minimal diarahkan kepada pencapaian empat sasaran, yaitu:
(1) pengembangan segi-segi
kepribadian, (2) pengembangan
kemampuan kemasyarakatan, (3) pengembangan
kemampuan melanjutkan studi,
dan (4) pengembangan kecakapan dan kesiapan untuk bekerja. Pendidikan
merupakan suatu kegiatan yang berintikan interaksi antara peserta didik dengan
para pendidik serta berbagai sumber pendidikan.
Interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber-sumber
pendidikan tersebut dapat berlangsung
dalam situasi pergaulan (pendidikan), pengajaran,
latihan, serta bimbingan. Situasi
pergaulan pendidikan tersebut biasa disebut pergaulan edukatif. Dalam pergaulan
antara peserta didik dengan para pendidik yang dikembangkan
terutama segi-segi afektif:
nilai-nilai, sikap, minat, motivasi,
disiplin diri, kebiasaan, dan
lain-lain.Interaksi edukatif yang
terjadi dalam proses pendidikan
atau proses pembelajaran
peserta didik sangat mempengaruhi proses pembelajaran untuk
menjapai tujuan yang diharapkan. Dalam konteks proses belajar mengajar,
interaksi edukatif ini ibarat jembatan bagi proses pembelajaran peserta didik.
pencapaian tujuan pendidikan, terutama pencapaian tujuan pembelajaran.[4]
b. Tujuan Pendidikan
Perbuatan mendidik diarahkan pada pencapaian tujuan-tujuan
tertentu, yaitu tujuan pendidikan. Tujuan-tujuan ini bisa menyangkut
kepentingan peserta didik sendiri, kepentingan masyarakat dan tuntutan lapangan
pekerjaan atau ketiga-tiganya,
yakni peserta didik, masyarakat dan
pekerja sekaligus.
Proses pendidikan terarah
pada peningkatan penguasaan pengetahuan, kemampuan, keterampilan, pengembangan sikap
dan nilai-nilai dalam
rangka pembentukan dan pengembangan diri peserta didik.
Pengembangan diri ini dibutuhkan, untuk menghadapi tugas-tugas dalam
kehidupannya sebagai pribadi, sebagai siswa, karyawan, professional maupun
warga masyarakat. Sasaran dan perbuatan pendidikan selalu normatif, selalu
terarah kepada yang baik.
Perbuatan pendidikan tidak mungkin dan tidak pernah diarahkan kepada
pencapaian tujuan-tujuan yang merugikan
atau bertentangan dengan kepentingan
peserta didik ataupun masyarakat.
Perbuatan pendidikan selalu diarahkan kepada kemaslahatan dan
kesejahteraan peserta didik dan masyarakat. Karena tujuannya
positif maka proses
pendidikannya juga harus
positif, konstruktif dan normatif. Tujuan yang normatif tidak mungkin
dapat dicapai dengan perbuatan yang tidak normatif pula. Oleh karena itu kepada
guru sebagai pendidik dituntut untuk selalu bersikap, berbuat, berperilaku, dan
berpenampilan sesuai dengan norma-norma[5]
c. Lingkungan Pendidikan
Proses pendidikan selalu
berlangsung dalam suatu lingkungan,
yaitu lingkungan pendidikan. Lingkungan ini mencakup lingkungan fisik, sosial,
politis, keagamaan, intelektual, dan nilai-nilai. Lingkungan fisik terdiri atas
lingkungan alam dan lingkungan buatan manusia, yang merupakan tempat dan
sekaligus memberikan dukungan kadang-kadang juga hambatan bagi berlangsungnya
proses pendidikan. Proses pendidikan mendapatkan dukungan dari lingkungan fisik
berupa sarana, prasarana serta fasilitas fisik dalam jenis dan kualitas yang
memadai, akan sangat
mendukung berlangsungnya proses
pendidikan yang efektif. Kekurangan
sarana, prasarana dan fasilitas fisik, akan menghambat proses pendidikan, dan
menghambat pencapaian hasil yang maksimal.
Lingkungan sosial budaya
merupakan lingkungan pergaulan
antar manusia. Di lingkungan ini
pendidik dan peserta didik serta orang-orang lainnya terlibat dalam
pendidikan terjadinya kumunikasi
dalam bentuk pergaulan pendidikan. Interaksi dalam proses
pendidikan maupun pembelajaran antara pihak yang terlibat di dalamnya, biasa
disebut interaksi pendidikan (interaksi edukatif) Interaksi edukatif
dapat disebut “jembatan”
dalam proses pendidikan
atau pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Interaksi pendidikan
dipengaruhi oleh karakteristik
pribadi dan corak pergaulan antar
orang-orang yang terlibat dalam interaksi tersebut, baik pihak peserta didik
(siswa) maupun para pendidik (guru) dan pihak lainnya. Karakteristik pribadi
misalnya, meliputi karakteristik fisik, seperti tinggi dan berat badan, nada
suara, roman muka, gerak-gerik, dan lain-lain., dan karakteristik psihis
seperti sifat sabar atau gampang marah (temperamental), sifat jujur, setia
(watak) dan lain-lain, serta kemampuan intelektual seperti jenius, cerdas,
bodoh dan lain-lain. Corak pergaulan
dalam berbagai latar keragaman sosial dan budaya masyarakat turut memberikan warna pergaualan dan dalam
melakukan pekerjaan atau kerja yang mempengaruhi sifat-sifat pribadi peserta
didik. Corak pergaulan yang bersahabat akan memberikan warna sifat-sifat
pribadi yang bersahabat.
sebaliknya corak pergaulan yang keras mendorong munculnya konflik
sosial, dan bahkan mempengaruhi sifat-sifat pribadi. Sebagai makhluk yang
berbudaya, manusia menciptakan budaya, hidup dan berkembang dalam lingkungan
budaya tertentu. Dalam suatu lingkungan masyarakat suatu daerah tertentu
memiliki budaya dengan nilai-nilai yang melekat dalam kehidupan pribadi atau
kelompok masyarakat tertentu, misalnya kelompok, etnis, sebagi kelompok sosial memiliki budaya tertentu
pula. Pola-pola perilaku, pergaulan maupun interaksi antara peserta didik
dengan pendidik serta sumber pendidikan lainnya dipengaruhi oleh jenis-jenis
budaya yang ada di lingkungannya.Selain lingkungan masyarakat dengan budayanya,
lingkungan intelektual sangat mempengaruhi pengembangan kemampuan peserta
didik. Lingkungan intelektual ini merupakan
kondisi dan iklim
sekitar yang mendorong
dan menunjang pengembangan kemampuan
berpikir. Lingkungan ini
mencakup perangkat lunak, seperti sistem dan program-program pengajaran,
perangkat keras seperti media dan sumber belajar, serta aktivitas-aktivitas
pengembangan dan penerapan kemampuan berpikir. Lingkungan pendidikan lain yang
turut mempengaruhi pengembangan kemampuan peserta didik, para pendidik dan atau
pelaku pendidikan yang terlibat dalam proses pendidikan adalah lingkungan
keagamaan. Lingkungan keagamaan adalah lingkungan yang terkait dengan pola-pola
kegiatan, perilaku manusia dalam melaksanakan kewajiban dan nilai-nilai
keagamaan. Sedangkan lingkungan lainnya adalah lingkungan yang turut menata kehidupan nilai bagi individu,
kelompok masyarakat, bangsa, yang disebut lingkungan nilai[6].
Yang termasuk lingkungan nilai misalnya, nilai kemasyarakatan,
ekonomi, sosial, politik, estetika, etika maupun nilai keagamaan yang hidup dan
dianut dalam suatu daerah atau kelompok tertentu. Lingkungan-lingkungan
tersebut akan memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap proses dan hasil
dari pendidikan. Interaksi
pendidikan dapat berlangsung
dalam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat
serta lingkungan-lingkungan kerja.
Keluarga seringkali disebut
sebagai lingkungan pertama dan utama, sebab dalam lingkungan inilah
pertama-tama anak mendapatkan pendidikan, bimbingan, asuhan, pembiasaan,dan
latihan. Keluarga merupakan masyarakat kecil, bukan hanya menjadi tempat anak
diasuh dan dibesarkan, tetapi juga tempat anak hidup dan dididik pertama kali.
Apa yang diperolehnya dalam kehidupan keluarga, akan menjadi dasar dan
dikembangkan pada kehidupan-kehidupan selanjutnya.
Keluarga merupakan masyarakat
kecil sebagai prototype masyarakat luas. Oleh karena itu, penyiapan pendidikan
bagi anak dalam keluarga ibarat “sumber air”, yang akan mengalir ke masyarakat.
Dari sumber air yang keruh akan mengalir air yang keruh, sebaliknya air dari
sumber yang jernih akan mengeluarkan air yang jernih.
Di antara aspek-aspek kehidupan,
sesungguhnya selalu ada
dalam keluarga, seperti aspek ekonomi, sosial, politik, keamanan,
kesehatan, agama, serta
pendidikan, yang menempati
kedudukan yang paling
sentral dalam kehidupan keluarga.
Hal ini diebabkan adanya kecenderungan yang sangat kuat pada manusia, bahwa
mereka ingin melestarikan keturunannya, dan hal ini dapat dicapai melalui
pendidikan. Dengan perkataan lain, cita-cita orangtua tentang anak-anak dan
cucunya direalisasikan melalui pendidikan.Lingkungan kedua setelah keluarga
adalah sekolah. Pendidikan di sekolah lebih bersifat formal, (sementara dalam keluarga
bersifat informal). Pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan yang diberikan di
sekolah, merupakan kelanjutan dari apa yang diberikan di dalam keluarga, tetapi
tingkatannya jauh lebih tinggi dan lebih kompleks, sesuai dengan tahap
penjenjangannya. Pengetahuan tersebut bersumber
dari disiplin-disiplin ilmu
atau
permasalahan-permasalahan yang
berkembang dalam maSyarakat.
yang bersumber dari
bidang-bidang ilmu pendidikan.
Selain dalam kedua
lingkungan tersebut di atas, peserta didik juga mendapat pengaruh dan
pendidikan dalam lingkungan masyarakat,
yang merupakan lingkungan ketiga. Dalam
masyarakat peserta didik menghadapi dan
mempelajari hal-hal yang lebih
nyata dan praktis,
terutama yang berkaitan erat
dengan problema-problemakehidupan.
Di masyarakat, para
peserta didik juga
dituntut dan berusaha menerapkan apa-apa yang telah mereka
peroleh dari keluarga dan sekolah, tetapi setelah selesai masa pendidikan, maka
mereka masuk ke masyarakat dengan status yang lain, yang menunjukkan tingkat
kedewasaan dan kemandirian yang lebih tinggi.
Dalam lingkungan masyarakat, pendidikanya lebih bersifat terbuka, artinya peserta
didik menjumpai berbagai
sumber dan bahan
belajar yang mencakup aspek-aspek
kehidupan. Bahan yang dipelajari
tersebut berasal dari sumber belajarnya secara langsung maupun melalui media
belajar yang ada dalamlingkungannya, baik media massa (media cetak dan media
elektronika). Dalam lingkungan
masyarakat, metode pembelajarannya mencakup
semua bentuk interaksi dan
komunikasi antar orang baik secara langsung atau tidak langsung, menggunakan
media cetak, ataupun elektronika.
d. Pergaulan Pendidikan
Pendidikan bisa berlangsung
dalam pergaulan hidup, dalam pergaulan ini para pendidik berusaha menjadi
contoh dan memberikan perlakuan-perlakuan yang bersifat mendidik, oleh karena
itu pergaulan ini disebut pergaulan pendidikan. Pergaulan pendidikan antara
peserta didik dengan pendidik dapat berlangsung dalam kegiatan sehari-hari,
dalam situasi pembelajaran, bimbingan dan latihan-latihan. Juga pergaulan
pendidikan bisa berlangsung antara orangtua dengan anak-anaknya dalam kehidupan
keluarga (pendidikan dan keluarga) dan antara orang dewasa dengan anak-anak
dalam kehidupan masyarakat (pendidikan dalam masyarakat).
Dalam pergaulan pendidikan proses pengembangan berlangsung secara
informal, alamiah, dan mungkin juga tidak disadari, walaupun dari sisi pendidik
seharusnya selalu disadari mengatakan bahwa proses pendidikan dalam situasi
pergaulan berlangsung melalui percontohan. Para pendidik dengan apa yang mereka
perlihatkan, katakan, perbuat, berikan. Pendidikan diberikan dengan “seluruh
penampilan pendidik”, dengan
seluruh hal yang
pendidik perlihatkan kepada para peserta didik, termasuk hal-hal kurang
baik atau tidak mendidik. Inilah yang disebut kesalahan mendidik. Seharusnya
dalam pergaulan pendidikan, para pendidik hanya memperlihatkan hal-hal positif,
yang ingintumbuh dan berkembang ada peserta didik, karena dalam pergaulan
pendidikan para pendidik menjadi model dan contoh dari konsep pendidikan yang
dianutnya.[7]
Disamping komponen pendidikan diatas,tyler merumuskan ruang lingkup
penelitian pendidikan antara lain:
1.
mata pelajaran
2.
pelajar.
3.
cara mengajar.
4.
guru.
5.
seklah sebagai lembaga sosial.
6.
lingkungan kelurga (lingkungan rumah tangga)
7.
lingkungan kawan sebaya (peer group)
8.lingkungan
masyarakat(community)[8]
Sedangkan Muhammad ali merumuskan bahwa ruang lingkup penelitian
pendidikan sebagai berikut:
1.
lingkup penelitian pada tingkat kebijakan pendidikan
a. perumusan kebijakan tentang pendidikan yang dilakukan oleh MPR
b. kebijkan presiden dan DPR tentang pendidikan.
c.kebijakan MENDIKNAS tentang pendidikan
d.kebijkan DIRJEN,gubernur,bupati,walikota,Diknas tentang pendidikan.
e. implementasi kebijkan pendidikan.
f.output dan outcome kebijakan pendidikan.
2.lingkup
penelitian pada tingkat manajerial
a.perencanaan
pendidikan pada tingkat
nasional,propinsi,kabupaten/kota dan
lembaga
b.organisasi
diknas,dinas propinsi,kabupaten /kota dan institusi pendidikan.
c.kepemimpinan
pendidikan.
d.bangunan
pendidikan,sarana dan prasarana pendidikan.
e.ekonomi
pendidikan
f.hubungan
kerja sama antar lembaga pendidikan
g.kordinasi
pendidikan dari pusat ke daerah
h.
SDM tenaga kependidikan
i.
Evaluasi pendidikan
j.
kearsipan, perpustakaan dan museum pendidikan
3. lingkup penelitian pada
tingkat oprasional
a. aspirasi masyarakat dalam memilih pendidikan
b. penmasaran lembaga pendidikan
c. system seleksi murid baru
d. kurikulum, silabi
e. tekhnologi pembelajaran
f. media pendidikan, buku ajar dll
g. penampilan mengajar guru
h. managemen kelas
i. system evaluasi belajar, system ujian akhir
j. kuantitas dan kualitas lulusan
k. unit produksi
l. perkembangan karir lulusan
m. pembiayaan pendidikan
n. profil pekerjaan dan tenaga kerja DUDI
o. kebutuhan masyarakat akan lulusan pendidikan[9].
C.
KARAKTERISTIK PENELITIAN PENDIDIKAN
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa cara mencari kebenaran yang
dipandang ilmiah adalah melalui metode penelitian. Cara tersebut memungkinkan
ditemukannya kebenaran yang obyektif, karena dibentengi dengan fakta-fakta
sebagai bukti tentang adanya sesuatu dan mengapa adanya demikian atau apa sebab
adanya demikian.Tujuan akhir suatu ilmu adalah mengembangkan dan menguji teori.
Suatu teori dapat menjelaskan dan meramalkan fenomena-fenomena alamiah. Dari
perilaku atau kegiatan-kegiatan terlepas yang dilakukan oleh siswa atau guru
umpamanya, peneliti dapat memberikan penjelasan umum tentang hubungan di antara
perilaku atau kegiatan pembelajaran. Tiap disiplin ilmu mempunyai cara
pencarian sendiri yang
sesuai dengan karakteristik
disiplin ilmunya.
Sains (pengetahuan
alam) umpamanya, banyak
menggunakan metode eksperimen, sedang antropologi
menggunakan metode kualitatif.
Pendidikan kebanyakan menggunakan
metode deskriptif, tetapi untuk hal-hal tertentu dapat menggunakan metode
eksperimen, penelitian tindakan, penelitian dan pengembangan, dan juga
kualitatif. Penelitian terhadap ilmu pendidikan mengkaji dasar-dasar,
teori-teori dan konsep-konsep, termasuk sejarah perkembanganya. Penelitian
dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan-metode kualitatif
maupun kuantitatif.
Pendekatan kuantitatif diarahkan
pada analisis dasar
filosofis, psikologis,
sosiologis-antropologis, serta konsep
dan analisis historis.
Dari penelitian demikian dapat
dihasilkan penguatan terhadap proposisi dan asumsi yang ada, dan atau menghasilkan
asumsi, proposisi dan hipotesis yang
baru. Penelitian penelitian yang
diarahkan pada perkembangan teori dan
konsep digolongkan sebagai penelitian dasar (basic reseach). Penelitian dapat
dilakukan dengan baik terhadap ilmu maupun terhadap praktik pendidikan.
Ada tujuh karakteristik
penelitian pendidikan menurut McMillan dan Schumacher (2001:11-13),
yaitu: (1) Objectivity (objektivitas); (2) Precision (ketepatan); (3) Verification (verifikasi); (4) Parsimonious
explanation (Penjelasan ringkas); (5) Empiricism (empiris); (6) Logical
reasoning (pendapat logis); dan (7) Conditional conclutions (kesimpulan
kondisional).[10]
Karakteristik penelitian pendidikan tersebut, secara singkat akan dijelaskan
sebagai berikut:
1.
Objektivitas.
Penelitian harus memiliki
objektivitas (objectivity) baik dalam karakteristik maupun
prosedurnya. Objektivitas dicapai
melalui keterbukaan, terhindar dari bias dan subjektivitas. Dalam
prosedurnya, penelitian menggunakan teknik
pengumpulan dan analisis
data yang memungkinkan dibuat
interpretasi yang dapat
dipertanggungjawabkan. Objektivitas juga menunjukkan kualitas data yang
dihasilkan dari prosedur yang digunakan, yang dikontrol dari bias dan
subjektivitas.
2.
Ketepatan.
Penelitian juga harus memiliki
tingkat ketepatan (precision), dalam
arti bahwa secara teknis, instrumen pengumpulan datanya harus memiliki
validitas dan realibilitas yang memadai, serta desain penelitian, pengambilan sampel
dan teknik analisisnya tepat. Dalam penelitian kualitatif, hasilnya dapat
diulang dan diperluas, dalam penelitian kualitatif memiliki sifat reflektif dan
tingkat komparasi yang konstan.
3.
Verifikasi.
Penelitian dapat diverifikasi, dalam
arti dikonfirmasikan, direvisi dan
diulang dengan cara
yang sama atau
berbeda. Verifikasi dalam penelitian kualitatif
berbeda dengan kuantitatif.
Penelitian kualitatif memberikan
interpretasi deskriptif, verifikasi
berupa perluasan,
pengembangan tetapi bukan
pengulangan. Verifikasi juga
bermakna memberikan sumbangan kepada ilmu atau studi lain.
4.
Penjelasan Ringkas.
Penelitian mencoba memberikan
penjelasan tentang hubungan antar fenomena dan menyederhanakannya menjadi
penjelasan yang ringkas. Tujuan akhir dari suatu penelitian adalah mereduksi
realita yang kompleks ke
dalam penjelasan yang
singkat. Dalam penelitian kuantitatif penjelasan singkat
tersebut berbentuk generalisasi, tetapi dalam penelitian kualitatif berbentuk
deskripsi tentang hal-hal yang essensial atau pokok.
5.
Empiris.
Penelitian ditandai oleh sikap dan
pendekatan empiris yang kuat. Secara
umum empiris berarti
berdasarkan pengalaman praktis.
Dalam penelitian empiris kesimpulan didasarkan atas kenyataan-kenyataan
yang diperoleh dengan menggunakan metode penelitian yang sistematik, bukan
berdasarkan pendapat atau kekuasaan. Sikap empiris umumnya menuntut
penghilangan pengalaman dan sikap pribadi. Kritis dalam penelitian berarti
membuat interpretasi berdasarkan pada kenyataan dan nalar yang didasarkan atas
kenyataan-kenyataan (evidensi). Evidensi adalah data yang diperoleh
dari penelitian, berdasarkan hasil analisis data tersebut
interpretasi dibuat.Angka, print out, catatan lapangan,
rekaman wawancara artifak
dan dokumen sejarah adalah sejumlah contoh data dalam penelitian.
6.
Penalaran Logis.
Semua kegiatan penelitian menuntut
penalaran logis. Penalarana merupakan proses berpikir, menggunakan
prinsip-prinsip logika deduktif dan induktif. Penalaran deduktif aalah
penarikan kesimpulan dari umum ke khusus. Dalam penalaran deduktif, bila
premisnya benar, maka kesimpulan
otomatis benar. Logika
deduktif dapat mengidentifikasi hubungan-hubungan baru dalam
pengetahuan (prinsip, kaidah) yang ada. Sementara itu, dalam penalaran
induktif, peneliti menarik kesimpulan berdasarkan hasil sejumlah pengamatan
kasus-kasus (individual, situasi, peristiwa), kemudian peneliti membuat
kesimpulan yang bersifat umum. Kesimpulan dibatasi oleh jumlah dan
karakteristik dari kasus yang diamati.[11]
7.
kesimpulan kondisional
Setiap
penelitian pada akhirnya memerlukan sebuah kesimpulan untuk memberikan gambaran
akhir tentang data yang diteliti sehingga pembaca dapat memahami dengan jelas
makksud dan tujuan dari penelitian yang dilakukan.
D.
OBJEK PENELITIAN PENDIDIKAN
Adapun masalah-masalah pendidikan yang potensial dapat
menjadi objek penelitian Adalah sebagai berikut:
1. komponen raw input (karakteristik
pribadi peserta didik, siswa, mahasiswa, seperti: kecerdasan, motivasi belajar,
kemampuan berkonsentrasi dalam belajar, kebiasaan belajar, dan sikap belajar).
2. komponen instrumental input (seperti
karakteristik pribadi guru, kurikulum dan sumber belajar).
3. environmental input (seperti
iklim lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, kelompok teman sebaya, kehidupan
beragama, fasilitas pembelajaran, dan kondisi kehidupan
social-ekonomi-politik).
4. komponen proses (seperti
kualitas interaksi guru-siswa, penerapan metode-metode pembelajaran, dan
pemanfaatan teknologi pendidikan dalam pembelajaran)[12].
5. komponen output (seperti
kualitas indek prestasi belajar, kualitas sikap dan prilaku dan
keterampilan/kecakapan).
Masalah penelitian dapat bersumber
dari hasil bacaan literature (buku, majalah, makalah), hasil seminar, hasil
penelitian orang lain (laporan penelitian, skripsi, tesis atau disertasi), dan
hasil pengamatan di lapangan (di lingkungan keluarga, sekolahkelas, dan
lingkungan masyarakat).
Layak tidaknya masalah itu diteliti,
pada umumnya ditinjau dari criteria:
a) bermanfaat bagi peningkatan mutu
pendidikan, khususnya proses dan hasil pembelajaran.
b) mengandung nilai-nilai keilmuan atau
pengetahuan ilmiah.
c) tersedianya data atau informasi di
lapangan.
d) datanya mudah diukur, diolah dan ditafsirkan.
e) peneliti memiliki kemampuan untuk
menelitinya
PENUTUP
Dari beberapa menu ulasan diatas,
penulis hendak mengambil kongklusi sebagai berikut:
1.
ruang lingkup penelitian kependidikan mencakup komponen-komponen
pendidikan yang meliputi intraksi pendidikan, tujuan pendidikan, lingkungan
pendidikan dan pergaulan pendidikan yang konten dari masing-masing komponen
tersebut bisa dijadikan arena penelitian dalam bidang pendidikan.
2.
Setiap penelitia tentu memiliki karakteristik tersendiri termasuk
dalam hal ini penelitian pendidikan menuru MC Millan dan Schumacehr bahwa
penelitan pendidikan memiliki tujuh karakteristik anatara lain: a) objectivity
(objektifivitas). b) precision (ketepataan). c) verivication (verifikasi).
d)parsimonious explanation (penjelasan ringkas) e) empiricism (empiris). F) logical
reasoning (pendapat logis) g) conditional conclution (kesimpulan kondisional)
3.
Masalah pendidikan yang potensial dijadikan objek penelitian antara
lain:a)komponen raw input yang meliputi karakteristik peserta
didik,karakteristik siswa dan karakteristik mahasiswa.b)komponen instrumental
input yang meliputi karakteristik pribadi guru,kurikulum dan sumber
belajar.c) environmental input yang meliputi iklim lingkungan
keluarga,lingkungan sekolah,kelompok teman sebaya,kehidupan beragama,fasilitas
pembelajaran, dan kondisi sosial ekonomi politik.d) komponen process
yang meliputi interaksi guru-siswa,penerapan metode pembelajaran dan
pemanfaatan teknologi pendidikan dalam pembelajaran.e) komponen output
yang meliputi kualitas indeks prestasi belajar,kualitas sikap/prilaku dan
kualitas kecakn/keterampilan.
DAFTAR PUSTAKA.
Ali, Muhammad, Penelitian kependidikan, prosedur dan
strategi, Bandung: Angkasa, 1993.
Amirman, I Ine, Yousda & Zainal Arifin, Penelitian &
Statistik Pendidkan, Jakarta:Bumi Aksara,1993.
Margono,S, Metodologi Penelitian Pendidikan,
Jakarta:Rineka Cipta,1997.
Rahman, Maman, Strategi Dan Langkah-Langkah
Penelitian Pendidikan, Semarang: Ikip Semarang Pers,1993.
Suharsimi Arikunto,Prosedur Penelitian Suatu Penedekatan
Praktek Jakarta :PT Rineka Cipta,1998
Sumanto,metodologi penelitian sosial & pendidikan,
Yogyakarta:Andi Offset,1990.