PARADIGMA PENELITIAN KEPENDIDIKAN
PENDAHULUAN
Istilah
penelitian dalam banyak kalangan dianggap bahwa itu hanya tugas para ilmuan
yang mempunyai gelar Doctor atau Profesor, padahal kenyataan yang sebenarnya
penelitian ini bisa dilakukan oleh siapa saja yang menginginkan sebuah kebenaran[1]. Penelitian
bukan hanya dilakukan dalam bidang ilmu tertentu saja, melainkan dilakukan
untuk mengembangkan seluruh aspek ilmu pengetahuan[2].
Dan kegiatan Penelitian pada hakekatnya merupakan suatu upaya untuk menemukan
sebuah kebenaran atau untuk lebih membenarkan (mendukung) terhadap kebenaran,
dan usaha untuk mengejar yang namanya kebenaran itu yang dilakukan oleh para
filosuf dan para peneliti maupun para praktisi keilmuan melalui beberapa
model-model tertentu yang kemudian model-model inilah yang biasanya kita kenal
dengan istilah paradigma.
Penelitian
pendidikan dilakukan pada hakekatnya adalah untuk mengetahui persoalan dan
permasalahan yang ada dalam sebuah pendidikan yang menuntut pemecahan demi
peningkatan mutu dan kualitas pendidikan kedepannya. Perkembangan dan pengembangan
ilmu pengetahuan mensyaratkan dan memutlakkan adanya kegiatan penelitian, tanpa
penelitian itu ilmu pengetahuan tidak dapat hidup.[3]
“Ilmu
itu bagaikan bangunan yang tersusun dari batu bata, atau atau unsur dasar
tersebut tidak pernah didapat dialam sekitar, lewat observasi ilmiyah batu-bata
sudah dikerjakan sehingga dapat dipakai, kemudian digolongkan menurut kelompok
tertentu, sehingga dapat dipergunakan[4]”.
Penelitian
merupakan suatu tugas, agar bangunan ilmu pengetahuan tidak kabur, tanpa adanya
struktur bangunan yang jelas, tanpa sistematik keilmuan yang bagus, atau tanpa
metode atau tujuan yang kacau Karena penelitian ini merupakan sebuah upaya
untuk menuntaskan permasalahan-permasalahan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan
dengan jalan menemukan fakta-fakta dan memberikan penafsiran yang benar atau
paling tidak akan mendekati kepada sebuah kebenaran.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Bogdan dan Biklen mendefinisikan
paradigma itu adalah kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang
bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan cara berfikir dan penelitian. Paradigma
merupkan pola atau model tentang bagaimana sesuatu distruktur (bagian dan
hubungannya) atau bagaimana bagian-bagiannya berfungsi (prilaku yang
didalamnya ada konteks khusus atau dimensi waktu)[5] paradigma
itu memberikan panduan bagi praktisi pendidikan tentang apa yang penting dan
masuk akal. Penelitian (research) dapat
diartikan sebagai upaya atau cara kerja yang sistematik untuk menjawab
permasalahan atau pertanyaan dengan jalan mengumpulkan data dan merumuskan
generalisasi berdasarkan data tersebut. Diartikan juga sebagai proses pemecahan
masalah dan menemukan serta mengembangkan batang tubuh pengetahuan yang
terorganisasikan melalui metode ilmiah.
Berdasarkan pengertian di atas, maka
penelitian pendidikan dapat diartikan sebagai proses yang sistematis untuk
memperoleh pengetahuan (to discover knowledge) dan pemecahan masalah (problem
solving) pendidikan melalui metode ilmiah, baik dalam pengumpulan maupun
analisis datanya, serta membuat rumusan generalisasi berdasarkan penafsiran
data tersebut.
Yang dimaksud dengan metode ilmiah di sini
adalah metode yang menggunakan prinsip-prinsip science, yaitu
sistematis, empiris dan objektif. Untuk memecahkan masalah dapat juga dilakukan
Pendekatan non-ilmiah, yaitu menggunakan cara-cara (a) dogmatis, berdasarkan
kepercayaan atau keyakinan tertentu; (b) intuitif, berdasarkan pengetahuan yang
diperoleh secara tidak disadari atau tidak dipikirkan terlebh dahulu; (c)
spekulatif, coba-coba, atau trial and error, cara terkaan,
untung-untungan, yang temuannya bersifat kebetulan; dan (d) otoritas ilmiah,
yaitu berdasarkan pendapat atau pemikiran logis para ahli dalam bidang
tertentu.
Selain pengertian diatas paradigma juga
disebut sebagai sebuah sistem kepercayaan dasar atas asumsi ontology, epistemology
dan metodologis. ada beberapa persoalan utamanya dalam kaitannya dengan
paradigma keilmuan, yaitu:
1.
Persoalan ontologis, apakah hakikat alam dan sifat dasar
kenyataan. Lalu apa yang dapat diketahui manusia tentang kenyataan.
2.
Persolan epiostemologis, berkenaan dengan hubungan antar
yang mengetahui (knower) dan yang diketahui (known), dan
bagaimanakah sesuatu itu dapat diketahui manusia.
3.
Persoalan metodologis, berkenaan dengan masalah bagaimanakah
peneliti dapat mengetahui sesuatu melalui penemuan dan kegiatan penelitian.
4.
Bagaimana sesuatu yang dapat diperoleh sebagi suatu kebenaran,
bagaiman kenyataan yang dipahami menjadi pengetahuan yang objektif, atau
kenyataan sebagai kebenaran.
atau bagaiman kenyataan yang dipahami menjadi pengetahuan yang objektif, atau kenyataan sebagi kebenaran yang terpercaya.
atau bagaiman kenyataan yang dipahami menjadi pengetahuan yang objektif, atau kenyataan sebagi kebenaran yang terpercaya.
Sehingga dalam
penelitian kependidikan dapat kita simpulkan bahwa ada 3 paradikma pendidikan
yang diantaranya adalah:
1.
Paradigma
Penelitian kwantitatif atau kita istilahkan dengan Positivistik.
2.
Paradigma
Penelitian Kwalitatif atau kita istilahkan dengan Post positivist
3.
Paradigma
Penelitian campuran yaitu campuran positivist dan post positivist
B.
Sejarah Penelitian Pendidikan
Penelitian pendidikan sebagai suatu disiplin ilmu yang tergolong
masih muda dan usianya masih kurang dari 100 tahunan baru pada sekitar abad ke
19 ilmu pendidikan mulai menggunakan metodologi imu, keterlambatan munculnya
pendidikan sebagai ilmu disebabkan oleh lambatnya kemajuan pengembangan
alat-alat pengamatan dan pengukuran, serta oleh peliknya gejala yang
diselidiki.
1.
Awal penelitian pendidikan
Pada awal 1897, Joseph M.Rice
yang dikenal sebagai perintis dalam gerakan penelitian pendidikan, menerbitkan
dua artikel yang melaporkan hasil penyelidikan tentang hasil belajar mengajar
anak-anak sekolah di Amerika serikat. Penelitian ini menunjukkan bahwa metode
pengajaran mengeja, yang menggunakan drill sebagian besar tidak efektif, disini
ia dan penentang-penentangnya menetapkan pada pentingnya penelitian dan
menyarankan kearah perbaikan pada system pendidikan tersebut[6].
2.
Periode perintisan 1900-1920
Para ahli pendidikan sepakat bahwa
tahun 1900 adalah saat dimulainya era ilmiah di bidang pendidikan. Periode tahun
1900 – 1920 adalah masa eksplorasi dan pengembangan alat pengukur yang diperluka
oleh para peneliti .Alfred Binet ,pada tahun 1905 ,menerbitkan skala kecerdasan
praktis yang dibutuhkan di negaranya pada saat itu.
Pada tahun 1920 telah didapat
diperoleh tes-tes individu dan kelompok untuk mengukur kecerdasan verbal amupun
non verbal penelitian manggunakan statistika mulai bermunculan yang mana studi
statistika yang pertamakali dilakukan oleh Thorndake pada tahun 1901 tentang
kemajuan anak-anak disekolah. Berkah penelitiannya maka norma-norma hsil
belajar bagi semua tingkatan kelas dapat ditetapkan, serta kemajuan anak-anak
berdasarkan norma-norma ini dapat dievaluasi.[7]
3.
Periode perluasan 1920-1945
Jumlah alat pengukur bagi para
peneliti bertambah pesat khususnya bagi para peneliti pendidikan diperguruan
tinggi, penelitian pendidikan ditetapkan sebagai suatu bidang studi, sebagai
mata kuliah wajib bagi para sarjana dibidang pendidikan.
Dengan dikembangkannya prosedur dan
tehnik penelitian, maka jumlah penelitianpun semakin banyak, eksperimentasi
menjadi semkain popular sehingga berakibat kepada banyaknya jurnal-jurnal yang
dirancang untuk menyebarkan hasil-hasil penelitian pendidikan sehingga
usaha-usaha untuk mengenbangkan penelitianpun semakin meluas.
4.
Periode penelitian secara kritis 1945 sampai sekarang
Pada sekitar tahun 1945 usaha-usaha
dilakukan re-evaluasi penelitian pendidikan berdasarkan perbaikan-perbaikan
yang diakibatkan oleh penelitian terhadap proses penelitian.
Adanya penelitian kritis sangat
memperkuat kedudukan penelitian dibidang pendidikan. Padahal pada ranah
sebelumnya banyak study dibidang pendidikan sangat lemah ketika ditinjau dari
segi desain dan metodologinya. Kini metode dan prosedur telah diperhalus dengan
tujuan untuk memperoleh informasi yang lebih dipercaya. Prosedur statistika
yang lebih sempurna telah memungkinkan pemecahan masalah pendidikan secara
lebih realistis, optimisme terhadap penggunaan penelitian untuk memecahkan
persoalan pendidikan telah tumbuh. Seiring dengan hal itu, optimisme diikuti
oleh sebuah kekecewaan karena seringkali pengetahuan yang diperoleh tidak
secara langsung dapat memecahkan masalah yang mendesak yang kini tampak menuju
kearah pandangan yang seimbang terhadap penelitian pendidikan.
Selain itu, penelitian dilihat
sebagai suatu kegiatan untuk memperkaya pengetahuan yang dapat mengakibatkan
terhadap prosedur dan lembaga pendidikan. Dilain pihak penelitan pendidikan
diharapkan dapat memecahkan masalah-masalah pendidikan namun disadari bahwa
penelitian terhadap pendidikan tidakah begitu dramatis seperti bidang
kedokteran atau medis yang bersifat lebih bertahap[8].
C.
Ruang lingkup penelitian kependidikan
Hasrat keingintahuan yang melekat pada diri manusia bisa
mengantarkan kepada persoalan-persoalan yang perlu dipecahkan, namun manusia
makin berusaha untuk memecahkan persoalan itu makan semakin banyak pula
persoalan yang belum bisa dipecahkan dan ini merupakan tantangan bagi peneliti.
Begitu juga dalam dunia pendidikan, masih banyak sekali persoalan
kependidikan yang belum bisa dipecahkan sehingga Tyler[9]
mengingatkan bahwa factor-faktor yang terlibat dalam penelitian kependidikan
dan merupakan peta ruang lingkup penelitian kependidikan yang diantaranya adalah:
1.
Mata pelajaran
2.
Pelajar (kegiatan dan intelegensi mereka)
3.
Cara mengajar
4.
Guru
5.
Sekolah sebagai lembaga sosial
6.
Lingkungan keluarga (lingkungan rumah tangga)
7.
Lingkungan kawan sebayanya (Peer Group)
8.
Lingkungan masyarakat (Community)[10].
Kendati demikian, ruang lingkup masalah penelitian ini sangat
komplek dan luas, namun usaha untuk mencari jawaban dari berbagai problematika
pendidikan ini harus tetap digalakkan sehingga pembaharuan dan pengembangan
pendidikan dapat dilaksanakan dengan tuntas.
D.
Tujuan dan Fungsi Penelitian Kependidikan
Efektif
dalam MBS. Contoh lainnya adalah penelitian yang menghasilkan suatu metode baru
pembelajaran matematika yang menyenangkan siswa.
Tujuan
Verifikatif, penelitian dilaksanakan untuk
menguji kebenaran dari sesuatu (ilmu pengetahuan) yang telah ada. Data
penelitian yang diperoleh digunakan untuk membuktikan adanya keraguan terhadap
infromasi atau ilmu pengetahuan tertentu. Misalnya, suatu penelitian dilakukan
untuk membuktian adanya pengaruh kecerdasan emosional terhadap gaya kepemimpinan.
Contoh lainnya adalah penelitian yang dilakukan untuk menguji efektivitas
metode pembelajaran yang telah dikembangkan di luar negeri jika diterapkan di
Indonesia.
Tujuan
Pengembangan, penelitian dilaksanakan untuk
mengembangkan sesuatu (ilmu pengetahuan) yang telah ada. Penelitian dilakukan
untuk mengembangkan atau memperdalam ilmu pegetahuan yang telah ada. Misalnya
penelitian tentang implementasi metode inquiry dalam pembelajaran IPS
yang sebelumnya telah digunakan dalam pembelajaran IPA.
Contoh
lainnya adalah penelitian tentang sistem penjaminan mutu (Quality Assurannce)
dalam organisasi/satuan pendidikan yang sebelumnya telah berhasil diterpakan
dalam organisasi bisnis/perusahaan. Tujuan
dalam penelitian memegang peranan yang sangat pentig, karena merupakan arah dan
sasaran yang harus dicapai, oleh karena itu tujuan penelitian harus dirumuskan
dengan jelas, tegas dan rinci dalam bentuk pernyataan-pernyataan (statement).
Pauline V.Young, dalam bukunya Sciencetific Sosial Surveys and
Reasearch mengemukakan bahwa tujuan umum penelitian adalah:
1.
Discover new facts or verify and test old facts. (menemukan fakta-fakta baru atau memverifikasi dan menguji fakta-fakta
lama)
2.
Analyze their sequences, interrelation ship, and causal
explanations wich derived within an appropriate theoretical frame of references. (meneliti urutan mereka, hubungan, dan yang penjelasan yang
menyebabkan telah diperoleh di dalam suatu kerangka acuan teoritis)
3.
Develop new scientific tools, consept, and theories which would
facilitate reliable and valid study of human behavior[11]. (mengembangkan perangkat ilmiah baru, consept, dan teori yang akan
memudahkan untuk mempelajari tingkah laku manusia yang dapat dipercaya.)
Sehingga berdasarkan pendapat diatas, maka dapat dikemukakan bahwa
tujuan umum dari penelitian pendidikan adalah untuk menemukan, mengembangkan,
dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, konsep, prinsip dan generalisasi
tentang pendidikan.
Menemukan berarti mencari sesuatu yang baru, sedangkan
mengembangkan berarti memperluas dan menggali lebih jauh tentang apa yang ada,
sedangkan menguji kebenaran dilakukan jika masih meragukan apa yang ada.
Sedangkan fungsi penelitian pendidikan menurut Ine Amir Yousda dan
zainal Arifin mengemukakan bahwa fungsi pendidikan mencakup dual yang
diantaranya adalah:
1.
Fungsi pengembangan ilmu
2.
Fungsi pemecahan masalah-masalah praktis[12].
Dan Tyler mengemukakan bahwa penelitian pendidikan itu mempunyai
lima fungsi yang diantaranya adalah:
1.
Menunjukkan isi dan cara mengajar serta mengorganisasikan dan
menjalankan sekolah
2.
Menilai program, prosedur dan bahan-bahan untuk menunjukkan hasil
pendidikan yang telah dicapai, biaya dalam ukuran waktu, usaha dan bahan-bahan,
dan keadaan hasil-hasil yang dicapai
3.
Membentuk suatu badan informasi tentang usaha pendidikan yang
bermanfaat dalam penyusunan kebijakan dan pengambilan keputusan
4.
Menyediakan pandangan, rangsangan dan penyuluhan yang berhasil
untuk pembaharuan pendidikan
5.
Mengembangkan teori yang lebih memadai dan sahih (valid)
tentang proses pendidikan serta pengoprasian usaha[13].
E.
Pendekatan dalam Penelitian Kependidikan
Dalam penelitian sebagaimana kita kenal terdapat dua jenis
pendekatan pokok yang diantaranya adalah pendekatan positivistic[14]
dan pendekatan naturalistic[15].
Dan kedua pendekatan tersebut dapat kita
uraikan sebagai berikut:
1.
Pendekatan positivistic
Teori ini memandang bahwa kenyataan
(realitas) sebagai suatu yang berdimensi tunggal, fragmental dan
cendrung bersifat tetap (Fixed), karena itu sebelum dilakukan penelitian
perlu dilakukan penyusunan rancangan yang terinci dan tidak berubah-ubah selama
penelitian berlangsung, peneliti dan objek yang diteliti terpisah satu sama
yang lain, karena itu proses penelitian dilakukan dari “luar” melalui
pengukuran-pengukuran dengan menggunakan bantuan cara atau alat-alat yang
objektif dan baku.
Objek penelitian yang dikaji lepas
dari konteks waktu dan situasi sehingga penelitian cendrung berlangsung dalam
setting/lingkungan buatan (artifisial) seperti dalam keadaan
laboraturium yang bersifat “antiseptic” dan hasil penelitian merupakan
generalisasi dan prediksi berdasarkan hasil pengukuran-pengukuran dan kebenaran
hasil yang diperoleh didukung oleh validitas cara atau alat yang digunakan. Penggunaan
pengukran ini desertai dengan analisis secara statistic dan didalam penelitian
mengimplikasikan bahwa penelitian ini menggunakan metode kuantitatif[16].
2.
Pendekatan naturalistic
Penelitian ini memandang bahwa
keadaan sebagai sesuatu yang berdimensi jamak, utuh atau merupakan kesatuan dan
berubah. Karena itu tidak mungkin disusun rancangan penelitian yang terinci dan
tetap sebelumnya, rancangan penelitian berkembang selama penelitian ini sedang
berlangsung.
Peneliti dan objek yang diteliti
saling berinteraksi dimana proses penelitian sedang dilakukan, dalam
pelaksanaannya peneliti juga berfungsisebagai alat penelitian yang tentunya
tidak bisa melepaskan diri sepenuhnya dari unsure subjectivitas, dengan kata
lain dalam penelitian ini tadak ada alat yang baku yang telah disiapkan
sebelumnya.
Hasil penelitian ini lebih merupakan
deskriptif da interpretasi yang bersifat tentative dalam konteks waktu dan
situasi tertentu, kebenaran dari hasil penelitian ini lebih banyak didukung
melalui kepercayaan (trusworthiness) berdasarkan konfiramasi hasil oleh
pihak-pihak yang diteliti. Sehingga dalam penelitian ini mengimplikasikan bahwa
metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif[17].
F.
Metode Penelitian Pendidikan
Dalam penelitian umum termasuk juga penelitian pendidikan kita
kenal dengan tiga jenis metode yang sering digunakan yang diantaranya adalah:
1.
Penelitian historis (Sejarah).
Metode historis ini dilakukan jika
peneliti ingin menjawab persoalan-persoalan tentang peristiwa atau perkembangan
yang terjadi dimasa lampau. Dan sumberdata yang digunakan dalam penelitian ini
digolongkan kedalam dua kelompok besar yaitu sumber primer dan sumber skunder.
Yang dimaksud dengan sumber primer
adalah sumber data yang berupa saksi “tangan pertama” maupun objek-objek nyata
peninggalan masa lampau seperti candi, istana, senjata dsb. Sedangkan
yang dimaksud dengan sumberskunder adalah sumberdata yang berupa informasi dari
pihak-pihak yang bukan merukan saksi
“tangan pertama” yang dapat diperoleh dari bahan-bahan seperti dokumen
tertulis, buku-buku dan lain sebagainya.
Dan untuk menjamin kebenaran
informasi yang ada, terutama yang terkandung dalam sumber skunder, perlu
diadakan external criticsm[18]
maupun internal criticsm[19].
2.
Penelitian Deskriptif
Penelitian ini dilakukan jika
peneliti ingin menjawab persoalan-persoalan fenomena yang ada sekarang. Ini
mencakup baik studi tentang fenomena sebagaimana adanya maupun pengkajian
hubungan antara berbagai vareabel dalam fenomena yang diteliti, dan pola
penelitian yang sering digunakan dalam penelitan deskripsi ini antara laian
adalah:
a.
Survie
b.
Case study
c.
Causal comparative
d.
Correlational
e.
Developmental, dsb.
3.
Penelitian ekperimental
Penelitian dengan menggunakan metode
ekperimental dilakukan jika peneliti ingin mengkaji sebab akibat dari suatu
peristiwa. Dan pola yang biasa digunakan dalam ekperimen ini antara lain: a).One-group
experiment, b).Control-goup experiment.
G.
Masalah-masalah Penelitian Kependidikan
Apabila
terjadi kesenjangan Antara harapan (sesuatu yang diinginkan, yang bersifat dassolen)
tentang sesuatu dengan kenyataan (dassein) Apabila cara-cara berpikir
yang berbeda enghasilkan kesimpulan-kesimpulan
yang berlawanan. Apabila terjadi peristiwa-peristiwa yang mengancam seperti
epidemic, banjir, longsor, dekadensi moral, dsb.
Adapun
masalah-masalah pendidikan yang potensial dapat menjadi objek penelitian adalah:
1. komponen raw input
(karakteristik
pribadi peserta didik, siswa, mahasiswa, seperti: kecerdasan, motivasi belajar,
kemampuan berkonsentrasi dalam belajar, kebiasaan belajar, dan sikap belajar).
2. komponen instrumental input
(seperti
karakteristik pribadi guru, kurikulum dan sumber belajar).
3. environmental input
(seperti
iklim lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, kelompok teman sebaya, kehidupan
beragama, fasilitas pembelajaran, dan kondisi kehidupan social-ekonomi-politik).
4. komponen proses
(seperti kualitas interaksi guru-siswa,
penerapan metode-metode pembelajaran, dan pemanfaatan teknologi pendidikan
dalam pembelajaran).
5. dan komponen output
(seperti
kualitas indek prestasi belajar, kualitas sikap dan prilaku dan
keterampilan/kecakapan). Masalah penelitian dapat bersumber dari hasil bacaan
literature (buku, majalah, makalah), hasil seminar, hasil penelitian orang lain
(laporan penelitian, skripsi, tesis atau disertasi), dan hasil pengamatan di
lapangan (di lingkungan keluarga, sekolahkelas, dan lingkungan masyarakat).
Layak atau tidaknya masalah itu untuk
diteliti, pada umumnya ditinjau dari criteria sebagai berikut:
1. bermanfaat bagi peningkatan mutu
pendidikan, khususnya proses dan hasil pembelajaran.
2. mengandung nilai-nilai keilmuan atau
pengetahuan ilmiah.
3. tersedianya data atau informasi di
lapangan.
4. datanya mudah diukur, diolah dan ditafsirkan,
dan
5. peneliti memiliki kemampuan untuk
menelitinya.
H.
Karakteristik Penelitian Kependidikan
Penelitia
kepndidikan itu jika ditinjau dari beberapa aspek dapat tergolong kedalam beberapa
karakteristik yang diantaranya adalah:
1. Penelitian merupakan Proses yang
Sistematik
Hal
ini dapat dilihat dari keteraturan, keruntunan dan keterkaitan antara komponen
yang satu dengan yang lainnya. Keteraturan seperti dalam penemuan masalah, penyusunan
rancangan penelitian, pengumpulan data, pengolahan data, dan penafsiran data.
2. Penelitian Bersifat Logis
Dalam
penelitian dituntut prosedur pembuatan kesimpulan yang cermat. Untuk itu
diperlukan kemampuan logika yang memadai.
3. Penelitian Bersifat Empirik
Penelitian
harus didasarkan kepada data (fenomena atau peristiwa) empirik, yang dapat
diamati (observeable).
4. Penelitian Bersifat Reduktif
Untuk
mengambil generalisasi, dalam penelitian perlu dilakukan reduksi ciri-ciri
khusus dari fakta atau hal-hal yang bersifat individual menjadi yang bersifat
umum. Reduksi diartikan juga sebagai proses menterjemahkan kenyataan ke dalam
konsep.
5. Penelitian Bersifat Replikatif
(dapat diulangi) dan Transmitable (dapat dialihkan)
Hasil
penelitian, pada umumnya dicatat secara lengkap, baik masalah, prosedur, maupun
hasilnya. Oleh karena itu, penelitian dapat dikaji ulang, baik oleh peneliti
yang sama maupun oleh peneliti yang lain.
6. Penelitian Bersifat Objetif
Maksudnya
adalah bahwa peneliti harus berusaha menghilangkan pengaruh subjektif
(prasangka, atau emosi pribadi) dalam mengambil kesimpulan atau generalisasi.
PENUTUP
Penelitian pendidikan dilakukan
adalah untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh dunia pendidikan yang
menuntut untuk diselesaikan dan di cari cara pemecahannya demi peningkatan mutu
dan kualitas pendidikan kedepannya. Penelitian merupakan suatu tugas, agar
bangunan ilmu pengetahuan yang dibangun itu memenuhi syarat ilmiyah seperti
keobjektif, metodologis, sistematis dan lain sebaginya.
Kaitannya dengan paradigma
penelitian kependidikan adalah paradigma disebut sebagai sebuah sistem
kepercayaan atas asumsi dasar ontology, epistemology dan metodologis.
Sehingga
dalam sebuah penelitian kependidikan dapat kita simpulkan terdapat tiaga
paradikma dalam penelitian pendidikan yang diantaranya adalah:
a.
Paradigma
Penelitian kwantitatif atau kita istilahkan dengan Positivistik.
b.
Paradigma
Penelitian Kwalitatif atau kita istilahkan dengan Post positivist
c.
Paradigma
Penelitian campuran yaitu campuran positivist dan post positivist
Dalam penelitian pendidikan secara
umum terdapat beberapa unsur yang diantaranya adalah: Mata pelajaran, Pelajar,
Cara mengajar, Guru, Sekolah sebagai lembaga sosial, Lingkungan keluarga, Lingkungan
kawan sebayanya, Lingkungan masyarakat.
Dalam
penelitian sebagaimana kita kenal terdapat dua jenis pendekatan pokok yang
diantaranya adalah pendekatan positivistic dan ini mengarah pada
pendekatan kuantitatif dan pendekatan naturalistic yang mengarah pada
pendekatan kualitatif. Sedangkan dalam penelitian pendidikan itu sendiri
terdapat beberapa jenis penelitian yang diantanya adalah: Penelitian historis,
dan Penelitian Deskriptif.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, suatu pendekatan
praktek Revisi IV, Jakarta: reneka Cipta,1998.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, suatu pendekatan
praktek Revisi VI, Jakarta: reneka Cipta,1998.
Bakker, Anton, Achmad Charris Zubair, Metodologi Penelitian
Filsafat, Yogyakarta:Penerbit Kanisius, 1990.
Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitai kualitatif; Edisi Revisi,
Bandung: PT Rosda Karya,2008.
Margono,S, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Reneka
Cipta,1997.
Rahman, Maman, Strategi dan langkah-langkah penelitian
pendidikan, Semarang, IKIP semarang pers, 1993.
I Amirman, Ine dan Zainal Arifin, Penelitian dan statistic
pendidikan, Bandung: Bumi Aksara, 1992.