Tinjauan Umum Filsafat Ilmu Signifikansi, Obyek, dan Ruang Lingkup Filsafat Ilmu


PENDAHULUAN


Dalam kehidupan sehari-hari kita sudah terbiasa memanfaatkan benda-benda disekeliling kita.Pernahkah kita memikirkan bagaimana kita memberi sebutan sesuatu dengan istilah tertentu.
            Dalam tradisi islam,kita juga mengenal banyak khazanah keilmuan.kaidah-kaidah ushuliyah di bidang kalam,fiqh,bahkan kebahasaan.pernahkan kita memikirkan bagaimana rancang bangun ilmu-ilmu tersebut.dalam sejarah pemikiran barat, para filsuf memikirkan realitas. maka seiring perkembangan ilmu,selama ini temuan-temuan berharga mewarnai setiap penggal sejarah.
            Seiring dengan maraknya kajian epistemologi,banyak para filsuf yang tertarik pada penyelidikan di bidang fisika alam.di tangan mereka inilah,ilmu fisika alam untuk memisahkan dari filsafat alam.jika ilmu alam merupakan tahapan baru dalam filsafat alam dalam membaca realitas alam maka filsafat ilmu sebenarnya tahapan baru dari epistermologi.
            Pola pikir saintifik yang digunakan ilmuwan fisika dalam melihat fenomena alam, secara serta merta di terapakan dalam melihat fenomena sosial.namun sebagaimana kritik dari ilmuwan sosial hal itu menimbulkan proses yang di sebut naturalisasi dinamika sosial masyarakat. Dalam makalah ini, akan dibahas sekelumit tentang Signifikansi, Obyek, dan Ruang Lingkup Filsafat Ilmu. 

PEMBAHASAN
A. Pengertian
Filsafat berasal dari kata Pilos (cinta), Sophos (kebijaksanaan), tahu dengan mendalam, hikmah. Filsafat menurut terminologi: ingin tahu dengan mendalam (cinta pada kebijaksanaan) Menurut Ciceros (106-43 SM), penulis Romawi orang yang pertama memakai kata-kata filsafat adalah Phytagoras (497 SM), sebagai reaksi terhadap cendikiawan pada masanya yang menamakan dirinya ”Ahli pengetahuan”, Phytagoras mengatakan bahwa pengetahuan dalam artinya yang lengkap tidak sesuai untuk manusia. tiap-tiap orang yang mengalami kesukaran-kesukaran dalam memperolehnya dan meskipun menghabiskan seluruh umurnya, namun ia tidak akan mencapai tepinya. Jadi pengetahuan adalah perkara yang kita cari dan kita ambil sebagian darinya tanpa mencakup keseluruhannya. Oleh karena itu, maka kita bukan ahli pengetahuan, melainkan pencari dan pencinta pengetahuan.[1]
Menurut Prof, I.R. PUDJAWIJATNA menerangkan juga ”Filo” artinya cinta dalam arti seluas-luasnya yaitu ingin dan karena ingin itu selalu berusaha mencapai yang diinginkannya. ”Sofia” artinya kebijaksanaan artinya pandai, mengerti dengan mendalam.[2] Syekh Mustafa abdurraziq, setelah meneliti pemakaian kata-kata filsafat dikalangan muslim, maka berkesimpulan bahwa kata-kata hikmah dan hakim dalam bahasa arab dipakai dalam arti ”filsafat dan filosof” dan sebaliknya, mereka mengatakan hukama-ul-islam atau Falasifatul-islam.[3]
Hikmah adalah perkara tertinggi yang bisa dicapai oleh manusia dengan melalui alat-alat tertentu, yaitu akal dan metode-metode berfikirnya. Allah berfirman : QS Albaqorah (2) :269 Allah memberikan hikmah kepada orang yang dikehendaki-Nya dan siapa yang diberikan hikmah, Maka ia telah diberi kebaikan yang banyak sekali Datangnya hikmah bukan dari penglihatan saja, tetapi juga dari penglihatan dan hati, atau dengan kata-kata lain , dengan mata hati dan pikiran yang tertuju kepada alam yang ada disekeling kita, banyak orang yang melihat tetapi tidak memperhatikan, karena itu Allah mengajak kita untuk melihat dan berfikir: QS. Adz- Dzariyat (51) 20-21 Allah berfirman :” Pada bumi ada tanda-tanda (kebesaran Tuhan ) bagi orang yang berfikir”.[4]
Konon orang pertama yang menggunakan akal secara serius adalah Thales (Bapak filsafat) gelar ini diterima karena ia mengajukan pertanyaan :”Apakah sebenarnya bahan alam semesta ini? Ia menjawab ”Air”.           
Orang yang berfilsafat dapat diumpamakan sebagai seseorang yang berpijak dibumi dan sedang tengadah ke bintang-bintang, ia ingin mengetahui hakikat dirinya dalam kesemestaan alam, Karakteristik berfikit filsafat yang pertama adalah menyeluruh, yang kedua mendasar.[5] Filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran atau rasio belaka. Berikut beberapa pendapat terkait Filsafat:
a. Menurut Harun Nasution filsafat adalah berfikir menurut tata tertib (logika) dengan bebas (tak terikat tradisi, dogma atau agama) dan dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar persoalan
b. Menurut Plato( 427-347 SM) filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada
c. Aristoteles (384-322 SM) yang merupakan murid Plato menyatakan filsafat menyelidiki sebab dan asas segala benda.
d. Marcus Tullius Cicero (106 – 43 SM) mengatakan bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang maha agung dan usaha untuk mencapainya.
e. Al Farabi (wafat 950 M) filsuf muslim terbesar sebelum Ibn Sina menyatakan filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam yang maujud dan bertujuan menyelidiki hakekatnya yang sebenarnya.
f. Immanuel kant (1724 – 1804) menyatakan bahwa filsafat adalah ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup didalamnya 4 persoalan : yaitu (1) apakah yang dapat kita ketahui (dijawab dengan Metafisika) ,(2) Apakah yang boleh kita kerjakan (dijawab dengan etika), (3) Sampai dimanakah pengharapan kita (dijawab dengan agama) (4) Apakah yang dinamakan manusia (dijawab dengan antropologi)
g. Harold H.Titus mengemukakan 4 pengertian filsafat. adalah :
1) satu sikap tentang hidup dan tentang alam semesta (Philosophy is an attitude toward life and the universe)
2) Filsafat adalah satu metode pemikiran reflektif dan penyelidikan Akliah (Philosophy is a method of reflective thinking and reasoned inquired)
3) Filsafat adalah satu perangkat masalah (Philosophy is a group of problems)
4) Filsafat ialah satu perangkat teori atau isi pikiran (Philosophy is a group of system of though).[6]
h. Al- Farabi mengatakan bahwa filsafat adalah mengetahui semua yang wujud karena ia wujud (al-ilm bil maujudat bimahiya maujudah). Tujuan terpenting mempelajari filsafat adalah mengetahui tuhan, bahwa ia esa, bahwa ia menjadi sebab yang aktif bagi semua yang ada , bahwa ia mengatur alam ini dengan kemurahan, kebijaksanaan dan keadilan-Nya, Seorang filosof atau al-hakim adalah orang yang mempunyai pengetahuan tentang zat yang ada dengan sendirinya (al-wajib lidzatihi), Wujud selain Allah , yaitu mahluk adalah wujud yang tidak sempurna.
i. Ikwanushafa bagi golongan ini, filsafat itu bertingkat-tingkat, pertama cinta kepada ilmu, kemudian mengetahui hakikat wujud-wujud, menurut kesanggupan manusia dan yang terakhir ialah berkata dan berbuat sesuai ilmu mengenai lapangan filsafat diketahui ada 4 yaitu matematika, logika, fisika dan ilmu ketuhanan. Sedang ilmu ketuhanan mempunyai bagian:1. mengenal Tuhan, 2 ilmu kerohanian yaitu malaikat, 3. ilmu kejiwaan 4. Ilmu politik (politik kenabian, politik pemerintahan, politik umum, politik khusus) 5. ilmu akherat.[7]
j. Ibnusina Pembagian filsafat bagi Ibnu sina pada pokoknya tidak berbeda dengan pembagian yang sebelumnya, filsafat teori dan filsafat amalan. Filsafat ketuhanan menurut Ibnu Sina adalah:
1. ilmu tentang turunnya wahyu dan mahluk-mahluk rohani yang membawa wahyu itu, dengan demikian pula bagaimana cara wahyu itu disampaikan, dari sesuatu yang bersifat rohani kepada sesuatu yang dapat dilihat dan didengar.
2. ilmu akherat (Ma’ad) antara lain memperkenalkan kepada kita bahwa manusia ini tidak dihidupkan lagi badannya, maka rohnya yang abadi itu akan mengalami siksa dan kesenangan.[8]
k. Al-Kindi Dikalangan kaum muslimin, orang yang pertama memberikan pengertian filsafat dan lapangannya adalah Al-kindi, ia membagi filsafat 3 bagian :
1.   Thibiyyat (ilmu fisika) sebagi sesuatu yang berbenda
2.   Al-ilm-urriyadli (matematika) terdiri dari ilmu hitung , tehnik, astronomi, dan musik, berhubungan dengan benda tapi punya wujud sendiri, dan yang tertinggi adalah,
3.    Ilm ur-Rububiyyah (ilmu ketuhanan)/ tidak berhubungan dengan benda sama sekali.
Filsafat ilmu Merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). Ilmu merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu. Meskipun secara metodologis ilmu tidak membedakan antara ilmu-ilmu alam dengan sosial namun permasalah-permasalahan teknis yang khas, maka filsafat ilmu itu sering dibagi menjadi filsafat ilmu alam dan filsafat ilmu sosial. Filsafat ilmu merupakan telaah secara filsafat yang ingin menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakekat ilmu seperti :
- Obyek mana yang ditelaah ilmu? Bagaimana wujud hakiki obyek? Apa hubungan obyek dengan tangkapan manusia (berfikir, merasa, mengindera (yang membuahkan pengetahuan).
- Bagaimana proses yang memungkinkan ditimba pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapat pengetahuan yang benar, Apa yang disebut kebenaran itu sendiri? Apa kriterianya? Cara dan tehnik sarana yang membantu kita mendapat pengetahuan yang berupa ilmu.
- Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan antara tehnik prosedural yang merupakan operasinal metode ilmiah dengan norma-norma moral/ profesional. [9]
Filsafat ilmu merupakan cabang ilmu filsafat yang hendak mengkaji ilmu dari sisi filsafat untuk memberi jawaban terhadap sejumlah pertanyaan yang mencakup apa itu ilmu (Ontologi), Bagaimana ilmu itu diperoleh (Epistemologi) dan untuk apa ilmu itu dilahirkan (Aksiologi). Filsafat ilmu mempersoalkan dan mengkaji segala persoalan yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan, fisik, dan metafisik. Filsafat ilmu memfokuskan pembahasan dalam metodologi ilmu pengetahuan . ilmu merupakan salah satu cara untuk mengetahui bagaimana budi manusia bekerja. ilmu pengetahuan merupakan karya budi manusia bekerja , karya budi logis dan imajinatif sekaligus
Motivasi timbulnya filsafat diantaranya adalah:
1. Dongeng, tahayul (mite) ada yang kritis ingin tahu kebenaran mite itu (jaman awal Yunani)
2. Keindahan Makrokosmos, ingin tahu rahasia alam. Ketakjuban sikap lahir dalam bentuk bertanya kebenaran atau pertanyaan menjadi serius dan penyelidikan yang (bukan sembarangan pertanyaan sistematis filosof Ultimate Question : contoh Thales ” what is the nature of the world stuff?” (-) water is the basic principle of the universe (+)
3. Penyebab timbulnya pertanyaan adalah kesangsian Sangsi (ragu): percaya, sangsi, tidak percaya pikiran akan bekerja pikiran membentur-bentur menggelisahkan (problema).[10]
Filsafat dapat dipelajari dengan 3 cara:
1.      Metoda sistematis (isi filsafat) :
-          Teori pengetahuan (isme-isme filsafat)
-          Teori hakikat (aliran-aliran filsafat)
-          Teori nilai
2.      Metoda Historis:
-          Tokoh dan periode filsafat (sejarah pemikiran)
-          Periode, babakan sejafah filsafat: ancient philosofy, medieval philosophy, modern philosophy.
3.      Metoda kritis: tingkat intensif, telah memiliki pengetahuan filsafat, pendekatan sistematis atau historis memahami isi , mengajukan kritik, menentang dukungan dengan pendapat sendiri atau filosof lain.

B. SIGNIFIKANSI FILSAFAT
Filsafat mencoba memadukan hasil-hasil dari berbagai sains yang berbeda ke dalam suatu pandangan dunia yang konsisten. Filosof cenderung untuk tidak menjadi spesialis, seperti ilmuwan. Ia menganalisis benda-benda atau masalah dengan suatu pandangan yang menyeluruh. Filsafat tertarik terhadap aspek-aspek kualitatif segala sesuatu, terutama berkaitan dengan makna dan nilai-nilainya. Filsafat menolak untuk mengabaikan setiap aspek yang otentik dari pengalaman manusia.
Kita sangat memerlukan suatu ilmu yang sifatnya memberikan pengarahan atau ilmu pengarahan. Dengan ilmu tersebut, manusia akan dibekali suatu kebijaksanaan yang di dalamnya memuat nilai-nilai kehidupan yang sangat diperlukan oleh umat manusia. Hanya ilmu filsafat yang dapat diharapkan mampu memberi manusia suatu integrasi dalam membantu mendekatkan manusia pada nilai-nilai kehidupan untuk mengenali mana yang pantas kita tolak, mana yang pantas kita terima, mana yang pantas kita ambil sehinga dapat memberikan makna kehidupan. Ada beberapa hal yang membuat filsafat penting bagi manusia yaitu:
1.         Dengan belajar filsafat diharapkan akan dapat menambah ilmu pengetahuan, karena dengan bertambahnya ilmu akan bertambah pula cakrawala pemikiran dan pangangan yang semakin luas.
2.         Dasar semua tindakan. Sesungguhnya filsafat di dalamnya memuat ide-ide itulah yang akan membawa mansuia ke arah suatu kemampuan utnuk merentang kesadarannya dalam segala tindakannya sehingga manusia akan dapat lebih hidup, lebih tanggap terhadap diri dan lingkungan, serta lebih sadar terhadap diri dan lingkungan.
3.         Dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kita semakin ditentang dengan kemajuan teknologi beserta dampak negatifnya, perubahan demikian cepatnya, pergeseran tata nilai, dan akhirnya kita akan semakin jauh dari tata nilai dan moral

C. OBYEK FILSAFAT
Objek adalah sesuatu yang menjadi pokok pembicaraan, dengan demikian objek merupakan sesuatu yang akan diamati, diteliti, dan dipelajari serta dibahas sebagai kajian inti. Obyek bisa diartikan juga dengan sesuatu yang dijadikan sasaran penyelidikan, seperti tubuh manusia adalah objek material ilmu kedokteran.
Filsafat sebagai proses berpikir yang sistematis juga memiliki objek material dan objek formal.

1. OBYEK MATERIAL FILSAFAT
Obyek Material ialah segala sesuatu yang menjadi masalah filsafat, segala sesuatu yang dimasalahkan oleh atau dalam filsafat.[11] Setiap objek material dari suatu disiplin ilmu pengetahuan bisa saja sama dengan objek material ilmu pengetahuan yang lain. Sehingga pembahasannya saling bertumpang tindih (convergency). Begitu juga dengan filasafat sebagai induk dari segala ilmu yang memiliki objek materialnya akal dan sekaligus juga berdialektika dengan budi dan rasa sebagai objek material berikutnya, senantiasa bertumpang tindih dengan ilmu-ilmu lain bahkan seluruh disiplin ilmu pengetahuan.
objek material bisa diartikan juga, obyek yang di jadikan sasaran menyelidiki oleh suatu ilmu, atau objek yang yang di pelajari oleh ilmu itu. Objek material filsafat illmu adalah pengetahuan itu sendiri, yaitu pengetahuan yang telah di susun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu, sehingga dapat di pertanggung jawabkan kebenarannya secara umum.
Objek material filsafat adalah segala yang ada. Segala yang ada mencakup ada yang tampak dan dan ada yang tidak tampak. material filsafat terdiri atas tiga bagian, yaitu yang ada dalam alam empiris,yang ada dalam pikiran, dan yang ada dalam kemungkinan adapun, objek formal,dan rasional adalah sudut pandang yang menyeluruh,radiakl,dan rasional tentang segala yang ada. Setelah berjalan beberapa lama kajian yang terkait dengan hal yang empiris semakain bercabang dan berkembang, sehingga menimbulkan spesialisasi dan menampakkan kegunaan yang peraktis.inilah peruses terbentuknya ilmu secara bersenambungan .Will Durant mengibaratkan filsafat bagaikan pasukan mariner yang merebut pantai untuk pendaratan pasukan infanteri.
Karena itu, filsafat oleh para filosofi disebut sebagai induk ilmu. Sebab,dari filsafat lah, ilmu-ilmu moderen dan konten pontemporer berkembang, sehingga manusia dapat menikmati ilmu dan sekaligus buahnya,yaitu teknologi.
Dalam taraf peralihan ini filsafat tidak mencakup keseluruhan,tetapi sudah menjadi sektoral. Contohnya, filsafat agama, filsafat hukum, dan filsafat ilmu adalah bagian dari perkembangan filsafat yang sudah menjadi sektoral dan terkotak dalam satu bidang tertentu.
Di sisilain, perkembangan ilmu yang sangat cepat tidak saja membuat ilmu semakin jauh dari induknya, tetapi juga mendaorong munculnya arogansi dan bahkan kompartementalisasi yang tidak sehat antara satu bidang ilmu dengan yang lain. Tugas filsafat di antaranya adalah menyatukan visi keilmuan itu sendiri agar tidak terjadi bentrokan antara berbagi kepentingan. Filsafat sepatutnya mengukuti alur filsafat, yaitu objek material yang didekati lewat pendekatan radiakal, menyeluruh dan rasional dan begitu juga sifat pendekatan spekulatif dalm filsafat sepatutnya merupakan bagian dari ilmu Namun ada Tiga persoalan pokok dalam objek material filsafat ilmu yaitu: 1) hakikat tuhan, (2) hakikat Alam dan 3) hakikat manusia.

2. OBYEK FORMAL FILSAFAT,
Objek formal adalah sudut pandang dari mana sang subjek menelaah objek materialnya. Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat (esensi) ilmu pengetahuan artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap problem mendasar ilmu pengetahuan, seperti apa hakikat ilmu pengetahuan, bagaimana cara memperoleh kebenaran ilmiah dan apa fingsi ilmu itu bagi manusia.
Objek formal ilmu filsafat adalah kebenaran, kebaikan, keindahan secara berdialektika. Filsafat yang memiliki unsur logika, etika dan estetika memiliki objek material yaitu akal untuk logika, budi untuk etika, dan rasa untuk estetika,[12] dapat dikaji oleh berbagai unsur penjabarannya, oleh karenanya menjadi objek material filsafat itu sendiri yaitu: akal menjadi objek material semua ilmu, budi menjadi objek material semua moral, dan rasa menjadi objek material semua seni secara universal, kemudian baru diberi nuansa pengolahan. Tetapi karena kebenaran itu sendiri, kebaikan itu sendiri, dan keindahan itu sendiri hanya dibahas secara khusus oleh filsafat, maka kebenaran, kebaikan dan keindahan menjadi objek formal filsafat, kendatipun ketiganya merupakan kata sifat dari objek materialnya.
Sebagai contoh kita lihat, bahwa bagaimanapun kekuasaan menjadi objek formal ilmu politik, pelayanan menjadi objek formal administrasi Negara, konstitusi menjadi objek formal ilmu Negara, dan objek formal tersebut yang membuat masing-masing disiplin ilmu menjadi berdiri sendiri, namun dapat dilihat bahwa kekuasaan yang dikaji adalah kebenaran kekuasaan, pelayanan yang dikaji adalah kebenaran pelayanan, konstitusi yang dikaji adalah kebenaran konstitusi.
Begitu juga untuk estetika, kendatipun objek formal dari tari adalah gerak, tetapi yang dimaksud adalah keindahan gerak, objek formal lagu adalah suara, yang dimaksud adalah keindahan suara, objek formal ukir adalah bentuk, yang dimaksud adalah keindahan bentuk, untuk itulah diatas, penulis lebuh memilih keindahan, kebenaran dan kebaikan sebagai objek formal logika, etika, dan estetika sebagai unsur-unsur filsafat. ialah usaha mencari keterangan secara radikal (sedalam dalamnya sampai keakarnya) tentang obyek materi filsafat. [13]

C.  Ruang Lingkup Filsafat Ilmu
Pada proses kelahiran ilmu-ilmu, filsafat ilmu mempunyai objek kajian yang cukup luas, mulai pengetahuan atau knowledge, sciences, natural sciences, social sciences, hingga humanities. Melihat luasnya cakupan istilah ilmu ini, para ahli membedakan antara filsafat umum dan filsafat khusus. Yang membahas secara filsafati terhadap ilmu-ilmu tertentu, misalnya filsafat ilmu alam, filsafat ilmu sejarah, filsafat ilmu bahasa, dan sebagainya.
Proses keilmuan pada jenis yang dimaksud adalah asumsi dasar, paradigma, dan kerangka teori. Ketiga ilmu inilah yang disebut filsafat ilmu atau filsafat keilmuan. Asumsi dasar proses keilmuan diidentifikasi oleh filsafat ilmu menjadi beberapa pemikiran, yang meliputi: rasionalisme, empirisme, kritisisme, dan intruvisionosme. Sedangkan paradigm keilmuan meliputi: positivism, postpositivisme, kontruktivisme, dan teori kritis.
Bidang garapan Filsafat Ilmu terutama diarahkan pada komponen‑komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu, yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu, apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah, yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan bagai­mana (yang) “Ada” itu (being Sein, het zijn). Paham monisme yang terpecah menjadi idealisme atau spiritualisme, Paham dua­lisme, pluralisme dengan berbagai nuansanya, merupakan paham ontologik yang pada akhimya menentukan pendapat bahkan ke­yakinan kita masing‑masing mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang kita cari. Terdiri atas :
1. Materialisme/naturalisme :hakikat benda adalah materi itu sendiri, rohani, jiwa, spirit muncul dari benda, Naturalisme tidak mengakui roh , jiwa tentu saja termasuk Tuhan
2. Idealisme : Hakikat benda adalah rohani, spirit. Alasan : nilai rohnya lebih tinggi dari badan, manusia tidak dapat memahami dirinya daripada dunia dirinya.
3. Dualisme : hakikat benda itu dua, materi dan imateri, materi bukan muncul dari roh, roh bukan muncul dari benda, sama-sama hakikatnya
 4. Skeptisisme
5. Agnotisme : manusia tidak dapat mengetahui hakikat benda.
Hasilnya adalah  : 1. Kosmologi, 2. Antropologi, 3. Theodicea, 4. Macam-macam filsafat
Epistemologi ilmu meliputi sumber, sarana, dan tatacara mengunakan sarana tersebut untuk mencapai pengetahuan (ilmiah). Perbedaan mengenal pilihan landasan ontologik akan dengan sendirinya mengakibatkan perbedaan dalam menentukan sarana yang akan kita pilih. Akal (Verstand), akal budi (Vernunft) pengalaman, atau komunikasi antara akal dan pengalaman, intuisi, merupakan sarana yang dimaksud dalam epistemologik, sehingga dikenal adanya model‑model epistemologik seperti: rasionalisme, empirisme, kritisisme atau rasionalisme kritis, positivisme, feno­menologi dengan berbagai variasinya. Ditunjukkan pula bagai­mana kelebihan dan kelemahan sesuatu model epistemologik be­serta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) itu seped teori ko­herensi, korespondesi, pragmatis, dan teori intersubjektif. Cara memperoleh pengetahuan logika dengan cara membentuk pengetahuan itu sendiri. Terdiri atas:
1.      Empirisme (John Locke 1632-1704)
2.      Rasionalisme (Rene Decartes 1596 – 1650)
3.      Positivisme (August Compte, 1798 – 1857)
4.      Intusionisme (Hendri Bergson, 1859 - 1941)
 Hasilnya adalah: 1. sains, 2. Filsafat Logika, 3. Latihan rasa (intuisi)
Akslologi llmu meliputi nilal‑nilal (values) yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau ke­nyataan sebagaimana kita jumpai dalam kehidupan kita yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasan simbolik atau pun fisik‑material. Lebih dari itu nilai‑nilai juga ditunjukkan oleh aksiologi ini sebagai suatu conditio sine qua non yang wajib dipatuhi dalam kegiatan kita, baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmu.[14] Terdiri dari:
1. Hedonisme: sesuatu dianggap baik jika mengandung kenikmatan bagimanusia (hedon)
2. Vitalisme: baik buruknya ditentukan oleh ada tidaknya kekuatan hidup yang dikandung obyek-obyek yang dinilai, manusia yang kuat, ulet, cerdas adalah manusia yang baik
3. Utilitarisme: Yang baik adalah yang berguna, jumlah kenikmatan- jumlah penderitaan = nilai perbuatan
4. Pragmatisme: Yang baik adalah yang berguna secara praktis dalam kehidupan, ukuran kebenaran suatu teori ialah kegunaan praktis teori itu, bukan dilihat secara teoritis.
Dalam perkembangannya Filsafat llmu juga mengarahkan pandangannya pada Strategi Pengembangan ilmu, yang menyangkut etik dan heuristik. Bahkan sampai pada dimensi ke­budayaan untuk menangkap tidak saja kegunaan atau keman­faatan ilmu, tetapi juga arti maknanya bagi kehidupan.
untuk memberikan gambaran singkat yang menyeluruh mengenai ruang lingkup, pemakalah dapat menyimpulkan bahwa:
1) Ruang lingkup filsafat ilmu adalah: Sifat dasar dan lingkupan filsafat ilmu dan hubungannya cabang-cabang ilmu lain. Perkembangan histories dari filsafat ilmu. Unsur-unsur usaha ilmiah. Gerakan-gerakan pemikiran ilmiah. Kedudukan filsafati dari teori ilmiah. Pentingnya pengetahuan ilmiah bagi bidang-bidang lain dari pengalaman-pengalaman soal manusia. Hubungan antara ilmu dengan pengetahuan humaniora.
2) Peran filsafat ilmu Menolong mendidik, membangun diri kita sendiri. Memberikan kebiasaan dan kepandaian untuk melihat dan memecahkan persoalan kehidupan sehari-hari. Memberikan pandangan yang luas. Melatih kita untuk berfikir mandiri hingga tidak bertaklid buta Memberikan dasar-dasar,baik untuk hidup kita sendiri maupun untuk ilmu pengetahuan dan lainnya. 3) Problem-problem filsafat ilmu secara general sebagai berikut: Epistemology tentang ilmu. Metafisis tentang ilmu. Metodology tentang ilmu. Logis tentang ilmu. Serta Etis tentang ilmu.
Beberapa manfaat mempelajari Filsafat: 1) Terlatih berfikir serius 2) Mampu memahami filsafat 3) Memungkinkan menjadi filosof. 4) menjadi warga negara yang baik.[15]

KESIMPULAN

Kata “filsafat” berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu dari kata “philos” dan “Shopia”. Philos artinya cinta yang sangat mendalan, dan sophia artinya kearifan atau kebijakan. Jadi arti filsafat secara harfiah adalah cinta yang sangat mendalam terhadapat kearifan atau kebijakan. Berfilsafat berarti berpikir, tetapi tidak semua berpikir dapat dikategorikan berfilsafat. Berpikir yang dikategorikan berfilsafat adalah apabila berpikir secara sistematis dan universal.
Berfikir merupakan subjek dari filsafat akan tetapi tidak semua berfikir berarti berfilsafat. Subjek filsafat adalah seseorang yang berfikir atau memikirkan hakekat sesuatu dengan sungguh-sungguh dan mendalam.
Objek filsafat dapat dibedakan atas 2 hal :
1.      Objek material adalah segala sesuatu atau realita, ada yang harus ada dan ada yang tidak harus ada.
2.      Objek formal adalah bersifat mengasaskan atau berprinsi dan oleh karena mengasas, maka filsafat itu mengkonstatis prinsip-prinsip kebenaran dan tidak kebenaran.
Pentingnya filsafat adalah sebagai berikut:
- Dengan berfilsafat kita lebih menjadi manusia, lebih mendidik dan membangun diri sendiri
- Dari pelajaran filsafat kita diharapkan menjadi orang yang dapat berpikir sendiri.
- Memberikan dasar-dasar pengetahuan kita, memberikan padangan yang sintesis pula sehingga seluruh pengetahuan kita merupakan kesatuan.
- Hidup kita dipimpin oleh pengetahuan kita. Sebab itu mengetahuikebenaran-kebenaran yang terdasar berarti mengetahui dasar-dasar hidup kita sendiri.


DAFTAR PUSTAKA

Hanafi Ahmad, Pengantar filsafat islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1990.
Anshari, Endang Saifuddin, Ilmu Filsafat dan Agama. Jakarta: Bina Ilmu, 1981
Suriasumantri, Jujun S, Filsafat ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka sinar Harapan, 1993.
Anwar, Ali dkk, Rangkuman Ilmu Perbandingan Agama Dan Filsafat, Bandung: Pustaka Setia, 2005.
Suhartono, Suparlan, Filsafat Ilmu Pengetahuan, Yogyakarta: Ar-Ruzz, 2005.
Saefullah, Djadja, Pengantar Filsafat, Bandung: PT. Refika Aditama, 2007.

Postingan terkait: