PENGUKURAN
RANAH PSIKOMOTORIK
PENDAHULUAN
Dalam pendidikan, ada tiga faktor yang terkait sangat erat satu sama
lain, yaitu tujuan, proses pembelajaran dan evaluasi. Tujuan menjadi titik
tolak dan acuan bagi proses pembelajaran dan evaluasi. Proses pembelajaran
menentukan apakah tujuan pendidikan tercapai atau tidak. Dan hanya dengan
evaluasi yang baik tujuan pendidikan dan pembelajaran dapat diketahui hasilnya.
Tujuan dan evaluasi pendidikan di tanah air sekarang ini, biasanya
mengikuti taksonomi atau ranah yang dikembangkan oleh B.S. Bloom. Menurut
taksonomi tersebut, tujuan pendidikan di klasifikasikan ke dalam tiga ranah, yaitu kognitif
(pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan). Namun
realitasnya, pendidikan di tanah air terjebak pada ranah kognitif baik dalam
tujuan, proses pembelajaran maupun evaluasinya. Hal ini mungkin disebabkan oleh
lemahnya pemahaman terhadap ranah afektif dan psikomotor, disamping
pengembangan alat ukur dan pengukuran terhadap hasil belajar dalam ke dua ranah
tersebut yang lebih rumit dan sulit dibandingkan dengan yang ada pada ranah
kognitif.
Oleh karena itu
dalam makalah ini akan dibahas tentang salah satu dari ranah tersebut, yaitu
pengukuran ranah psikomotor.[1]
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Ranah Psikomotor
Perkataan psikomotor berhubungan dengan kata “motor”,
sensory-motor atau perceptual-motor. Jadi ranah psikomotor berhubungan erat
dengan kerja otot sehingga menyebabkan geraknya tubuh atau bagian-bagiannya.
Yang termasuk dalam klasifikasi gerak disini mulai dari gerak yang paling
sederhana yaitu melipat kertas sampai dengan merakit suku cadang televisi serta computer.[2]
Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan
keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak
setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar
ranah psikomotor pertama kali dikemukakan oleh Simpson (1956) yang menyatakan
bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan
kemampuan bertindak individu.[3] Sehingga yang dimaksud dengan keterampilan
disini ialah kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot
(neuromuschular) yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah, seperti
menulis, mengetik, olah raga, dan sebagainya. Meskipun sifatnya motorik, namun
keterampilan itu memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran yang
tinggi.[4]
Jadi bisa dikatakan bahwa yang menjadi sasaran utama
psikomotor itu dapat digolongkan menjadi dua, yaitu 1) kemampuan otot lurik
atau 2) kemampuan untuk melakukan keterampilan khusus.[5]
Sehingga dapat disimpulkan bahwa keberhasilan
perkembangan ranah kognitif juga akan berdampak positif terhadap perkembangan
ranah psikomotor. Namun, kecakapan psikomotor tidak bisa terlepas dari
kecakapan ranah afektif. Jadi kecakapan psikomotor merupakan manifestasi dari
wawasan pengetahuan dan kesadaran serta mentalnya.[6]
C. Pengukuran Ranah Psikomotor
Pengukuran ranah psikomotorik dilakukan terhadap
hasil-hasil belajar yang berupa penampilan. Hal ini dapat dilihat dari dua hal;
1.
Kemampuan otot lurik,
sasaran kemampuan otot lurik menuntut siswa untuk menggunakan tubuhnya
melakukan kerja fisik dalam parameter
terinci tertentu (misalnya, waktu, berat dan jarak).
2.
Kemampuan melakukan
keterampilan khusus, sasaran kemampuan melakukan keterampilan khusus menuntut
siswa untuk memanfaatkan kemampuan otot lurik untuk melaksanakan proses fisik
tertentu.[7]
Untuk pengukuran yang terakhir ini harus diperinci
antara lain: cara memegang, cara meletakkan/menyelipkan kedalam ketiak atau
mulut, cara membaca angka, cara mengembalikan ke dalam tempatnya dan
sebagainya. Ini semua tergantung kehendak kita, asal tujuan pengukuran dapat
tercapai. [8]
Ada beberapa ahli yang menjelaskan cara pengukuran
hasil belajar psikomotor. Ryan (1980) Menjelaskan bahwa hasil belajar
keterampilan dapat diukur melalui:
1.
Pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku
peserta didik selama proses pembelajaran praktik berlangsung.
2.
Sesudah mengikuti
pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada peserta didik untuk
mengukur pengetahuan, keterampilan dan sikap.
3.
Beberapa waktu sesudah
pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya.[9]
Dibawah ini diberikan skema untuk mendapatkan
gambaran global tentang ranah psikomotorik:[10]
Kategori jenis perilaku Kemampuan internal Kata
kerja operasional
1. Persepsi Menafsirkan rangsangan, Peka terhadap
rangsangan, Mendiskriminasikan Memilih
Membedakan
Mempersiapkan
Menyisihkan
Menunjukkan
Mengidentifikasikan
Menghubungkan
2.
Kesiapan Berkonsentrasi
Menyiapkan diri (fisik dan mental)
Memulai
Mengawali
Bereaksi
Mempersiapkan
Memprakarsai
Menanggapi
Mempertunjukkan
3.
Gerakan Terbimbing
Meniru
contoh
Mempraktekkan
Memainkan
Mengikuti
Mengerjakan
Membuat
Mencoba
Memperlihatkan
Memasang
Membongkar
4. Gerakan Terbiasa Berketerampilan
Berpegang pada pola
Mengoprasikan
Membangun
Memasang
Membongkar
Memperbaiki
Melaksanakan
Mengerjakan
Menyusun
Menggunakan
Mengatur
Mendemonstrasikan
Memainkan
Menangani
5. Gerakan kompleks
Berketrampilan secara …..
Misalnya: lancar, luwes, supel, gesit, lincah.
6. Penyesuaian pola gerakan
Menyesuaikan diri
Bervariasi
Mengubah
Mengdaptasi
Mengatur kembali
Membuat variasi
7. Kreativitas
Menciptakan yang baru
Berinisiatif
Merancang
Menyusun
Menciptakan
Mendesain
Merancang bangun
Mereka-reka
Merekayasa
Mengkombinasikan
Mengatur
Merencanakan
Dari bagan diatas dapat diketahui bahwa domain
psikomotor meliputi hal-hal:
1.
Persepsi: menunjuk pada
proses kesadaran akan adanya perubahan setelah keaktifan: melihat, mendengar,
menyentuh, merasakan membau serta gerak dri urat syaraf kita dan lebih dekat
terhadap alat panca indra kita.
2.
Kesiapan: menunjuk langkah
lanjut setelah adanya persepsi kemampuan dalam membedakan, memilih menggunakan
neoromuscular yang tepat dalam membuat response. Yang menjadi tujuan dalam hal
kesiapan adalah; Kesiapan mental: memilih dan membuat sintesa. Kesiapan fisik:
dalam menyesuaikan kemampuan
neuromuscular. Kesiapan emosional dalam merespon menurut sikap yang tepat.
3.
Gerakan terbimbing: dengan
persepsi dan kesiapan diatas, mengembangkan kemampuan dalam aktifitas. Yang
menjadi tujuan dalam tahap ini adalah imitasi (meniru contoh); mempertunjukkan
sesuatu.
4.
Gerakan terbiasa: setelah
melewati pada tahapan gerakan terbimbing, maka akan mendapati pada gerakan
terbiasa pada satu keterampilan tertentu.Tujuan dalam tahap ini adalah mulai
muncul kecepatan dalam menggunakan waktu tertentu pada satu keterampilan
tertentu.
5.
Gerakan kompleks:
penggunaan sejumlah skill dalam aktifitas yang kompleks, meliputi sema gerakan
diatas.[11]
D. Teknik Pengukuran Aspek Psikomotor
Ada beberapa teknik yang bisa digunakan untuk menilai dan mengukur aspek psikimotor pada siswa, diantaranya:
1.
Evaluasi melalui portofolio
Evaluasi melalui portofolio adalah suatu usaha untuk memperoleh berbagai
informasi secara berkala, berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan
hasil pertumbuhan serta perkembangan wawasan pengetahuan, sikap dan
keterampilan siswa yang bersumber dari catatan dan dokumen pengalaman
belajarnya. Evaluasi melalui unjuk kerja (performance)
2.
Evaluasi melalui penugasan
(proyek)
Evaluasi melalui proyek dilakukan terhadap suatu penyelidikan yang
dilakukan siswa secara individu atau kelompok.
KESIMPULAN
Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan
bahwa Ranah psikomotor adalah ranah ranah yang berkaitan dengan keterampilan
(skill) setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu, dan berhubungan
erat dengan kerja otot sehingga menyebabkan geraknya tubuh atau
bagian-bagiannya dengan disertai koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran
yang tinggi.
Selanjutnya, Pengukuran ranah psikomotorik dilakukan
terhadap hasil-hasil belajar yang berupa penampilan, yang merupakan kelanjutan
dari hasil belajar kognitif dan afektif. Hal ini dapat dilihat dari dua hal;
Kemampuan otot lurik dan kemampuan melakukan keterampilan khusus.
Terdapat tujuh penting kategori jenis perilaku ranah
psikomotor, antara lain; persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan
terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan, kreativitas.
Ada beberapa teknik untuk mengevaluasi aspek
psikimotor, diantaranya; evaluasi melalui portofolio, evaluasi melalui
performance, evaluasi melalui penugasan (proyek)
DAFTAR
PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta:
Bumi Aksara. 1993.
Cangelosi, James S., Merancang Tes untuk Menilai Prestasi siswa,
terj: Lilian D. Tedjasudhana, Bandung: ITB. 1995.
DEPDIKNAS, Pengembangan Perangkat Penilaian Psikomotor. 2008.
Mudjijo, Tes hasil Belajar, Jakarta: Bumi aksara, 1995.
Roestiyah N.K., Masalah-masalah ilmu keguruan, Jakarta: Bina
Aksara. 1982.
Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Raja
Grafindo. 1996.
Sutrisno, Revolusi Pendidikan di Indonesia Membedah Metode dan Teknik
Pendidikan Berbasis Kompetensi, Yogyakarta: Ar-Ruzz. 2005.
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan: Suatu Pendekatan Baru,
Bandung: Remaja Rosdakarya. 1995.