Islam sebagai agama rohmatan
Lil’alamin yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw mengandung sebuah misi dakwah
yang harus disebarkan kepada seluruh manusia. Ini terbukti dengan adanya sebuah
peradaban dan sejarah yang cemerlang dimasa lalu. Kita dapat melihat bagaimana
perjuangan Nabi Muhammad Saw dan para sahabatnya dalam melakukan perluasan
wilayah yang begitu hebat dalam penyebaran agama islam.
Diantara perluasan wilayah yang pernah
ditaklukan dan diislamisasikan oleh Islam adalah kawasan Asia Selatan,
Negara-negara yang termasuk kedalam kawasan ini adalah India, Pakistan,
Banglades, Srilangka, dan Maladewa. Islam diperkenalkan diwilayah ini dalam
bentuk sebuah peradaban yang telah berkembang yang diwarnai dengan budaya
pertanian, perdagangan dan keagamaan yang terorganisir secara mapan. Karena wilayah
ini terdiri dari berbagai macam ras, keturunan, dan golongan sehingga
mengakibatkan wilayah ini mudah untuk dikuasai oleh kekuatan dari luar[1].
Adapun dalam makalah ini yang akan
dibahas hanya wilayah atau Negara India dan Pakistan dari segi keadaan atau kultur sebelum
datangnya islam, proses masuknya islam ke wilayah ini, serta pemerintahan islam
yang pernah berkuasa diwilayah ini dengan kemajuan yang diraih beserta masa
mundurnya kekuasaan islam.
A.
Awal Islam di
Asia Selatan
Sejak zaman Nabi Muhammad saw, di Asia selatan tempatnya
di India telah memikiki sejumlah pelabuhan besar sehingga terjadi interaksi
antara india dengan muslim di arab. Oleh karena itu perdagangan dan dakwah
menyatu dalam satu kegiatan sehingga raja Kadangalur dan Cheraman
Perumal masuk islam dan mengganti namanya menjadi tajudin.[2]
Pada zaman Umar Ibnu Al-Khottob, Mughirah berusaha menaklukan Sin (India) tapi
usahanya gagal (643-644 M). Pada zaman Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib
dikirim utusan untuk mempelajari adat istiadat dan jalan-jalan menuju Asia
Selatan (India).[3]
Pada zaman Muawiyah I, Muhammad Ibnu Qasim berhasil menaklukan dan diangkat
menjadi Amir Sind dan Punjab. Kepemimpinan di Sin dan Punjab dipegang oleh
Muhammad Ibn Qasim setelah ia berhasil memadamkan perampokan-perampokan
terhadap umat islam disana. Karena pertikaian internal antara Hajjaj dan
sulaeman dinasti ini melemah, dan ketika dalam keadaan melemah, dinasti ini
ditaklukan oleh dinasti Gazni.[4]
Pada masa pemerintahan Al-Ma’mun (Khalifah dinasti Bani
Abbas) telah dilakukan penaklukan kewilayah Asia Selatan, dengan diangkatnya
sejumlah amir untuk memimpin daerah-daerah. Diantara yang dipercaya untuk
menjadi amir adalah Asad Ibn Saman untuk daerah Transixiana. Ia diangkat
menjadi amir setelah berhasil membantu khalifah bani Abbas dalam menaklukan
dinasti safari yang berpusat di Khurasan.[5]
Dinasti Saman (874-999 M) mengangkat Aliptigin menjadi
amir di Khurasan. Aliptigin kemudian digantikan oleh anaknya Ishak. Ishak
dikudeta oleh baligtigin; baligtigin diganti oleh Firri dan firri dijatuhkan
oleh Subuktigin. Subuktigin menguasai Gazna dan kemudian mendirikan dinasti
Gaznawi (963-1191 M). Dinasti Gaznawi ditaklukan oleh dinasti Guri (1191 M).
setelah meninggal, Muhammad Guri diganti oleh panglimanya, Quthbuddin Aibek
(karena Muhammad Guri tidak memiliki anak laki-laki). Quthbuddin Aibek adalah
budak yang sudah dibebaskan oleh Muhammad Guri dan ia menjadi sultan sejak
tahun 1206 M, Sejak itu berdirilah kesultanan delhi (India). Kesultanan delhi
terdiri atas : (a). dinasti Mamluk di delhi (1206-1290 M); (b) dinasti Khalji
(1290-1320 M); (c) dinasti Tughkuq (1320-1414 M); (d) dinasti Sayyed (1414-1451
M) dan (e) dinasti Lodi (1451-1526 M).[6]
Selain
itu juga Islam datang ke Asia Selatan sebelum invasi Muslim India . Islamic influence first came to
be felt in the early 7th century with the advent of Arab traders. pengaruh
Islam pertama kali datang ke Asia Selatan terasa di awal abad ke-7 dengan
munculnya pedagang Arab. Trade relations between Arabia and the subcontinent are very ancient. Arab traders used to
visit the Malabar region , which was a link between them and
ports of South East Asia , to trade even before Islam had been
established in Arabia.Para pedagang Arab yang datang ke Asia Selatan digunakan
untuk mengunjungi daerah di Malabar, yang merupakan suatu daerah yang
menghubungan antara mereka dengan pelabuhan di Asia Tenggara. Menurut Elliot dan Dowson dalam buku mereka The History of India yang
diceritakan oleh sejarawan sendiri ,mereka datang dengan menggunakan kapal pertama yang
membawa wisatawan Muslim terlihat di pantai India sejak 630 M. HG Rawlinson, in
his book: Ancient and Medieval History of India claims the first Arab Muslims settled on the Indian coast in the
last part of the 7th century AD. HG Rawlinson, dalam bukunya: Abad
Pertengahan Kuno dan India ia mengatakan bahwa yang pertama orang Arab Muslim tinggal di pantai India di bagian
terakhir dari abad ke-7 Masehi. Shaykh Zainuddin Makhdum’s “Tuhfat
al-Mujahidin” also is a reliable work. This fact is corroborated, by J.
Sturrock in his South Kanara and Madras Districts Manuals, and also by
Haridas Bhattacharya in Cultural Heritage of India Vol. J. Sturrock
dalam bukunya Kanara Selatan dan Distrik Madras Manuals. itu dengan
munculnya orang-orang Arab Islam yang menjadi kekuatan budaya terkemuka di
dunia. The Arab merchants and traders became the carriers of the new
religion and they propagated it wherever they went. Para pedagang Arab dan
pedagang menjadi pembawa agama baru dan mereka menyebarkan itu kemana pun
mereka pergi.
Asia Selatan mencangkup India, Pakistan dan Bangladesh
yang luasnya kira-kira 2.075 mil dari utara keselatan dan 2.120 mil dari timur
kebarat. Disebelah utara, wilayah ini berbatasan dengan wilayah Tibet (Cina)
dan Afganistan; sedangkan disebelah selatan berbatasan dengan laut samudra
Indonesia; disebelah timur berbatasan dengan Burma dan di sebelah barat
berbatasan dengan Persia (Iran).[7]
Perekonomian mereka berdasarkan pada kombinasi antara penanaman hasil
padi-padian di ladang yang berpetak yang kebanyakan teririgasi dan dibajak
dengan menggunakan sapi jantan serta pembiakan lembu jantan, kerbau, domba,
kambing dan keledai.
Pusat-Pusat Penyebaran Islam di Asia Selatan, Di antara wilayah yang pernah ditaklukkan oleh Islam
adalah kawasan Asia Selatan, khususnya India, Pakistan, Bangladesh, Srilangka, Islam
diperkenalkan dalam bentuk sebuah peradaban yang telah berkembang yang diwarnai
dengan budaya keagamaan yang terorganisir secara mapan. Sementara itu keagamaan
di asia selatan diwarnai dengan sistem kasta, Hinduisme Brahmanik, dan
keyakinan Budha, dan diwarnai dengan dominasi elite Rajput dan elite politik
Hindu lainnya.[8]
Islam bukan kekuatan pertama yang dapat menguasai wilayah ini, tetapi dengan
berkuasanya Islam di wilayah tersebut selama tiga abad lamanya, Islam mampu
memberikan kontribusi bagi kebudayaan setempat. Karena wilayah ini terdiri dari
berbagai macam ras, keturunan, dan golongan sehingga mengakibatkan wilayah ini
mudah untuk dikuasai oleh kekuatan dari luar, diantaranya Islam.[9]
Diantara Negara-negara yang pernah
ditaklukan oleh Islam diantaranya adalah :
B.
Negara India
Nama India ini terambil dari pada nama sungai Sindi, satu
diantara sungai-sungai yang besar di benua india, yang sekarang ini pemerintah
di sana berusaha hendak mengembalikannya kepada namanya yang asli, yaitu
Bharat. Lantaran itu maka disebut juga dia Sind. Dan sind telah pula menjadi
nama daerah tempat kedudukan pusat Negara Pakistan sekarang ini : Karachi.
Kaum muslimin mengenal daerah ini dengan sebutan Sind
sejak 711M, tepatnya ketika panglima Umayyah, Muhammad bin Qasim menyerbu
wilayah ini. Selama tiga tahun pemerintahan Umayyah menduduki wilayah ini,
yakni daerah Indus bawah tepatnya pada masa khalifah Al-Walid.[10]
Pada masa ini Islam belum sepenuhnya menguasai wilayah-wilayah penting karena
fokus khalifah yang berpusat di Damaskus masih terbagi-bagi di wilayah Asia
tengah, Afrika Utara sampai Spanyol. Sekitar tahun 750M pada masa kekuasaan
Abbasiyah juga terjadi langkah yang sama, namun khalifah tidak memberikan
dukungan sepenuhnya untuk mengembangkan wilayah kekuasaan di wilayah ini. Hal
ini dikarenakan Abbasiyah lebih senang terfokus untuk membina kekuatan sosial
budaya di dalam. Baru ketika Abbasiyah mulai memasukkan orang-orang Turki masuk
dalam elit kekuasaannya, mereka diberi tugas penting tersebut. Orang Turki yang
diberikan kewenangan untuk menaklukkan wilayah Asia Selatan khususnya India
adalah Mahmud Ghazna.[11]
Dari sinilah kemudian Islam mulai muncul menjadi penguasa
India dengan berkuasanya dinasti-dinasti secara bergantian, Mmasyarakat India
saat islam memasuki wilayah ini, menunjukan indikasi yang sangat sulit bagi
proses Islamisasi. Ini menunjukan bahwa betapa kuatnya pengaruh dan dominasi
kultural yang telah dibentuk oleh pendahulu dan penguasanya dalam menciptakan
idiologi keagamaan dan sentiment kulturnya. Melihat kondisi ini, seorang
sejarawan muslim terkemuka yaitu Al-Biruni (wafat tahun 1048 M di Ghazna,
Afganistan) ia mengemukakan bahwa ada lima hal penting yang menjadi titik
perhatian dan sekaligus menjadi ciri khas masyarakat India dalam menolak
sesuatu yang datang dari luar, yaitu Bahasa,
Tradisi keagamaan, adat istiadat, fanatisme (kebencian terhadap orang asing), dan keangkuhan dalam kebudayaan.[12]
1.
Pendirian
Dinasti Mughal
Ibrahim Lodi (cucu sultan Lodi), sultan Delhi terakhir
memenjarakan sejumlah bangsawan yang menentangnya. Hal itu memicu pertempuran
antara Ibrahim Lodi dengan Zahirudin Babur (cucu timur Lenk) di Panipazh (1526
M). Ibrahim Lodi terbunuh dan kekuasannya berpindah ke tangan Zahirudin babur;
sejak itulah berdiri dinasti Mughal di India, dan Delhi dijadikan ibu kota.[13]
Setelah meninggal, Zaharudin Babur di gantikan oleh anaknya, Nashirudin Humayun
(1530-1556 M); dan Nashirudin Humayun diganti lagi oleh anaknya Akbar Khan
(1556-1605 M). pada zamannya, dinasti Mughal mencapai puncak kejayaan.[14]
2.
Konflik
Internal dan Kemunduran Dinasti Mughal
Akbar Khan menjalankan pemerintahan bersifat
militeristik. Pemerintah pusat dipimpin oleh raja; pemerintah daerah dipimpin
oleh kepala komandan (Sipah Salar); dan pemerintahan di sub daerah dipimpin
oleh seorang komandan (Faudzan).[15]
Akbar menerapkan system politik Sulh e-kul (toleransi universal), yaitu
pandangan yang menyatakan bahwa derajat semua penduduk adalah sama. Di samping
itu, akbar pun membentuk Din Ilahi (upaya untuk membangun toleransi
beragama diindia) dan akbar juga mendirikan Mansabdhari (lembaga pelayanan umum
yang berkewajiban menyiapkan segala urusan kerajaan, termasuk menyiapkan
sejumlah pasukan.
Setelah meninggal, akbar diganti oleh anaknya yaitu
Jahangir (1605-1627 M). Jahangir dijatuhkan oleh anaknya yaitu Shah Jehan
(1627-1658 M). Shah Jehan ditangkap oleh anaknya yaitu Aurangzeb, setelah
ditangkap Shah jehan di dipenjara dibawah tanah. Akhirnya terjadilah perang
saudara antara Aurangzeb dengan kakak tertuanya, dara. Dara dikalahkan oleh
adiknya dengan demikian Aurangzeb menjadi sultan Mughal (1658-1707 M) dengan
gelar Alamghir Padshah Ghazi. Diantara kebijakan-kebijakan Aurangzeb adalah :
(1) melarang adanya perjudian, minuman keras, pelacuran dan narkotika (1659 M),
(2) melarang praktek Sati (praktek pembakaran diri seorang janda karena
ditinggal mati oleh suaminya) (1664 M), (3) memprakasai perusakan kuil-kuil
Hindu dan (4) memprakarsai modifikasi hukum Islam yang produknya kemudian
disebut al-fatawa Alamghir (Al-Fatawa Al-Lamgiriyat; Al-Fatawa
Al-Hindiyat).
Setelah meninggal, Aurangzeb diganti oleh sultan yang
lemah-lemah. Sultan-sultan Mughal setelah Aurangzeb adalah : (a) Baharudin Shah
(1707-1712 M), (b) Azimus Syah (1712 M), Tihandar Syah (1713 M), (d) Farukh
Syiyar (1713-1719 M), (e) Muhammad Syah (1719-1748 M), (f) Ahmad Syah
(1748-1754 M), (g) Alamghir II (1754-1759 M) (h) Sah Alam (1761-1806 M). dan
akhirnya Mughal diserang oleh Ahmad Syah Durani dari Afgan dan secara
perlahan-lahan Mughal lenyap dari India, terutama setelah sultan Mughal
terakhir Baharudin Syah diusir dari istana oleh Inggris (1857 M).
Kerajaan Mughal mengalami kemunduran yang
berangsur-angsur setelah pemerintahan sultan Aurangzeb. Raja-raja setelahnya
banyak yang tenggelam dalam kemewahan dan kebesaran dalam istana. Selain dari
kerajaan-kerajaan Brahmana yang ingin melepaskan diri, ancaman juga datang dari
kerajaan Iran yang dipimpin oleh Nadir Syah. Setelah Nadir syah dapat menguasai
kekuasaan keturunan Shafawiy timbullah keinginannya untuk menguasai kerajaan
Mongol di Delhi Agra. Dengan penyerangan yang membabi buta maka kalahlah
Muhamad Syah oleh Nadir Syah dan akhirnya ia mengaku tunduk dan menyerah kepada
Nadir Syah. Penduduk pada saat itu sangat menyesal dengan kekalahan tersebut
dan akhirnya mengadakan perlawanan, tetapi Nadir Syah dengan tanpa ampun
menghukum penduduk yang melawan. Melihat kejadian tersebut sultan Muhamad Syah
tidak bisa melakukan apa-apa selain meminta ampun dan perlindungan.
Permintaannya tersebut dikabulkannya dengan syarat membayar denda yang sangat
mahal.[16]
Setelah Muhamad Syah wafat digantikanlah kedudukannya
oleh sultan Alam Syah. Pada saat pemerintahannya terjadilah penyerangan oleh
Afganistan yang menyebabkan kekalahan Mongol. Setelah itu terjadilah peperangan
dengan Inggris yang tidak ada hentinya. Sejak saat itu kekuatan Mongol semakin
melemah, tetapi sebaliknya Inggris semakin kuat dengan mempelajari
kelemahan-kelemahan India. Melihat di India terdiri dari banyak agama dan
golongan, hal ini menjadi tonggak bagi Inggris untuk memecah belah kesatuan
India. Dengan tunduk dan pedamaian yang dilakukan oleh sultan Alam Syah dengan
Inggris membawa konsekuensi bagi India untuk menyerahkan pungutan bea cukai.
Nasib sultan Alam Syah begitu sangat menyedihkan, setelah ia kalah dengan
Inggris ia ditawan dan dihukum oleh panglimanya dengan jalan mencongkel kedua
matanya.
Dengan wafatnya sultan Alam Syah maka semakin kacau
kondisi India sehingga membuka peluang besar bagi Inggris untuk segera
menaklukkan India. Setelah wafatnya sultan Alam Syah, digantikanlah
kedudukannya oleh puteranya bernama Bahadur Syah. Sama dengan nasib ayahnya,
kekuasaan yang ada padanya tidak berarti apa-apa karena ia hanya diberi gaji
oleh Inggris. Dengan memakai politik memecah belah, Inggris dapat menguasai
sebagian besar wilayah India. Dari hari ke hari rakyat India mulai merasakan
tekanan batin yang begitu mencekam hati. Baik rakyat yang beragama Hindu atau
pun Islam semua merasakan hal yang sama. Bagaikan api dalam sekam, keinginan
untuk melepaskan diri dari penjajahan pun akhirnya berubah menjadi
pemberontakan besar. Seluruh umat India yang sadar, mereka semua menyusun
kekuatan untuk melawan Inggris. Untuk itu para pemberontak meminta Bahadur Syah
menjadi lambang dari perjuangan mereka. Semangat mereka adalah akan
mengembalikan kemerdekaan dan kebesaran India di bawah panji kerajaan Mongol
Islam. Mendengar pernyataan tersebut Bahadur Syah menyatakan kesediaannya untuk
menjadi lambang bagi perjuangan mereka. Pemberontakan yang terjadi pada tahun
1857 ini disebut pemberontakan Sipahi.[17]
Dalam kondisi yang demikian Inggris dibuat lari kucar kacir, tetapi dengan
bantuan raja-raja yang telah memihak kepada Inggris akhirnya pemberontakan
tersebut dapat diredam. Pada saat itu lah Inggris membalas sakit hatinya atas
pemberontakan tersebut dengan membunuh rakyat yang mengadakan perlawanan dengan
tanpa ampun. Setelah itu Inggris menangkap kaisar Mughal yang terakhir, Bahadur
Syah dan mengasingkannya ke Burma pada tahun 1858M hingga meninggalnya.[18]
Kemudian bagi maharaja-maharaja yang telah membantu Inggris mengalahkan Bahadur
Syah dan pengikutnya mendapat kemegahan dan kekuasaan dengan memakai gelar
pusaka dan diberi bintang-bintang. Jadilah Victoria dilantik menjadi kaisar
India.
Setelah meninggalnya Bahadur Syah dan diangkatnya
Victoria menjadi kaisar India maka selesailah kekuasaan Mongol di India.
Melihat perjuangan yang begitu panjang dari kerajaan Mughal di India memberikan
kita wawasan akan perkembangan Islam di tanah Hindustan ini. Kita tahu bahwa
perjuangan untuk mendirikan sebuah peradaban tidaklah mudah. Suatu kekuasaan
dari raja satu ke raja selanjutnya memiliki kekhasan masing-masing dalam
menjalankan roda pemerintahan. Dengan hal ini pun mengakibatkan kekuasaan akan
silih berganti kekuatannya sesuai dengan kekuatan raja yang berkuasa saat itu.
Apalagi jika raja-raja yang berkuasa telah dirasuki rasa suka terhadap
kemewahan dan kemegahan sudah dapat dipastikan bahwa kekuatan dari sebuah
Negara atau imperium perlahan akan mengalami kemunduran. Tidak jarang yang
terjadi adalah tergodanya raja terhadap rayuan wanita juga dapat menyebabkan
melemahnya kekuatan.
C.
Negara Pakistan
(1947 M)
Islam datang ke
Negara Pakistan sebelum Negara ini memisahkan dari Negara India, Islam tiba di
daerah sekarang dikenal sebagai Pakistan pada tahun 711 Masehi , ketika Bani Umayyah mengirimkan dinasti muslim Arab yang dipimpin oleh seorang penglima tentara yaitu Muhammad Ibnu Qasim melawan penguasa Sindh , Raja Dahir. hal ini disebabkan karena fakta bahwa
Raja Dahir telah memberikan perlindungan kepada banyak Zoroastrian Princes yang
melarikan diri penaklukan Islam Iran.
Pengalaman
Pakistan mengenai interaksi agama dan politik adalah sangat unik karena secara
integral berhubungan dengan gagasan tanah air yang terpisah bagi umat islam
india yang muncul pada akhir tahun 1930-an. Sejak itulah, sejak berdirinya
Pakistan pada tahun 1947, perkembangan politiknya bagaimanapun dipengaruhi oleh
islam dan mungkin tetap seperti itu dimasa depan.
Pakistan adalah
sebuah negara yang didirikan bagi umat Islam, diproklamirkan pada tanggal 14
Agustus 1947. Kelahiran negara ini merupakan buah perjuangan umat Islam yang
panjang di India untuk melepaskan diri dari dominasi mayoritas umat Hindu.
Negara Pakistan yang diimpikan para arsiteknya adalah sebuah negara ideologis,
dimana kaum muslimin mampu menerapkan ajaran Islam dan hidup selaras dengan
petunjuknya. Lebih jauh negara baru ini merupakan negara demokrasi dengan
konsep kedaulatan rakyat sebagai basisnya. Oleh karena itu, ijma’ sebagai
pelaksanaan ijtihad kolektif dipandang perlu sehingga disetujuilah para ulama
masuk ke dalam dewan legislatif untuk membantu dan memimpin
perbincangan-perbincangan tentang masalah yang bertalian dengan hukum,
setidak-tidaknya dalam tingkatan peralihan hingga hukum Islam telah
dimodernisasi. Ide-ide inilah yang kemudian menjadi basis pemikiran politik
kaum modernis muslim Pakistan.
Pakistan
berdiri dan merdeka dari inggris pada tanggal 14 Agustus 1947. Ia merupakan
gabungan dari lima propinsi india diantaranya adalah Balukistan, Sind, Punjab,
Bengal, dan Assam. Perancang awal Pakistan adalah Muhammad Iqbal (1873-1938 M)
dan yang mewujudkan rancangan tersebut adalah Muhammad Ali Jinah (1876-1948 M).
Tokoh Modernis
yang mendukung pendirian Pakistan adalah Ahmad Khan, Syed Amir Ali, dan
Muhammad Iqbal. Disamping itu, pendirian Negara Pakistan juga mendapat dukungan
dari (a). jama’ah tablig pimpinan Muhammad Ilyas; (b). gerakan sufi pimpinan
Asyraf Ali Tsanvi; (c). Jama’ah Islamiyah pimpinan Abu Al-A‘la Al- Maududi;
(d). gerakan Khilafah pimpinan Muhammad Ali Jauhar; (e). gerakan Khaksar
pimpinan Inayatullah Al-Masyruqi.
Presiden
Pakistan pertama adalah Muhammad Ali Jinah sampai meninggal (1948 M).
sepeninggal Muhammad Ali Jinah, muslim Pakistan dihadapkan pada
pertentangan-pertentangan yang terjadi karena : pertama Liaqot Ali Khan,
pengganti Ali Jinah kurang memiliki Otoritas yang jelas. Dan kedua umat islam
terbagi menjadi dua kelompok, yaitu modernis (muslim berpendidikan barat) dan
tradisionalis (yang menginginkan pengaturan hubungan agama dengan Negara di
dasarkan pada syari’ai islam). Pertentangan ini kemudian melahirkan konstitusi
1956 (sebagai kompromi) yang menentukan : (a). bentuk Negara adalah demokratis
yang didasarkan atas prinsip-prinsip syari’at islam, (b). kepala Negara harus
muslim, dan (c). dibentuk pusat penelitian untuk membantu pemerintahan.[19]
Ayub Khan
berkuasa melalui kudeta tahun 1958. Pada zamannya, konstitusi 1956 diamandemen
dengan perubahan : (a). pembebasan islam dari takhayul dan memajukannya melalui
pengembangan ilmu pengetahuan, dan (b). membentuk Dewan Penasehat Idiologi
Islam (Lembaga Penelitian Islam). Kebijakan ini ditentang oleh ulama
tradisional.
Ayub Khan
diganti oleh Yahya Khan; Yahya Khan kemudian diganti oleh Zulfikar Ali Bhuto;
dan Zulfikar Ali Bhuto dikudeta oleh Zia ul Haq (5 juli 1977). Ziaul Haq
berusaha merealisasikan Syari’ai Islam melalui : (a). pembentukan Komite
Pemungut dan Pendistribusi Zakat dan Pajak, (b). Pendirian Pengadilan Syari’at,
(c). penghapusan Riba dalam system perbankan; dan (d). revisi buku-buku
pelajaran di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi.[20]
·
Kebangkitan
Islam di Pakistan
Kebangkitan islam dipakistan pada tahun-tahun terakhir,
terlihat dalam berbagai bidang kehidupan kolektif. Dibidang politik,
partai-partai islam dan pemerintahan telah menolak model legitimasi demokrasi
parlementer barat dan malah berusaha memperkenalkan suatu sistem politik yang
didasarkan pada prinsip-prinsip islam. Satu upaya yang demikian adalah
referendum nasional, yang berusaha mencari mandat bagi islamisasi yang lebih
jauh, sudah tersimpul di dalamnya, perluasan masa jabatan presiden menjadi lima
tahun, bersama-sama dengan pemilihan non partai untuk dewan nasional dan
propinsi.
Dalam bidang ekonomi, kebangkitan islam mengungkapkan
diri dalam tindakan-tindakan seperti kewajiban mengumpulkan zakat dan pajak,
memperkenalkan Bank dan sistem investasi bebas bunga, batasan-batasan hukum
atas pungutan-pungutan kekayaan pribadi, denasionalisasi bisnis-bisnis tertentu
dan perusahaan-perusahaan industri. Dalam bidang hukum, kebangkitan berarti
memperkenalkan hukum pidana islam dan hukum pembuktian islam. Aturan-aturan
selanjutnya telah dilengkapi untuk mendirikan Pengadilan Syari’ah Federal juga
Pengadilan Qodi untuk menyelesaikan kasus-kasus criminal dan sipil berdasarkan
hokum islam.
Kebangkitan islam dalam budaya termasuk dalam larangan
klub-klub dansa, pengenaan moralitas seksual yang ketat, kepatuhan kepada
standar-standar moral islam dalam memproduksi serta menayangkan program-program
televisi, revisi buku-buku teks sekolah dan perguruan tinggi untuk
mengungkapkan kebiasaan islam, alokasi yang meningkat untuk pengajaran bahasa
arab dan islam, pendirian universitas islam internasional di Islamabad,
menyatakan hari jum’at sebagai hari libur resmi menggantikan hari minggu,
menetapkan jam-jam istirahat untuk mengerjakan sholat selama jam-jam kerja
dikantor-kantor pemerintahan dan swasta, menekankan bahasa urdu dan busana
nasional dikantor-kantor premerintahan dan pengungkapan keengganan moral
terhadap budaya barat.[21]
KESIMPULAN
Islam datang ke asia selatan sejak zaman Nabi Muhammad
SAW, yang dibawa oleh para pedagang arab melalui sejumlah pelabuhan besar yang
ada di India, Sehingga terjadi interaksi antara para pedagang arab dengan
masyarakat India. Oleh karena itu perdagangan yang dibawa oleh orang arab dan
dakwah menyatu dalam satu kegiatan sehingga ada salah satu raja yaitu raja
Kadangalur dan Cheraman Pertamal masuk islam dan diganti namanya menjadi
Tajudin. Setelah Nabi Muhammad wafatpun penyebaran islam di wilayah ini masih
terus berlanjut, ini terbukti pada zaman Umar Bin Khottob, Utsman bin Affan dan
Ali Bin Abi Thalib mengirim utusan untuk mempelajari adat istiadat dan jalan yang
menuju ke asia selatan khususnya di india.
Bahkan pada masa pemerintahan al-ma’mun (dinasti bani Abbas) telah dilakukan penaklukan kewilayah asia selatan, dengan diangkatnya sejumlah amir untuk memimpin di daerah-daerah. Wilayah-wilayah yang termasuk ke asia selatan adalah India, Pakistan dan Bangladesh.
Bahkan pada masa pemerintahan al-ma’mun (dinasti bani Abbas) telah dilakukan penaklukan kewilayah asia selatan, dengan diangkatnya sejumlah amir untuk memimpin di daerah-daerah. Wilayah-wilayah yang termasuk ke asia selatan adalah India, Pakistan dan Bangladesh.
Islam diperkenalkan dalam bentuk sebuah peradaban yang
telah berkembang yang diwarnai dengan budaya keagamaan yang terorganisir secara
mapan. Sementara itu keagamaan di asia selatan diwarnai dengan sistem kasta,
Hinduisme Brahmanik, dan keyakinan Budha, dan diwarnai dengan dominasi elite
Rajput dan elite politik Hindu lainnya.[22]
Islam bukan kekuatan pertama yang dapat menguasai wilayah ini, tetapi dengan
berkuasanya Islam di wilayah tersebut selama tiga abad lamanya, ternyata Islam
mampu memberikan kontribusi bagi kebudayaan setempat. Karena wilayah ini
terdiri dari berbagai macam ras, keturunan, dan golongan sehingga mengakibatkan
wilayah ini mudah untuk dikuasai oleh kekuatan dari luar, diantaranya Islam (solihin-aagun).
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Al-‘Usairy, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam
Hingga Abad XX Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2008
Ajid Thohir, Ading Kusdiana, Islam di Asia Selatan;
Melacak Perkembangan Sosial, Politik Islam di India, Pakistan, dan Bangladesh
Bandung: Humaniora, 2006.
Ajid Thohir, Sejarah Diplomasi dan Perkembangan
Politik di Asia. Bandung: Bina Budhaya. 1997.
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia, 2008.
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia, 2008.
Hamka, Sejarah Umat Islam, Jakarta: Pustaka
Nasional PTE, LTD 1994-2005.
Harun Nasution, Islam ditinjau dari Berbagai Aspek, Jilid II. Jakarta: UI Press, 1986.
Ibnu Atsir, Al-Kamil Fi al-Tarikh, Bairut: Dar al-Shadr, 1965.
Harun Nasution, Islam ditinjau dari Berbagai Aspek, Jilid II. Jakarta: UI Press, 1986.
Ibnu Atsir, Al-Kamil Fi al-Tarikh, Bairut: Dar al-Shadr, 1965.
Ira M Lapidus, Sejarah
Sosial Ummat Islam Bagian kesatu dan Dua, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Jaih Mubarak, Sejarah Peradaban Islam, Bandung:
Pustaka Islami, 2008.
Siti Maryam, dkk, Sejarah Peradaban
Islam Dari Klasik Hingga Modern, Yogyakarta: Jurusan SPI Fakultas Adab IAIN
Sunan Kalijaga: 2003.
T. Hunter, Shireen. Politik Kebangkitan Islam. Yogyakarta: Tiara Waca
[1] Siti Maryam, dkk, Sejarah Peradaban Islam Dari Klasik Hingga Modern.
(Yogyakarta: Jurusan SPI Fakultas Adab
IAIN Sunan Kalijaga: 2003), 190.
[7] Ajid Thohir, Sejarah Diplomasi dan Perkembangan Politik di Asia.
(Bandung: Bina Budhaya. 1997), 89.
[8] Ira M Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam Bagian kesatu dan Dua
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), 103.
[10] Ajid Thohir, Ading Kusdiana, Islam di Asia Selatan;
Melacak Perkembangan Sosial, Politik Islam di India, Pakistan, dan Bangladesh
(Bandung: Humaniora, 2006), 83.
[18] Ahmad Al-‘Usairy,
Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX (Jakarta: Akbar Media
Eka Sarana, 2008), 446.
[19]
Ibid., 226