Islamisasi Asia Selatan ( Islam di India dan Pakistan )


Pendahuluan
Islam sebagai agama rohmatan Lil’alamin yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw mengandung sebuah misi dakwah yang harus disebarkan kepada seluruh manusia. Ini terbukti dengan adanya sebuah peradaban dan sejarah yang cemerlang dimasa lalu. Kita dapat melihat bagaimana perjuangan Nabi Muhammad Saw dan para sahabatnya dalam melakukan perluasan wilayah yang begitu hebat dalam penyebaran agama islam.
Diantara perluasan wilayah yang pernah ditaklukan dan diislamisasikan oleh Islam adalah kawasan Asia Selatan, Negara-negara yang termasuk kedalam kawasan ini adalah India, Pakistan, Banglades, Srilangka, dan Maladewa. Islam diperkenalkan diwilayah ini dalam bentuk sebuah peradaban yang telah berkembang yang diwarnai dengan budaya pertanian, perdagangan dan keagamaan yang terorganisir secara mapan. Karena wilayah ini terdiri dari berbagai macam ras, keturunan, dan golongan sehingga mengakibatkan wilayah ini mudah untuk dikuasai oleh kekuatan dari luar[1].
Adapun dalam makalah ini yang akan dibahas hanya wilayah atau Negara India dan  Pakistan dari segi keadaan atau kultur sebelum datangnya islam, proses masuknya islam ke wilayah ini, serta pemerintahan islam yang pernah berkuasa diwilayah ini dengan kemajuan yang diraih beserta masa mundurnya kekuasaan islam.
A.    Awal Islam di Asia Selatan
Sejak zaman Nabi Muhammad saw, di Asia selatan tempatnya di India telah memikiki sejumlah pelabuhan besar sehingga terjadi interaksi antara india dengan muslim di arab. Oleh karena itu perdagangan dan dakwah menyatu dalam satu kegiatan sehingga raja Kadangalur dan Cheraman Perumal masuk islam dan mengganti namanya menjadi tajudin.[2] Pada zaman Umar Ibnu Al-Khottob, Mughirah berusaha menaklukan Sin (India) tapi usahanya gagal (643-644 M). Pada zaman Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib dikirim utusan untuk mempelajari adat istiadat dan jalan-jalan menuju Asia Selatan (India).[3] Pada zaman Muawiyah I, Muhammad Ibnu Qasim berhasil menaklukan dan diangkat menjadi Amir Sind dan Punjab. Kepemimpinan di Sin dan Punjab dipegang oleh Muhammad Ibn Qasim setelah ia berhasil memadamkan perampokan-perampokan terhadap umat islam disana. Karena pertikaian internal antara Hajjaj dan sulaeman dinasti ini melemah, dan ketika dalam keadaan melemah, dinasti ini ditaklukan oleh dinasti Gazni.[4]
Pada masa pemerintahan Al-Ma’mun (Khalifah dinasti Bani Abbas) telah dilakukan penaklukan kewilayah Asia Selatan, dengan diangkatnya sejumlah amir untuk memimpin daerah-daerah. Diantara yang dipercaya untuk menjadi amir adalah Asad Ibn Saman untuk daerah Transixiana. Ia diangkat menjadi amir setelah berhasil membantu khalifah bani Abbas dalam menaklukan dinasti safari yang berpusat di Khurasan.[5]
Dinasti Saman (874-999 M) mengangkat Aliptigin menjadi amir di Khurasan. Aliptigin kemudian digantikan oleh anaknya Ishak. Ishak dikudeta oleh baligtigin; baligtigin diganti oleh Firri dan firri dijatuhkan oleh Subuktigin. Subuktigin menguasai Gazna dan kemudian mendirikan dinasti Gaznawi (963-1191 M). Dinasti Gaznawi ditaklukan oleh dinasti Guri (1191 M). setelah meninggal, Muhammad Guri diganti oleh panglimanya, Quthbuddin Aibek (karena Muhammad Guri tidak memiliki anak laki-laki). Quthbuddin Aibek adalah budak yang sudah dibebaskan oleh Muhammad Guri dan ia menjadi sultan sejak tahun 1206 M, Sejak itu berdirilah kesultanan delhi (India). Kesultanan delhi terdiri atas : (a). dinasti Mamluk di delhi (1206-1290 M); (b) dinasti Khalji (1290-1320 M); (c) dinasti Tughkuq (1320-1414 M); (d) dinasti Sayyed (1414-1451 M) dan (e) dinasti Lodi (1451-1526 M).[6]
Selain itu juga Islam datang ke Asia Selatan sebelum invasi Muslim India . Islamic influence first came to be felt in the early 7th century with the advent of Arab traders. pengaruh Islam pertama kali datang ke Asia Selatan terasa di awal abad ke-7 dengan munculnya pedagang Arab. Trade relations between Arabia and the subcontinent are very ancient. Arab traders used to visit the Malabar region , which was a link between them and ports of South East Asia , to trade even before Islam had been established in Arabia.Para pedagang Arab yang datang ke Asia Selatan digunakan untuk mengunjungi daerah di Malabar, yang merupakan suatu daerah yang menghubungan antara mereka dengan pelabuhan di Asia Tenggara. Menurut  Elliot dan Dowson dalam buku mereka The History of India yang diceritakan oleh sejarawan sendiri ,mereka datang dengan menggunakan kapal pertama yang membawa wisatawan Muslim terlihat di pantai India sejak 630 M. HG Rawlinson, in his book: Ancient and Medieval History of India claims the first Arab Muslims settled on the Indian coast in the last part of the 7th century AD. HG Rawlinson, dalam bukunya: Abad Pertengahan Kuno dan India ia mengatakan bahwa yang pertama orang Arab Muslim tinggal di pantai India di bagian terakhir dari abad ke-7 Masehi. Shaykh Zainuddin Makhdum’s “Tuhfat al-Mujahidinalso is a reliable work. This fact is corroborated, by J. Sturrock in his South Kanara and Madras Districts Manuals, and also by Haridas Bhattacharya in Cultural Heritage of India Vol. J. Sturrock dalam bukunya Kanara Selatan dan Distrik Madras Manuals. itu dengan munculnya orang-orang Arab Islam yang menjadi kekuatan budaya terkemuka di dunia. The Arab merchants and traders became the carriers of the new religion and they propagated it wherever they went. Para pedagang Arab dan pedagang menjadi pembawa agama baru dan mereka menyebarkan itu kemana pun mereka pergi.
Asia Selatan mencangkup India, Pakistan dan Bangladesh yang luasnya kira-kira 2.075 mil dari utara keselatan dan 2.120 mil dari timur kebarat. Disebelah utara, wilayah ini berbatasan dengan wilayah Tibet (Cina) dan Afganistan; sedangkan disebelah selatan berbatasan dengan laut samudra Indonesia; disebelah timur berbatasan dengan Burma dan di sebelah barat berbatasan dengan Persia (Iran).[7] Perekonomian mereka berdasarkan pada kombinasi antara penanaman hasil padi-padian di ladang yang berpetak yang kebanyakan teririgasi dan dibajak dengan menggunakan sapi jantan serta pembiakan lembu jantan, kerbau, domba, kambing dan keledai.
Pusat-Pusat Penyebaran Islam di Asia Selatan, Di antara wilayah yang pernah ditaklukkan oleh Islam adalah kawasan Asia Selatan, khususnya India, Pakistan, Bangladesh, Srilangka, Islam diperkenalkan dalam bentuk sebuah peradaban yang telah berkembang yang diwarnai dengan budaya keagamaan yang terorganisir secara mapan. Sementara itu keagamaan di asia selatan diwarnai dengan sistem kasta, Hinduisme Brahmanik, dan keyakinan Budha, dan diwarnai dengan dominasi elite Rajput dan elite politik Hindu lainnya.[8] Islam bukan kekuatan pertama yang dapat menguasai wilayah ini, tetapi dengan berkuasanya Islam di wilayah tersebut selama tiga abad lamanya, Islam mampu memberikan kontribusi bagi kebudayaan setempat. Karena wilayah ini terdiri dari berbagai macam ras, keturunan, dan golongan sehingga mengakibatkan wilayah ini mudah untuk dikuasai oleh kekuatan dari luar, diantaranya Islam.[9]
Diantara Negara-negara yang pernah ditaklukan oleh Islam diantaranya adalah :
B.     Negara India
Nama India ini terambil dari pada nama sungai Sindi, satu diantara sungai-sungai yang besar di benua india, yang sekarang ini pemerintah di sana berusaha hendak mengembalikannya kepada namanya yang asli, yaitu Bharat. Lantaran itu maka disebut juga dia Sind. Dan sind telah pula menjadi nama daerah tempat kedudukan pusat Negara Pakistan sekarang ini : Karachi.
Kaum muslimin mengenal daerah ini dengan sebutan Sind sejak 711M, tepatnya ketika panglima Umayyah, Muhammad bin Qasim menyerbu wilayah ini. Selama tiga tahun pemerintahan Umayyah menduduki wilayah ini, yakni daerah Indus bawah tepatnya pada masa khalifah Al-Walid.[10] Pada masa ini Islam belum sepenuhnya menguasai wilayah-wilayah penting karena fokus khalifah yang berpusat di Damaskus masih terbagi-bagi di wilayah Asia tengah, Afrika Utara sampai Spanyol. Sekitar tahun 750M pada masa kekuasaan Abbasiyah juga terjadi langkah yang sama, namun khalifah tidak memberikan dukungan sepenuhnya untuk mengembangkan wilayah kekuasaan di wilayah ini. Hal ini dikarenakan Abbasiyah lebih senang terfokus untuk membina kekuatan sosial budaya di dalam. Baru ketika Abbasiyah mulai memasukkan orang-orang Turki masuk dalam elit kekuasaannya, mereka diberi tugas penting tersebut. Orang Turki yang diberikan kewenangan untuk menaklukkan wilayah Asia Selatan khususnya India adalah Mahmud Ghazna.[11]
Dari sinilah kemudian Islam mulai muncul menjadi penguasa India dengan berkuasanya dinasti-dinasti secara bergantian, Mmasyarakat India saat islam memasuki wilayah ini, menunjukan indikasi yang sangat sulit bagi proses Islamisasi. Ini menunjukan bahwa betapa kuatnya pengaruh dan dominasi kultural yang telah dibentuk oleh pendahulu dan penguasanya dalam menciptakan idiologi keagamaan dan sentiment kulturnya. Melihat kondisi ini, seorang sejarawan muslim terkemuka yaitu Al-Biruni (wafat tahun 1048 M di Ghazna, Afganistan) ia mengemukakan bahwa ada lima hal penting yang menjadi titik perhatian dan sekaligus menjadi ciri khas masyarakat India dalam menolak sesuatu yang datang dari luar, yaitu Bahasa, Tradisi keagamaan, adat istiadat, fanatisme (kebencian terhadap orang asing), dan keangkuhan dalam kebudayaan.[12]
1.      Pendirian Dinasti Mughal
Ibrahim Lodi (cucu sultan Lodi), sultan Delhi terakhir memenjarakan sejumlah bangsawan yang menentangnya. Hal itu memicu pertempuran antara Ibrahim Lodi dengan Zahirudin Babur (cucu timur Lenk) di Panipazh (1526 M). Ibrahim Lodi terbunuh dan kekuasannya berpindah ke tangan Zahirudin babur; sejak itulah berdiri dinasti Mughal di India, dan Delhi dijadikan ibu kota.[13] Setelah meninggal, Zaharudin Babur di gantikan oleh anaknya, Nashirudin Humayun (1530-1556 M); dan Nashirudin Humayun diganti lagi oleh anaknya Akbar Khan (1556-1605 M). pada zamannya, dinasti Mughal mencapai puncak kejayaan.[14]
2.      Konflik Internal dan Kemunduran Dinasti Mughal
Akbar Khan menjalankan pemerintahan bersifat militeristik. Pemerintah pusat dipimpin oleh raja; pemerintah daerah dipimpin oleh kepala komandan (Sipah Salar); dan pemerintahan di sub daerah dipimpin oleh seorang komandan (Faudzan).[15] Akbar menerapkan system politik Sulh e-kul (toleransi universal), yaitu pandangan yang menyatakan bahwa derajat semua penduduk adalah sama. Di samping itu, akbar pun membentuk Din Ilahi (upaya untuk membangun toleransi beragama diindia) dan akbar juga mendirikan Mansabdhari (lembaga pelayanan umum yang berkewajiban menyiapkan segala urusan kerajaan, termasuk menyiapkan sejumlah pasukan.
Setelah meninggal, akbar diganti oleh anaknya yaitu Jahangir (1605-1627 M). Jahangir dijatuhkan oleh anaknya yaitu Shah Jehan (1627-1658 M). Shah Jehan ditangkap oleh anaknya yaitu Aurangzeb, setelah ditangkap Shah jehan di dipenjara dibawah tanah. Akhirnya terjadilah perang saudara antara Aurangzeb dengan kakak tertuanya, dara. Dara dikalahkan oleh adiknya dengan demikian Aurangzeb menjadi sultan Mughal (1658-1707 M) dengan gelar Alamghir Padshah Ghazi. Diantara kebijakan-kebijakan Aurangzeb adalah : (1) melarang adanya perjudian, minuman keras, pelacuran dan narkotika (1659 M), (2) melarang praktek Sati (praktek pembakaran diri seorang janda karena ditinggal mati oleh suaminya) (1664 M), (3) memprakasai perusakan kuil-kuil Hindu dan (4) memprakarsai modifikasi hukum Islam yang produknya kemudian disebut al-fatawa Alamghir (Al-Fatawa Al-Lamgiriyat; Al-Fatawa Al-Hindiyat).
Setelah meninggal, Aurangzeb diganti oleh sultan yang lemah-lemah. Sultan-sultan Mughal setelah Aurangzeb adalah : (a) Baharudin Shah (1707-1712 M), (b) Azimus Syah (1712 M), Tihandar Syah (1713 M), (d) Farukh Syiyar (1713-1719 M), (e) Muhammad Syah (1719-1748 M), (f) Ahmad Syah (1748-1754 M), (g) Alamghir II (1754-1759 M) (h) Sah Alam (1761-1806 M). dan akhirnya Mughal diserang oleh Ahmad Syah Durani dari Afgan dan secara perlahan-lahan Mughal lenyap dari India, terutama setelah sultan Mughal terakhir Baharudin Syah diusir dari istana oleh Inggris (1857 M).
Kerajaan Mughal mengalami kemunduran yang berangsur-angsur setelah pemerintahan sultan Aurangzeb. Raja-raja setelahnya banyak yang tenggelam dalam kemewahan dan kebesaran dalam istana. Selain dari kerajaan-kerajaan Brahmana yang ingin melepaskan diri, ancaman juga datang dari kerajaan Iran yang dipimpin oleh Nadir Syah. Setelah Nadir syah dapat menguasai kekuasaan keturunan Shafawiy timbullah keinginannya untuk menguasai kerajaan Mongol di Delhi Agra. Dengan penyerangan yang membabi buta maka kalahlah Muhamad Syah oleh Nadir Syah dan akhirnya ia mengaku tunduk dan menyerah kepada Nadir Syah. Penduduk pada saat itu sangat menyesal dengan kekalahan tersebut dan akhirnya mengadakan perlawanan, tetapi Nadir Syah dengan tanpa ampun menghukum penduduk yang melawan. Melihat kejadian tersebut sultan Muhamad Syah tidak bisa melakukan apa-apa selain meminta ampun dan perlindungan. Permintaannya tersebut dikabulkannya dengan syarat membayar denda yang sangat mahal.[16]
Setelah Muhamad Syah wafat digantikanlah kedudukannya oleh sultan Alam Syah. Pada saat pemerintahannya terjadilah penyerangan oleh Afganistan yang menyebabkan kekalahan Mongol. Setelah itu terjadilah peperangan dengan Inggris yang tidak ada hentinya. Sejak saat itu kekuatan Mongol semakin melemah, tetapi sebaliknya Inggris semakin kuat dengan mempelajari kelemahan-kelemahan India. Melihat di India terdiri dari banyak agama dan golongan, hal ini menjadi tonggak bagi Inggris untuk memecah belah kesatuan India. Dengan tunduk dan pedamaian yang dilakukan oleh sultan Alam Syah dengan Inggris membawa konsekuensi bagi India untuk menyerahkan pungutan bea cukai. Nasib sultan Alam Syah begitu sangat menyedihkan, setelah ia kalah dengan Inggris ia ditawan dan dihukum oleh panglimanya dengan jalan mencongkel kedua matanya.
Dengan wafatnya sultan Alam Syah maka semakin kacau kondisi India sehingga membuka peluang besar bagi Inggris untuk segera menaklukkan India. Setelah wafatnya sultan Alam Syah, digantikanlah kedudukannya oleh puteranya bernama Bahadur Syah. Sama dengan nasib ayahnya, kekuasaan yang ada padanya tidak berarti apa-apa karena ia hanya diberi gaji oleh Inggris. Dengan memakai politik memecah belah, Inggris dapat menguasai sebagian besar wilayah India. Dari hari ke hari rakyat India mulai merasakan tekanan batin yang begitu mencekam hati. Baik rakyat yang beragama Hindu atau pun Islam semua merasakan hal yang sama. Bagaikan api dalam sekam, keinginan untuk melepaskan diri dari penjajahan pun akhirnya berubah menjadi pemberontakan besar. Seluruh umat India yang sadar, mereka semua menyusun kekuatan untuk melawan Inggris. Untuk itu para pemberontak meminta Bahadur Syah menjadi lambang dari perjuangan mereka. Semangat mereka adalah akan mengembalikan kemerdekaan dan kebesaran India di bawah panji kerajaan Mongol Islam. Mendengar pernyataan tersebut Bahadur Syah menyatakan kesediaannya untuk menjadi lambang bagi perjuangan mereka. Pemberontakan yang terjadi pada tahun 1857 ini disebut pemberontakan Sipahi.[17] Dalam kondisi yang demikian Inggris dibuat lari kucar kacir, tetapi dengan bantuan raja-raja yang telah memihak kepada Inggris akhirnya pemberontakan tersebut dapat diredam. Pada saat itu lah Inggris membalas sakit hatinya atas pemberontakan tersebut dengan membunuh rakyat yang mengadakan perlawanan dengan tanpa ampun. Setelah itu Inggris menangkap kaisar Mughal yang terakhir, Bahadur Syah dan mengasingkannya ke Burma pada tahun 1858M hingga meninggalnya.[18] Kemudian bagi maharaja-maharaja yang telah membantu Inggris mengalahkan Bahadur Syah dan pengikutnya mendapat kemegahan dan kekuasaan dengan memakai gelar pusaka dan diberi bintang-bintang. Jadilah Victoria dilantik menjadi kaisar India.
Setelah meninggalnya Bahadur Syah dan diangkatnya Victoria menjadi kaisar India maka selesailah kekuasaan Mongol di India. Melihat perjuangan yang begitu panjang dari kerajaan Mughal di India memberikan kita wawasan akan perkembangan Islam di tanah Hindustan ini. Kita tahu bahwa perjuangan untuk mendirikan sebuah peradaban tidaklah mudah. Suatu kekuasaan dari raja satu ke raja selanjutnya memiliki kekhasan masing-masing dalam menjalankan roda pemerintahan. Dengan hal ini pun mengakibatkan kekuasaan akan silih berganti kekuatannya sesuai dengan kekuatan raja yang berkuasa saat itu. Apalagi jika raja-raja yang berkuasa telah dirasuki rasa suka terhadap kemewahan dan kemegahan sudah dapat dipastikan bahwa kekuatan dari sebuah Negara atau imperium perlahan akan mengalami kemunduran. Tidak jarang yang terjadi adalah tergodanya raja terhadap rayuan wanita juga dapat menyebabkan melemahnya kekuatan.
C.    Negara Pakistan (1947 M)
Islam datang ke Negara Pakistan sebelum Negara ini memisahkan dari Negara India, Islam tiba di daerah sekarang dikenal sebagai Pakistan pada tahun 711 Masehi , ketika Bani Umayyah mengirimkan dinasti muslim Arab yang dipimpin oleh seorang penglima tentara yaitu Muhammad Ibnu Qasim melawan penguasa Sindh , Raja Dahir. hal ini disebabkan karena fakta bahwa Raja Dahir telah memberikan perlindungan kepada banyak Zoroastrian Princes yang melarikan diri penaklukan Islam Iran.
Pengalaman Pakistan mengenai interaksi agama dan politik adalah sangat unik karena secara integral berhubungan dengan gagasan tanah air yang terpisah bagi umat islam india yang muncul pada akhir tahun 1930-an. Sejak itulah, sejak berdirinya Pakistan pada tahun 1947, perkembangan politiknya bagaimanapun dipengaruhi oleh islam dan mungkin tetap seperti itu dimasa depan.
Pakistan adalah sebuah negara yang didirikan bagi umat Islam, diproklamirkan pada tanggal 14 Agustus 1947. Kelahiran negara ini merupakan buah perjuangan umat Islam yang panjang di India untuk melepaskan diri dari dominasi mayoritas umat Hindu. Negara Pakistan yang diimpikan para arsiteknya adalah sebuah negara ideologis, dimana kaum muslimin mampu menerapkan ajaran Islam dan hidup selaras dengan petunjuknya. Lebih jauh negara baru ini merupakan negara demokrasi dengan konsep kedaulatan rakyat sebagai basisnya. Oleh karena itu, ijma’ sebagai pelaksanaan ijtihad kolektif dipandang perlu sehingga disetujuilah para ulama masuk ke dalam dewan legislatif untuk membantu dan memimpin perbincangan-perbincangan tentang masalah yang bertalian dengan hukum, setidak-tidaknya dalam tingkatan peralihan hingga hukum Islam telah dimodernisasi. Ide-ide inilah yang kemudian menjadi basis pemikiran politik kaum modernis muslim Pakistan.
Pakistan berdiri dan merdeka dari inggris pada tanggal 14 Agustus 1947. Ia merupakan gabungan dari lima propinsi india diantaranya adalah Balukistan, Sind, Punjab, Bengal, dan Assam. Perancang awal Pakistan adalah Muhammad Iqbal (1873-1938 M) dan yang mewujudkan rancangan tersebut adalah Muhammad Ali Jinah (1876-1948 M).
Tokoh Modernis yang mendukung pendirian Pakistan adalah Ahmad Khan, Syed Amir Ali, dan Muhammad Iqbal. Disamping itu, pendirian Negara Pakistan juga mendapat dukungan dari (a). jama’ah tablig pimpinan Muhammad Ilyas; (b). gerakan sufi pimpinan Asyraf Ali Tsanvi; (c). Jama’ah Islamiyah pimpinan Abu Al-A‘la Al- Maududi; (d). gerakan Khilafah pimpinan Muhammad Ali Jauhar; (e). gerakan Khaksar pimpinan Inayatullah Al-Masyruqi.
Presiden Pakistan pertama adalah Muhammad Ali Jinah sampai meninggal (1948 M). sepeninggal Muhammad Ali Jinah, muslim Pakistan dihadapkan pada pertentangan-pertentangan yang terjadi karena : pertama Liaqot Ali Khan, pengganti Ali Jinah kurang memiliki Otoritas yang jelas. Dan kedua umat islam terbagi menjadi dua kelompok, yaitu modernis (muslim berpendidikan barat) dan tradisionalis (yang menginginkan pengaturan hubungan agama dengan Negara di dasarkan pada syari’ai islam). Pertentangan ini kemudian melahirkan konstitusi 1956 (sebagai kompromi) yang menentukan : (a). bentuk Negara adalah demokratis yang didasarkan atas prinsip-prinsip syari’at islam, (b). kepala Negara harus muslim, dan (c). dibentuk pusat penelitian untuk membantu pemerintahan.[19]
Ayub Khan berkuasa melalui kudeta tahun 1958. Pada zamannya, konstitusi 1956 diamandemen dengan perubahan : (a). pembebasan islam dari takhayul dan memajukannya melalui pengembangan ilmu pengetahuan, dan (b). membentuk Dewan Penasehat Idiologi Islam (Lembaga Penelitian Islam). Kebijakan ini ditentang oleh ulama tradisional.
Ayub Khan diganti oleh Yahya Khan; Yahya Khan kemudian diganti oleh Zulfikar Ali Bhuto; dan Zulfikar Ali Bhuto dikudeta oleh Zia ul Haq (5 juli 1977). Ziaul Haq berusaha merealisasikan Syari’ai Islam melalui : (a). pembentukan Komite Pemungut dan Pendistribusi Zakat dan Pajak, (b). Pendirian Pengadilan Syari’at, (c). penghapusan Riba dalam system perbankan; dan (d). revisi buku-buku pelajaran di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi.[20]
·         Kebangkitan Islam di Pakistan
Kebangkitan islam dipakistan pada tahun-tahun terakhir, terlihat dalam berbagai bidang kehidupan kolektif. Dibidang politik, partai-partai islam dan pemerintahan telah menolak model legitimasi demokrasi parlementer barat dan malah berusaha memperkenalkan suatu sistem politik yang didasarkan pada prinsip-prinsip islam. Satu upaya yang demikian adalah referendum nasional, yang berusaha mencari mandat bagi islamisasi yang lebih jauh, sudah tersimpul di dalamnya, perluasan masa jabatan presiden menjadi lima tahun, bersama-sama dengan pemilihan non partai untuk dewan nasional dan propinsi.
Dalam bidang ekonomi, kebangkitan islam mengungkapkan diri dalam tindakan-tindakan seperti kewajiban mengumpulkan zakat dan pajak, memperkenalkan Bank dan sistem investasi bebas bunga, batasan-batasan hukum atas pungutan-pungutan kekayaan pribadi, denasionalisasi bisnis-bisnis tertentu dan perusahaan-perusahaan industri. Dalam bidang hukum, kebangkitan berarti memperkenalkan hukum pidana islam dan hukum pembuktian islam. Aturan-aturan selanjutnya telah dilengkapi untuk mendirikan Pengadilan Syari’ah Federal juga Pengadilan Qodi untuk menyelesaikan kasus-kasus criminal dan sipil berdasarkan hokum islam.
Kebangkitan islam dalam budaya termasuk dalam larangan klub-klub dansa, pengenaan moralitas seksual yang ketat, kepatuhan kepada standar-standar moral islam dalam memproduksi serta menayangkan program-program televisi, revisi buku-buku teks sekolah dan perguruan tinggi untuk mengungkapkan kebiasaan islam, alokasi yang meningkat untuk pengajaran bahasa arab dan islam, pendirian universitas islam internasional di Islamabad, menyatakan hari jum’at sebagai hari libur resmi menggantikan hari minggu, menetapkan jam-jam istirahat untuk mengerjakan sholat selama jam-jam kerja dikantor-kantor pemerintahan dan swasta, menekankan bahasa urdu dan busana nasional dikantor-kantor premerintahan dan pengungkapan keengganan moral terhadap budaya barat.[21]


KESIMPULAN

Islam datang ke asia selatan sejak zaman Nabi Muhammad SAW, yang dibawa oleh para pedagang arab melalui sejumlah pelabuhan besar yang ada di India, Sehingga terjadi interaksi antara para pedagang arab dengan masyarakat India. Oleh karena itu perdagangan yang dibawa oleh orang arab dan dakwah menyatu dalam satu kegiatan sehingga ada salah satu raja yaitu raja Kadangalur dan Cheraman Pertamal masuk islam dan diganti namanya menjadi Tajudin. Setelah Nabi Muhammad wafatpun penyebaran islam di wilayah ini masih terus berlanjut, ini terbukti pada zaman Umar Bin Khottob, Utsman bin Affan dan Ali Bin Abi Thalib mengirim utusan untuk mempelajari adat istiadat dan jalan yang menuju ke asia selatan khususnya di india.
Bahkan pada masa pemerintahan al-ma’mun (dinasti bani Abbas) telah dilakukan penaklukan kewilayah asia selatan, dengan diangkatnya sejumlah amir untuk memimpin di daerah-daerah. Wilayah-wilayah yang termasuk ke asia selatan adalah India, Pakistan dan Bangladesh.
Islam diperkenalkan dalam bentuk sebuah peradaban yang telah berkembang yang diwarnai dengan budaya keagamaan yang terorganisir secara mapan. Sementara itu keagamaan di asia selatan diwarnai dengan sistem kasta, Hinduisme Brahmanik, dan keyakinan Budha, dan diwarnai dengan dominasi elite Rajput dan elite politik Hindu lainnya.[22] Islam bukan kekuatan pertama yang dapat menguasai wilayah ini, tetapi dengan berkuasanya Islam di wilayah tersebut selama tiga abad lamanya, ternyata Islam mampu memberikan kontribusi bagi kebudayaan setempat. Karena wilayah ini terdiri dari berbagai macam ras, keturunan, dan golongan sehingga mengakibatkan wilayah ini mudah untuk dikuasai oleh kekuatan dari luar, diantaranya Islam (solihin-aagun).


DAFTAR PUSTAKA


Ahmad Al-‘Usairy, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2008
Ajid Thohir, Ading Kusdiana, Islam di Asia Selatan; Melacak Perkembangan Sosial, Politik Islam di India, Pakistan, dan Bangladesh Bandung: Humaniora, 2006.
Ajid Thohir, Sejarah Diplomasi dan Perkembangan Politik di Asia. Bandung: Bina Budhaya. 1997.
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia, 2008.
Hamka, Sejarah Umat Islam, Jakarta: Pustaka Nasional PTE, LTD 1994-2005.
Harun Nasution, Islam ditinjau dari Berbagai Aspek, Jilid II. Jakarta: UI Press, 1986.
Ibnu Atsir, Al-Kamil Fi al-Tarikh, Bairut: Dar al-Shadr, 1965.
Ira M Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam Bagian kesatu dan Dua, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Jaih Mubarak, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Pustaka Islami, 2008.
Siti Maryam, dkk, Sejarah Peradaban Islam Dari Klasik Hingga Modern, Yogyakarta: Jurusan SPI Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga: 2003.

T. Hunter, Shireen. Politik Kebangkitan Islam. Yogyakarta: Tiara Waca




[1] Siti Maryam, dkk, Sejarah Peradaban Islam Dari Klasik Hingga Modern. (Yogyakarta: Jurusan SPI Fakultas  Adab IAIN Sunan Kalijaga: 2003), 190.
[2] Ibid., 196.
[3] Ibid., 196-197
[4] Ibid., 197.
[5] Ibnu Atsir, Al-Kamil Fi al-Tarikh, (Bairut: Dar al-Shadr, 1965), 225.
[6] Ibid., 198-202. Lihat pula Muhammad Jamal al-Din Surur. Al-daulat al-Fathimiyah Fil Mishr

[7] Ajid Thohir, Sejarah Diplomasi dan Perkembangan Politik di Asia. (Bandung: Bina Budhaya. 1997), 89.
[8] Ira M Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam Bagian kesatu dan Dua (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), 103.
[9] Siti Maryam, dkk, Sejarah Peradaban Islam, 215.
[10] Ajid Thohir, Ading Kusdiana, Islam di Asia Selatan; Melacak Perkembangan Sosial, Politik Islam di India, Pakistan, dan Bangladesh (Bandung: Humaniora, 2006), 83.
[11] Ajid Thohir, Ading Kusdiana, Islam di Asia Selatan, 84.
[12] Ibid., 67-68.
[13] Siti Maryam, dkk, Sejarah Peradaban Islam, 202.
[14] Jaih Mubarak, Sejarah Peradaban Islam. (Bandung: Pustaka Islami, 2008), 243.
[15] Ibid., 216-217.
[16] Hamka, Sejarah Umat Islam. (Jakarta: Pustaka Nasional PTE, LTD 1994-2005), 518.
[17] Ibid., 520.
[18] Ahmad Al-‘Usairy, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2008), 446.
[19] Ibid., 226
[20] Ibid., 229
[21] Shireen T Hunter. Politik Kebangkitan Islam. (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2001), 228.
[22] Ira M Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam, 103.

Postingan terkait: