OPERANT
CONDITIONING MENURUT B. F . SKINNE DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN
PENDAHULUAN
Di
dalam menerapkan metode yang baik untuk suatu proses pembelajaran, maka harus
diperlukan teori yang cocok untuk sebuah model pembelajaran yang mampu diserap
dan diterapkan dalam proses pengajaran disekolah, akan tetapi kita harus
melihat metode mana yang lebih cocok diterapkan di dalam kelas, karena tidak
semua teori pembelajaran cocok untuk diterapkan. Sebelum kita menggunakan suatu
metode pembelajaran kita harus melihat situasi dan kondisi lingkungan sekitar
dan meneliti teori apa yang harus digunakan.
Banyak teori tentang belajar yang telah
berkembang mulai abad ke 19 sampai sekarang ini. Pada awal abad ke-19 teori
belajar yang berkembang pesat dan memberi banyak sumbangan terhadap para ahli
psikologi adalah teori belajar tingkah laku (behaviorisme) yang awal
mulanya dikembangkan oleh psikolog Rusia Ivan Pavlov (tahun 1900-an) dengan
teorinya yang dikenal dengan istilah pengkondisian klasik (classical
conditioning) dan kemudian teori belajar tingkah laku ini dikembangkan oleh
beberapa ahli psikologi yang lain seperti Edward Thorndike, B.F Skinner dan
Gestalt.
Teori belajar behaviorisme ini berorientasi pada
hasil yang dapat diukur dan diamati. Pengulangan dan pelatihan digunakan supaya
perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari
penerapan teori behavioristik ini adalah terbentuknya suatu perilaku yang
diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku
yang kurang sesuai mendapat penguatan negatif. Evaluasi atau Penilaian didasari
atas perilaku yang tampak. Dalam teori belajar ini guru tidak banyak memberikan
ceramah,tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh, baik yang dilakukan
sendiri maupun melalui simulasi.
Proses yang menunjukkan hubungan secara
terus-menerus antara respon yang muncul serta rangsangan yang diberikan
dinamakan suatu proses belajar. Dalam teori yang dikemukakan oleh Skinner, dia
berpendapat bahwa operant conditioning ini merupakan suatu situasi belajar,
dimana suatu respon dibuat lebih kuat, akibat dari pemberian reinforcement secara
langsung. Dan dalam pembentukan prilaku ini, Skinner memiliki prosedur-prosedur
tertentu. Dan reinforcement yang diberikan terbagi menjadi 2 macam, yaitu
reinforcement positif dan negatif.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Operant Conditioning
Dalam kamus psikologi disebut
bahwa Operant ialah setiap respon yang bersifat instrumental dalam menimbulkan
akibat-akibat tertentu, seperti hadiah makanan atau satu kejutan listrik.
Respon tersebut beroperasi ke dalam lingkungan, sementara Conditioning menpunyai
arti mempelajari respon tertentu.[1] Di
bawah ini merupakan beberapa definisi dari Operant Conditioning:
1.
Suatu tipe (instrumental) conditioning yang melibatkan modifikasi operant
respon melalui pemberian hadiah. Dengan cara tertentu, suatu respon yang
dipancarkan oleh organisme terjadi diperkuat sesuai dengan urutan waktunya, dan
perubahan – perubahan yang ditimbulkannya dipelajari sebagai alat penguat
respon yang biasa digunakan.
2.
Suatu tipe belajar dengan mempelajari konsekuensi atau akibat dari tingkah
laku kita di dalam lingkungan, perilaku-perilaku mana saja yang mendorong kita
untuk menghindari akibat-akibat penguatan negatif “tidak menyenangkan”.
3.
Suatu tipe pengkondisian instrumental yang mencakup memodifikasi / perubahan
dari suatu operant, suatu operant yang dipancarkan oleh suatu organisme
kemudian diperkuat dengan cara-cara tertentu sesuai jadwal tertantu dengan
menghasilkan perubahan dalam kecepatan kejadianya.
Operant
Conditioning atau pengkondisian
operan adalah suatu proses penguatan perilaku operan (penguatan positif
atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali
atau menghilang sesuai dengan keinginan. Teori ini diteliti Pavlov dan
dikembangkan Skinner. Skinner berpendapat setiap suatu tindakan yang telah
dibuat ada konsekuensinya, penghargaan untuk tindakan yang benar, hukuman untuk
yang salah. Tindakan yang ingin mendapat penghargaan akan menjadi suatu
kebiasaan, dan secara tidak disadari kebiasaan lama akan hilang.
Skinner
membuat eksperimen sebagai berikut: Dalam laboratorium, Skinner memasukkan
tikus yang telah dilaparkan dalam kotak yang disebut “Skinner box”, yang
sudah dilengkapi dengan berbagai peralatan, yaitu tombol, alat memberi makanan,
penampung makanan, lampu yang dapat diatur nyalanya, dan lantai yang dapat
dialiri listrik. Karena dorongan lapar (hunger drive), tikus berusaha keluar
untuk mencari makanan. Selama tikus bergerak kesana-kemari untuk keluar dari
box, tidak sengaja ia menekan tombol, makanan keluar. Secara terjadwal
diberikan makanan secara bertahap sesuai peningkatan perilaku yang ditunjukkan
si tikus, proses ini disebut shaping. Berdasarkan berbagai percobaannya pada
tikus dan burung merpati, Skinner menyatakan bahwa unsur terpenting dalam
belajar adalah penguatan (reinforcement). Maksudnya adalah pengetahuan yang
terbentuk melalui ikatan stimulu-respon akan semakin kuat bila diberi
penguatan.
B. Biografi B.F . SKINNER
Burrhus Frederic Skinner lahir pada tanggal 20 maret 1904 di kota kecil
susquenhanna, pennshyilvania, AS. Ayahnya adalah seorang pengacara dan ibunya
adalah seorang ibu rumah tangga dengan kepribadian dan kecerdasan yang kuat.
Sebagai seorang anak yang aktif, skinner lebih menyenangi kegiatan di luar
rumah dan sangat menikmati kegiatan-kegiatan disekolahnya. Skinner bercita-cita
menjadi penulis dan berusaha untuk mewujudkannya dengan mengirim puisi dan
cerita pendek keberbagai media cetak.
Setelah beberapa lama berkelana tidak tentu arah, dia memutuskan untuk
kembali sekolah, kali ini di Harvard. Dia meraih gelar master dalam bidang
psikologi pada tahun 1930 dan doctoral nya tahun 1931 dan menetap di Harvard
sampai tahun 1936 untuk melakukan berbagai penelitian. Di tahun 1936 dia pindah
di Minneapolis untuk mengajar di university Of Minnesota. Disini dia berkenalan
dengan Yvone blue dan tidak lama kemudian menikahinya. Mereka dikarunia dua
orang putri. Putrinya yang kedua menjadi sangat terkenal karena dialah anak
pertama yang memberi inspirasi berbagai penemuan Skinner, salah satunya adalah
kurungan kaca.[2]
Tahun 1945, dia menjadi pimpinan departemen Psikologi di Indiana university.
Tahun 1948, dia diminta mengajar di Harvard tempat dia menghabiskan seluruh
hidupnya. Skinner adalah orang yang sangat aktif mengadakan penelitian dan
membimbing ratusan kandidat doctor sertta menulis begitu banyak buku. Walaupun
tidak berhasil menjadi penulis fiksi dan penyair, namun dia berhasil menjadi
salah satu penulis psikologi terbaik, termasuk buku Wolden II, sebuah buku
fiksi yang menjelaskan prilaku sebuah komunitas berdasarkan perspektif
behavioris. Karya tulisnya yang dianggap baru atau yang terakhir berjudul About
Behaviorism yang diterbitkan pada tahun 1974. Tema pokok yang mewarnai
karya-karyanya adalah bahwa tingkah laku itu terbentuk oleh konsekuensi yang
ditimbulkan oleh tingkah laku itu sendiri. Tanggal 18
agustus 1990 skinner meninggal dunia akibat leukemia. Dia akan tetap dikenang
sebagai psikolog paling terkenal setelah Sigmund Freud.[3]
C. Latar Belakang Teori Operant Conditioning B.F Skinner
Dasar dari pengkondisian operan (operant conditioning) dikemukakan oleh
E.L. Thorndike pada tahun 1911, yakni beberapa waktu sesudah munculnya teori
classical conditioning yang dikemukakan oleh Pavlov. Pada saat itu thorndike
mempelajari pemecahan masalah pada binatang yang diletakkan di dalam sebuah
“kotak teka-teki”. Dimana setelah beberapa kali percobaan, binatang itu mampu
meloloskan diri semakin cepat dari perobaan percobakan sebelumnya. Thorndike
kemudian mengemukakan hipotesis“ apabila suatu respon berakibat menyenangkan,
ada kemungkinan respon yang lain dalam keadaan yang sama” yang dikenal dengan hukum
akibat“ low of effect”
Dari teori yang dikemukakan
thorndike, skinner telah mengemukakan pendapatnya sendiri dengan memasukkan
unsur penguatan kedalam hukum akibat tersebut, yakni perilaku yang dapat
menguatkan cenderung di ulangi kemunculannya, sedangkan perilaku yang tidak
dapat menguatkan cenderung untuk menghilang atau terhapus. Oleh karena itu Skinner
dianggap sebagai bapak operant conditioning
Jadi, Inti dari teori Skinner tentang Pengkondisian operan (operant
conditioning) dalam kaitannya dengan psikologi belajar adalah proses belajar
dengan mengendalikan semua atau sembarang respon yang muncul sesuai konsekuensi
(resiko) yang mana organisme akan cenderung untuk mengulang respon-respon yang
di ikuti oleh penguatan.
D. Konsep Teori Operant
Conditioning
Teori pembiasaan prilaku respon (operant conditioning) ini merupakan teori
belajar yang berusia paling muda dan termasuk sangat berpengaruh dikalangan
para ahli psikologi belajar masa kini, dimana penciptanya bernama Burrhus
Frederic Skinner. Menurut Skinner, prilaku adalah perbuatan yang dilakukan
seseorang pada situasi tertentu. prilaku ini dapat terjadi karena dua pengaruh
yaitu pengaruh yang mendahuluinya dan pengaruh yang mengikutinya.[4]
Sistem pembentukan prilaku yang ditawarkan oleh Skinner didasarkan pada
”cara kerja yang menentukan (operant conditioning)”. Dimana Skinner
mengemukakan bahwa:
a.
Prilaku yang diikuti oleh stimulan-stimulan penggugah memperbesar
kemungkinan dilakukannya lagi prilaku tersebut dimasa-masa selanjutnya.
b.
Prilaku yang tidak lagi diikuti oleh stimulant-stimulan penggugah
memperkecil kemungkinan dilakukannya prilaku tersebut dimasa-masa selanjutnya.
Dalam sebuah buku dituliskan bahwa menurut skinner, pengkondisian operan
terdiri dari dua konsep utama,yaitu:[5]
a.
Penguatan (reinforcement)
Penguatan
(reinforcement) adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas
bahwa suatu perilaku akan terjadi. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua
bagian:
1. Penguatan positif, adalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa
frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung (rewarding).
Bentuk-bentuk penguatan positif adalah berupa hadiah , perilaku (senyum,
menganggukkan kepala untuk menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan jempol),
atau penghargaan (nilai A, Juara 1 dsb).
2. Penguatan negatif, adalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa
frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang
merugikan (tidak menyenangkan). Bentuk-bentuk penguatan negatif antara lain:
menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan
perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka kecewa dll).
Satu cara untuk mengingat perbedaan antara penguatan positif dan penguatan
negatif adalah dalam penguatan positif ada sesuatu yang ditambahkan atau
diperoleh. Dalam penguatan negatif, ada sesuatu yang dikurangi atau di
hilangkan. Dalam penguatan negatif, ada sesuatu yang dikurangi atau di
hilangkan. Mudah untuk mengacaukan penguatan negatif dengan hukuman. Agar
istilah ini tidak rancu, ingat bahwa penguatan negatif meningkatkan
probabilitas terjadinya suatu prilaku, sedangkan hukuman menurunkan
probabilitas terjadinya perilaku.
Skinner menganggap bahwa reward atau reinforcement merupakan factor
terpenting dalam proses belajar. Skinner berpendapat, bahwa tujuan psikologi
adalah meramal dan mengontrol tingah laku.[6]
Perbedaan antara classical conditioning Pavlov dengan operant conditioning
skinner yaitu dalam classical conditioning merupakan akibat dari suatu tingkah
laku itu, dan reinforcement tidak diperlukan karena stimulinya menimbulkan
respon yang diinginkan. Operant conditioning adalah suatu situasi belajar
dimana suatu respon dibuat lebih kuat akibat adanya reinforcement langsung.[7]
b.
Hukuman (punishment)
Hukuman (punishment) adalah konsekuensi
yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku atau apa saja yang
menyebabkan sesuatu respon atau tingkahlaku menjadi berkurang atau bahkan
langsung dihapuskan atau ditinggalkan. Dalam bahasa sehari-hari kita
dapat mengatakan bahwa hukuman adalah mencegah pemberian sesuatu yang
diharapkan organisme, atau memberi sesuatu yang tidak diinginnya.
Namun menurut skinner hukuman
tidak menurunkan probabilitas respon, walaupun hukuman bisa menekan suatu
respon selama hukuman itu diterapkan, manun hukuman tidak akan melemahkan
kebiasaan. Skinner juga berpendapat bahwa hukuman dalam jangka panjang tidak
akan efektif, tampak bahwa hukuman hanya menekan perilaku, dan ketika ancaman
dihilangkan, tingkat perilaku akan ke level semula.[8] Contohnya:
Penguatan positif
|
||
Perilaku
Muridmengajukan pertanyaan yang bagus
|
Konsekuensi
Guru memuji murid
|
Prilaku kedepan
Murid
mengajukan lebih banyak pertanyaan
|
Penguatan negatif
|
||
Perilaku
Murid
menyerahkan PR tepat waktu
|
Konsekuensi
Guru
berhenti menegur murid
|
Prilaku kedepan
Murid
makin sering menyerahkan PR tepat waktu
|
Hukuman
|
||
Perilaku
Murid
menyela guru
|
Konsekuensi
Guru
menegur murid langsung
|
Prilaku kedepan
Murid
berhenti menyela guru
|
Ingat bahwa penguatan bisa berbentuk postif dan negatif. Dalam kedua
bentuk itu, konsekuensi meningkatkan prilaku. Dalam hukuman, perilakunya
berkurang.
|
Reinforcement negative itu sering dikacaukan dengan hukuman. Proses
reinforcement baik positif ataupun negative selalu berupa memperkuat tingkah
laku. Sebaliknya, hukuman mengandung pengurangan atau penekanan tingkah laku.
Dalam kaitannya dengan hukuman, Skinner tidak mendukung digunakannya hukuman
dalam rangka pembentukan prilaku, karena hukuman dalam jangka waktu yang
panjang tidak mempunyai pengaruh, justru banyak segi negatifnya daripada segi
positifnya.
Skinner lebih percaya pada
“penguatan negatif” (negatif reinforcement), yang tidak sama dengan hukuman.
Bedanya dengan hukuman adalah, bila hukuman harus diberikan (sebagai stimulus)
agar respons yang timbul berbeda dengan yang diberikan sebelumnya, sedangkan
penguatan negatif (sebagai stimulus) harus dikurangi agar respons yang sam
menjadi kuat. Misalnya seorang siswa perlu dihukum untuk suatu kesalahan dan
dilakukan pengurangan terhadap suatu yang mengenakkan baginya (bukan malah
ditambah), maka pengurangan ini mendorong siswa untuk memperbaiki kesalahannya.
Inilah yang disebut dengan “Penguatan Negatif”.
E. Penerapan Teori Operant
Conditioning Dalam Pendidikan
Menurut skinner konsekuensi
itu sangat menentukan apakah seseorang akan mengulangi suatu tingkah laku yang
sama pada waktu lain atau dimasa yang akan datang. Mengendalikan konsekuensi
yang timbul dari tingkah laku tertentu dapat menyenangkan ataupun tidak
menyenangkan bagi yang bersangkutan. Bermacam – macam penjatahan waktu bagi
konsekuensi dapat juga berpengaruh juga peda yang bersangkutan.
Aplikasi Skinner terhadap
pembelajaran.
Beberapa
aplikasi teori belajar Skinner dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Bahan yang
dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit yang terkecil.
b. Hasil belajar
harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan dan jika benar
diperkuat.
c. Dalam proses
pembelajaran tidak dikenakan hukuman.
d. Dalam
pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk mengindari pelanggaran agar
tidak menghukum.
e. Tingkah laku
yang diinginkan pendidik diberi hadiah.
f.
Hadiah diberikan kadang-kadang (jika perlu)
g. Tingkah laku
yang diinginkan, dianalisis kecil-kecil, semakin meningkat mencapai tujuan.
h. Dalam
pembelajaran sebaiknya digunakan pembentukan (shaping).
i.
Mementingkan kebutuhan yang akan menimbulkan tingkah laku operan.
Setiap
teori belajar mempunyai implikasi bagi pengajaran. Bagi guru teori belajar
dapat memperjelas fungsinya bagi anak dalam belajar.[9] Begitu
juga Skinner mengakui bahwa aplikasi dari teori operant adalah terbatas, tetapi
ia meyakini bahwa ada implikasi praktis bagi pendidikan. Ia mengemukakan bahwa
kontrol yang positif atau menyenangkan mengandung sikap yang menguntungkan
terhadap pendidikan, dan akan lebih efektif bila digunakan.
Selain
kesegeraan reinforcement, hal yang akan diberikan reinforcement
juga perlu diperhatikan di dalam mengajar. Bila guru membimbing siswa
menuju pencapaian tujuan dengan menggunakan reinforcement pada
langkah-langkah menuju keberhasilan, guru menggunakan teknik pembentukan.
Pendidik
hendaknya melakukan pencatatan dari kemajuan siswa, sehingga dapat dilakukan
perubahan program yang diperlukan siswa. Pendidik perlu mengetahui dan
menentukan tugas mana yang akan dilaksanakan, bagaimana cara melaksanakan, dan
hasil apa yang diharapkan. Menurut Skinner mengajar adalah mengatur kesatuan
penguat untuk mempercepat proses belajar.[10]
Dengan demikian tugas guru harus menjadi arsitek dalam membentuk tingkah laku
siswa dengan penguatan, sehingga dapat membentuk respons yang tepat dikalangan
siswa.
Sebagai
contoh jika seorang guru ingin membentuk siswanya setiap hari berangkat
kesekolah tepat waktu, maka sebagai penguatan guru tersebut bisa memberikan reward
dengan segera pada siswa yang paling awal berangkat kesekolah dan memberi
hukuman pada siswa yang terlambat datang kesekolah. Namun guru hendaknya member
hukuman yang positif kepada siswanya. Penguatan itu dilakukan secara konsisten
hingga siswa terbiasa dengan tingkah laku tersebut.
Adapun contoh penerapan teori
Operant Conditioning dalam dunia pendidikan, yaitu : Guru menyampaikan stimulus
yang mendahuluinya, respon siswa guru manyampaikan konsekuensi stimulus. Siapa
pencipta lagu “Indonesia Raya”? “W.R Supratman”....... “bagus”. Sebutkan salah
satu bentuk peninggalan dari kebudayaan Dong Son? “ Logam” ya, betul
sekali....!!! Dimanakah letak candi borobudur? “di yogyakata” bukan itu
salah.
Apabila siswa menjawab dengan
benar maka diberikan reward (pujian), sedangkan bila siswa menjawab salah maka
tidak seharusnya mendapatkan hukuman, karena itu akan membuat siswa takut untuk
merespons pertanyaan guru di waktu yang lain. Akan tetapi, apabila reward terus
diberikan, maka akan mencapai tujuan yang diinginkan.
Yang baik dalam pendidikan
adalah variabel ratio yaitu hadiah diberikan kadang – kadang jika itu dipandang
perlu. Pada mulanya pemberian hadiah atau hukuman, dalam jangka pendek akan
mempunyai efek mengubah kenaikan tingkah laku yang diinginkan. Tetapi, dalam
jangka panjang hadiah tetap berefek menaikkan, sedangkan hukuman justru tidak
berfungsi lagi.
Menurut Skinner hukuman justru
menimbulkan efek yang tidak baik, yaitu:
1. Berefek negatif pada segi emosi, misalnya rasa dendam.
2. Kadang juga menimbulkan sakit jasmani.
3. Menumbuhkan agresifitas, ini memungkinkan berbuat yang
jauh lebih jelek.
4. Bila sesuatu aktifitas diberikan hukuman, maka tingkah
laku tersebut diberi hukuman, agar tetap konsekwen.
F. Kelebihan Dan Kelemahan Teori
Operant Conditioning
1. Kelebihan
a. Dengan diterapkannya dalam pendidikan akan memberikan
semangat tersendiri bagi siswa karena adanya pemberian hadiah, sehingga mamacu
semangat untuk belajar.
b. Siswa lebih aktif dan semangat dalam menjawab
pertanyaan dari guru dengan harapan akan mendapat reward.
c. Memacu siswa untuk terus berprestasi didalam kelas.
2. Kelemahan
a. Adanya pelaksanaan Mastery Learning, yaitu siswa
mempelajari materi secara tuntas menurut waktunya masing-masing, karena setiap
siswa berbeda-beda iramanya. Akibatnya siswa naik atau lulus sekolah dalam
waktu yang berbeda-beda.
b. Adanya kecemburuan kelas
c. Bagi anak yang dapat menjawab pertanyaan guru, ia akan
mendominasi, sedangkan yang tidak bisa ia akan diam
PENUTUP
Dari uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa teori Operant Conditionin suatu teori yang mengunakan
konsekuensi yang menyenangkan dan tidak menyenangkan dalam mengubah tingkah
laku. Yang mana dalam pelaksanaannya ada pemberian reward (hadiah) dan tidak
adanya hukuman. Yang baik dalam pendidikan adalah variabel ratio, yaitu hadiah
diberikan kadang – kadang, jika dipandang perlu. Teori ini juga mempunyai
kelebihan dan kekurangan.
Alangkah baiknya jika
penerapan teori ini tidak diterapkan sepenuhnya, tetapi juga digabung dengan
teori yang lainnya sehingga akan tercipta suatu tujuan pendidikan yang
diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta: Logos, 1999.
Boerre, George, Personaliti Theoris, Yogyakarta: Prisma Sophie, 2009.
Mahmud, Dimyati, Psikologi
Pendidikan, Yogyakarta: BPFE,1990.
Damayanti, Nefi, Psikologi Belajar.
Asrori, Muhammad, Psikologi
pembelajaran, Bandung : Wacana Prima, 2007.
Soemanto, Wasty, Psikologi Pendidikan, Jakarta : PT Rineka Cipta, 1998.
B.R. Hergenhahn, Theories of learning, Prenada Media Group, 2008.
Ali, Muhammad,
Guru dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1996.
Sudjana, Nana,
Teori-teori Belajar untuk Pengajaran, Jakarta: LPM Fakultas Ekonomi UI,
1991.