Hakekat Belajar dan Pembelajaran dalam Psikologi Pendidikan

HAKEKAT BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

PENDAHULUAN
          Belajar merupakan suatu proses yang alami bagi manusia, seperti yang dinyatakan oleh ahli psikologi yang bernama Guthrie yang menganggap bahwa belajar itu sifatnya jiwa manusia. Dia menyatakan bahwa setiap manusia memiliki gaya tersendiri dalam menjalankan suatu proses pembelajaran atau yang kita kenal dengan istilah “ Gaya Belajar “.
Gaya belajar (learning styles) adalah merupakan suatu proses gerak laku, penghayatan, serta kecendrungan seorang pelajar mempelajari atau memperoleh suatu ilmu dengan cara yang tersendiri[1]. Pembudayaan ini melibatkan aspek penggunaan ruang dan lokasi, kemudahan pencahayaan dan persekitaran.
-   Ruang dan lokasi: termasuk bilik khas atau tempat terbuka
-   Kemudahan : kelengkapan kursi, meja, dan peralatan yang berkaitan.
-   Pencahayaan : cahaya lampu dan cahaya lainnya yang mendukung (lingkungan).
-   Persekitaran : termasuk bunyi, waktu belajar, waktu makan, cuaca dan kumpulan belajar.
Proses pembelajaran yang berlaku pada seorang pelajar dengan pelajar lain berbeda. Ada pelajar yang lebih gemar membaca buku pada tempat yang tidak begitu formal seperti diruang tamu atau dibilik tidur, ada juga yang bisa belajar pada keadaan formal seperti disebuah ruang belajar yang di lengkapi dengan kursi dan meja, dan lain sebagainnya.
Di dalam proses pembelajaran, unsur proses belajar memegang peran penting atau vital. Mengajar adalah proses membimbing kegiatan belajar dan kegiatan mengajar hanya bermakna apabila terjadi kegiatan belajar siswa. Oleh karena itu, sangat penting bagi guru memahami sebaik-baiknya tentang proses belajar siswa agar ia dapat memberikan bimbingan dan menyediakan lingkungan belajar yang tepat dan serasi bagi siswa.

PEMBAHASAN

A.      Hakekat Belajar dan Pembelajaran
1.    Belajar
Belajar (learning) adalah salah satu topic paling penting didalam psikologi dewasa ini, namun konsepnya sulit untuk di definisikan. American Heritage Dictionary mendefinisikannya sebagai berikut : “To gain knowledge, comprehension, or mastery through experience or study” (untuk mendapatkan pengetahuan, pemahaman, atau penguasaan melalui pengalaman atau studi).[2]. Sedangkan Morgan menyebutkan bahwa suatu kegiatan dikatakan belajar apabila memiliki tiga ciri-ciri sebagai berikut.[3]
·  Belajar adalah perubahan tingkahlaku;
·  Perubahan terjadi karena latihan dan pengalaman, bukan karena pertumbuhan;
·  Perubahan tersebut harus bersifat permanen dan tetap ada untuk waktu yang cukup lama
Berbicara tentang belajar pada dasarnya berbicara tentang bagaimana tingkahlaku seseorang berubah sebagai akibat pengalaman. Dari pengertian di atas dapat dibuat kesimpulan bahwa agar terjadi proses belajar atau terjadinya perubahan tingkahlaku sebelum kegiatan belajar mengajar dikelas seorang guru perlu menyiapkan atau merencanakan berbagai pengalaman belajar yang akan diberikan pada siswa dan pengalaman belajar tersebut harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Proses belajar itu terjadi secara internal dan bersifat pribadi dalam diri siswa,agar proses belajar tersebut mengarah pada tercapainya tujuan dalam kurikulum maka guru harus merencanakan dengan seksama dan sistematis berbagai pengalaman belajar yang memungkinkan perubahan tingkahlaku siswa sesuai dengan apa yang diharapkan. Aktifitas guru untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan proses belajar siswa berlangsung optimal disebut dengan kegiatan pembelajaran. Dengan kata lain pembelajaran adalah proses membuat orang belajar. Guru bertugas membantu orang belajar dengan cara memanipulasi lingkungan sehingga siswa dapat belajar dengan mudah, artinyaguru harus mengadakan pemilihan terhadap berbagai starategi pembelajaran yang ada, yang paling memungkinkan proses belajar siswa berlangsung optimal. Dalam pembelajaran proses belajar tersebut terjadi secara bertujuan dan terkontrol. Tujuan -tujuan pembelajaran telah dirumuskan dalam kurikulum yang berlaku. Peran guru disini adalah sebagai pengelola proses belajar mengajar tersebut.[4]
Dalam sistem pendidikan kita (UU. No. 20 Tahun 2003), seorang guru tidak saja dituntut sebagai pengajar yang bertugas menyampaikan materi pelajaran tertentu tetapi juga harus dapat berperan sebagai pendidik.[5] Davies dalam Thursan Hakim mengatakan untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik seorang guru perlu memiliki pengetahuan dan pemahaman berbagai prinsip-prinsip belajar, khususnyai prinsip berikut :[6]
·       Apapun yang dipelajari siswa , maka siswalah yang harus belajar, bukan orang lain. Untuk itu siswalah yang harus bertindak aktif;
·       Setiap mahasiswa akan belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya;
·       Seorang siswa akan belajar lebih baik apabila memperoleh penguatan langsung pada setiap langkah yang dilakukan selama proses belajarnya terjadi;
·       Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan mahasiswa akan membuat proses belajar lebih berarti; dan
·       Seorang siswa akan lebih meningkat lagi motivasinya untuk belajar apabula ia diberi tangungjawab serta kepercayaan penuh atas belajarnya.
Belajar adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan, dan sikap. Dengan belajar peserta didik dapat mengetahui hal-hal yang baru dan dapat meningkatkan pengetahuan yang dimilikinya, mengubah dari tidak tahu menjadi tahu, dari yang salah menjadi benar, dan dari kurang baik menjadi baik. Seperti yang dikatakan oleh Riberu, bahwa belajar merupakan proses dan dalam proses ini orang berkenalan dengan salah satu pola tingkah laku atau memperbaiki salah satu pola tingkah laku yang telah dikuasainya.[7]
Dengan kata lain, belajar merupakan suatu upaya untuk memperbaiki, mengembangkan, bahkan meningkatkan kemampuan afektif, psikomotorik, dan kinestetik peserta didik. Kegiatan belajar yang dilakukan oleh peserta didik harus seimbang antara otak kanan dan kiri. Untuk mencapai hal tersebut, sebaiknya proses belajar tidak hanya dilaksanakan dengan metode konservatif (ceramah/DDCH - Duduk, dengar, catat, dan hafal), tetapi juga metode-metode lain yang dapat merangsang keaktifan peserta didik.[8]
Belajar bisa melalui pengalaman melibatkan peserta didik secara langsung dalam masalah atau isu yang dipelajari. Sehingga peserta didik dapat lebih aktif dan menerima pelajaran dengan baik. Bukan sebaliknya cepat jenuh, bosan, dan sebagainya. Belajar aktif dan menyenangkan (biasa dikenal dengan ‘Learning/ Learning by Fun’) dapat menstimulus kreativitas peserta didik dalam proses belajar.
Menurut Slameto, belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya[9]
M. Sobry Sutikno mengemukakan, belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya[10].
Menurut Hilgard dan Bower dalam bukunya Theories of Learning yang dikutip oleh Ngalim Purwanto, belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam suatu situasi[11].
Sedangkan menurut Kimble belajar adalah perubahan perilaku atau potensi perilaku yang relative permanent yang berasal dari pengalaman dan tidak bisa dinisbatkan ke keadaan tubuh seperti keadaan yang disebabkan oleh sakit, keletihan atau obat-obatan.[12]
Definisi ini masih menekankan pentingnya pengalaman tetapi definisi ini membiarkan ahli teori untuk menentukan sendri apa jenis pengalaman yang dirsa perlu untuk terjadinya suatu tindak belajar, misalnya praktik penguatan, hubungan antara stimulus dengan respon, atau akuisisi informasi. Definisi ini juga mengingatkan kita bahwa pengalaman dapat menyebabkan peristiwa yang bukan tindak belajar yang bisa memodifikasi perilaku, keletihan adalah salah satu contohnya.
1)    Pengertian Belajar Yang Populer
Hampir semua ahli telah mencoba merumuskan dan mencoba membuat tafsirannya tentang “belajar”. sering kali perumusan dan penafsiran itu berbeda satu sama lain.
Belajar adalah modifikasi dan memperteguh kelakuan melalui pengalaman. (learning is defened as the modification or strengtrening of behavior through experiencing). Yaitu belajar adalah merupakan suatu proses, satu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari pada itu yaitu mengalami. Hasil belajar bukan hanya penguasaan latihan melainkan perubahan kelakuan[13].
Pengertian ini berbeda dengan pengertian lain tentang belajar, yang menyatakan bahwa belajar adalah memperoleh pengetahuan, belajar adalah latihan-latihan pembentukan kebiasaan secara otomatis dan seterusnya. Ada juga yang merumuskan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungan.
2)    Belajar Menurut Pandangan Skinner
Menurut Skinner yang di kutip oleh Dimyati dan Mudjiono dalam bukunya yang berjudul Belajar dan pembelajaran, bahwa belajar merupakan hubungan antara stimulus dan respons yang tercipta melalui proses tingkah laku[14]. Pada saat belajar maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya bila tidak belajar maka responnya menurun. Dalam belajar ditemukan adanya hal seperti berikut:
Ø Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon pebelajar
Ø Respons si pebelajar, dan
Ø Konsekuensi yang bersifat menguatkan respon tersebut.
Pandangan Skinner ini terkenal dengan dengan nama teori Skinner (Operan Kondisioning). Dalam menerapkan teori skinner, guru harus memperhatikan dua hal penting. Yaitu :
1)) Pemilihan stimulus yang diskriminatif
2)) Penggunaan penguatan
Adapun langkah-langkah pembelajaran berdasarkan teori ini yaitu :
a.    Mempelajari keadaan kelas
b.    Membuat daftar penguat positif
c.    Memilih dan menentukan urutan tingkah laku yang dipelajari serta jenis penguatnya.
d.    Membuat program pembelajaran[15].
3)    Belajar Menurut Gagne
Menurut Gagne belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari : stimulus yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan ole pebelajar.
Gagne menjelaskan bahwa belajar terdiri dari tiga komponen penting yaitu : kondisi eksternal, internal, dan hasil belajar.
Gagne juga menjelaskan bahwa dalam belajar terdiri dari tiga tahap yang meliputi :
a.    Persiapan untuk belajar
b.    pemerolehan dan unjuk perbuatan
c.    alih belajar. tahap ini meliputi pengisyaratan untuk membangkitkan dan   pemberlakuan secara umum.
4)    Belajar Menurut Pandangan Piaget
Piaget berpendapat bahwa pengetahuan di bentuk oleh individu. Sebab individu melakukan interaksi terus menerus dalam lingkungan. Lingkungan tersebut mengalami perubahan. Dengan adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelektual semakin begrkembang.
Menurut Piaget langkah pembelajaran ada empat :
a.    Menentukan topic yang di pelajari oleh anak sendiri
b.    Memilih atau mengembangkan aktifitas kelas dengan topic tersebut
c.    Mengetahui adanya kesempatan bagi guru untuk mengemukakan pertanyaan yang menunjang proses pemecahan masalah.
d.    Menilai pelaksanaan tiap kegiatan, memperhatikan keberhasilan, dan melakukan revisi.
5)    Belajar Menurut Rogers
Menurut pendapatnya praktek pendidikan menitik beratkan pada segi pengajaran, bukan pada siswa yang belajar. praktek tersebut ditandai oleh peran guru yang dominan dan siswa hanya menghafalkan pelajaran.
Rogers juga mengemukakan pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan. Prinsip pendidikan dan pembelajaran tersebut sebagai berikut:
a.    Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan wajar untuk belajar
b.    Siswa akan mempelajari hal-hal yang berguna bagi dirinya
c.    Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses-proses belajar, keterbukaan belajar mengalami sesuatu, bekerja sama dengan melakukan pengubahan diri terus-menerus.
d.    Belajar yang optimal akan terjadi bila siswa berpartisipasi secara bertanggung jawab dalam proses belajar.
e.    Guru dan siswa membuat kontrak belajar.
f.     Guru menggunakan metode inkuiri, atau belajar menemukan (discovery learning)
g.    Guru mengadakan latihan kepekaan agar siswa mampu menghayati perasaan dan berpartisipasi dengan kelompok lain.
h.    Guru bertindak sebagai fasilitator belajar
i.      Dll.
2.      Pembelajaran
Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan mengajar. Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran formal lain. Sedangkan mengajar meliputi segala hal yang guru lakukan di dalam kelas Duffy dan Roehler dalam Nasution mengatakan apa yang dilakukan guru agar proses belajar mengajar berjalan lancar, bermoral dan membuat siswa merasa nyaman merupakan bagian dari aktivitas mengajar, juga secara khusus mencoba dan berusaha untuk mengimplementasikan kurikulum dalam kelas. Sementara itu pembelajaran adalah suatu usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum. Jadi pembelajaran adalah suatu aktivitas yang dengan sengaja untuk memodifikasi berbagai kondisi yang diarahkan untuk tercapainya suatu tujuan yaitu tercapainya tujuan kurikulum.[16]
Dalam buku pedoman melaksanakan kurikulum SMU menegaskan bahwa proses perubahan sikap dan tingkahlaku itu pada dasarnya berlangsung pada suatu lingkungan buatan (eksperimental) dan sangat sedikit sekali bergantung pada situasi alami (kenyataan). Oleh karena itu lingkungan belajar yang mendukung dapat diciptakan, agar proses belajar ini dapat berlangsung optimal. Dikatakan pula bahwa proses menciptakan lingkungan belajar sedemikian rupa disebut dengan pembelajaran.[17]
Belajar mungkin saja terjadi tanpa pembelajaran, namun pengaruh suatu pembelajaran dalam belajar hasilnya lebih sering menguntungkan dan biasanya mudah diamati. Mengajar diartikan dengan suatu keadaan untuk menciptakan situasi yang mampu merangsang siswa untuk belajar. Situasi ini tidak harus berupa transformasi pengetahuan dari guru kepada siswa saja tetapi dapat dengan cara lain misalnya belajar melalui media pembelajaran yang sudah disiapkan. Gagne dan Briggs mengartikan instruction atau pembelajaran ini adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal.
Sepintas pengertian mengajar hampir sama dengan pembelajaran namun pada dasarnya berbeda. Dalam pembelajaran kondisi atau situasi yang memungkinkan terjadinya proses belajar harus dirancang dan dipertimbangkan terlebih dahulu oleh perancang atau guru. Sementara itu dalam keseharian di sekolah-sekolah istilah pembelajaran atau proses pembelajaran sering dipahami sama dengan proses belajar mengajar dimana di dalamnya ada interaksi guru dan siswa dan antara sesama siswa untuk mencapai suatu tujuan yaitu terjadinya perubahan sikap dan tingkahlaku siswa. Apa yang dipahami guru ini sesuai dengan pengertian yang diuraikan dalam buku pedoman kurikulum.
Sistem pendidikan di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari sistem masyarakat yang memberinya masukan maupun menerima keluaran tersebut. Pembelajaran mengubah masukan yang berupa siswa yang belum terdidik menjadi siswa yang terdidik. Fungsi sistem pembelajaran ada tiga yaitu fungsi belajar, fungsi pembelajaran dan fungsi penilaian. Fungsi belajar dilakukan oleh komponen siswa, fungsi pembelajaran dan penilaian ( yang terbagi dalam pengelolaan belajar dan sumber-sumber belajar) dilakukan oleh sesuatu di luar diri siswa [18]
Sebenarnya belajar dapat saja terjadi tanpa pembelajaran namun hasil belajar akan tampak jelas dari suatu pembelajaran. Pembelajaran yang efektif ditandai dengan berlangsungnya proses belajar dalam diri siswa. Seseorang dikatakan telah mengalami proses belajar apabila dalam dirinya terjadi perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa dan sebagainya. Dalam pembelajaran hasil belajar dapat dilihat langsung, oleh karena itu agar kemampuan siswa dapat dikontrol dan berkembang semaksimal mungkin dalam proses belajar di kelas maka program pembelajaran tersebut harus dirancang terlebih dahulu oleh para guru dengan memperhatikan berbagai prinsip-prinsip pembelajaran yang telah diuji keunggulannya.
Untuk kepentingan pembelajaran, para guru dan calon guru masih harus mempelajari sendiri dari psikologi belajar. di samping itu juga guru harus memilih teori yang relevan dengan bidang studi asuhannya.

B.     Perubahan Tingkah Laku Dalam Belajar
Psikologi telah menjadi ilmu behaviorial dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Sebuah ilmu pengetahuan atau sains membutuhkan pokok persoalan yang dapat diamati, dapat diukur, dan dalam ilmu psikologi, pokok pokok persoalan itu adalah perilaku. Jadi, apapun yang kita pelajari dalam psikologi harus diekspresikan melalui perilaku, tetapi bukan berarti bahwa belajar adalah sebuah perilaku. Kita mempelajari perilaku sehingga kita bisa mengambil kesimpulan mengenai proses yang diyakini merupakan sebab dari perubahan perilaku yang kita lihat. Dalam kasus ini, prose situ dinamakan belajar. Kebanyakan teori belajar yang mendefinisikan tentang belajar sepakat bahwa proses belajar itu tidak bisa dipelajari secara langsung, hakikat dari belajar hanya bisa disimpulkan dari perubahan perilaku. Menurut Skinner, perubahan perilaku merupakan proses belajar itu sendiri dan tidak perlu lagi ada proses lain yang harus disimpulkan, hal ini berbeda dengan teori-teori yang lain.
Kebanyakan teoritis belajar memandang belajar sebagai sebuah prose yang meperantai perilaku. Menurt mereka, belajar adalah sesuatu yang terjadi sebagai sebagai hasil atau akibat dari pengalaman dan mendahului perilaku. Dalam kerangka definisi ini, belajar ditempatkan sebagai variable pengintervensi(intervening) atau variable perantara. Variable perantara ini adalah proses teoritis yang diasumsikan terjadi diantara stimuli dan respons yang diamati. Variable independent (variable bebas) menyebabkan perubahan dalam variable perantara (proses belajar), yang pada gilirannya akan menimbulkan perubahan dalam variable dipenden (variable terikat/perilaku).

C.    Jenis-Jenis Belajar
1)    Belajar bagian (Part learning)
Umumnya belajar bagian dilakukan bila seseorang dihadapkan pada materi yang bersifat luas atau ekstensif, dalam hal ini individu memecah seluruh materi menjadi bagian-bagian yang satu sama lain berdiri sendiri[19].
2)    Belajar dengan wawasan (Learning by insight)
Konsep ini dikenalkan oleh  W.Kohler salah seorang tokoh psikologi gestalt. Sebagai suatu konsep wawasan merupakan pokok utama dalam psikologi belajar dan proses berfikir.
3)    Belajar deskriminatif (Discriminatif learning)
Merupakan suatu usaha untuk memilih beberapa sifat situasi/stimulus dan kemudian menjadikannya sebagai pedoman dalam bertingkah laku.
4)    Belajar global/keseluruhan (global whole learning)
Disini bahan pelajaran dipelajari secara keseluruhanberulang sampai pelajaran menguasainya.
5)    Belajar instrumental (instrymental learning)
Pada belajar instrumental reaksi seorang siswa yang diperhatikan diikuti oleh tanda-tanda yang mengarah pada apakah siswa tersebut akan memperoleh hadiah, hukuman, berhasil atau gagal.
6)    Belajar laten (latent learning)
7)    Belajar mental (mental learnimg)
Perubahan kemungkinan tingkah laku yang terjadi disini tidak nyata terlihat, melainkan hanya berupa perubahan proses kognitif karena ada bahan yang dipelajari.
8)    Belajar produktif (Productive learning)
R. Beruis memberikan arti belajar produktif sebagai belajar dengan arti yang maksimum. Belajar adalah mengatur kemungkinan untuk melalkukan transfer dari satu situasi ke situasi yang lain.
9)    Belajar verbal (Verbal learning)
Yaitu belajar mengenai materi verbal atau dengan mengikuti latihan dan ingatan.



KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas maka penulis menyimpulkan bahwa belajar adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan, dan sikap. Dengan belajar peserta didik dapat mengetahui hal-hal yang baru dan dapat meningkatkan pengetahuan yang dimilikinya, mengubah dari tidak tahu menjadi tahu, dari yang salah menjadi benar, dan dari kurang baik menjadi baik.
Dengan kata lain, belajar merupakan suatu upaya untuk memperbaiki, mengembangkan, bahkan meningkatkan kemampuan afektif, psikomotorik, dan kinestetik peserta didik. Kegiatan belajar yang dilakukan oleh peserta didik harus seimbang antara otak kanan dan kiri. Untuk mencapai hal tersebut, sebaiknya proses belajar tidak hanya dilaksanakan dengan metode konservatif (ceramah/DDCH - Duduk, dengar, catat, dan hafal), tetapi juga metode-metode lain yang dapat merangsang keaktifan peserta didik.[20]
Belajar bisa melalui pengalaman melibatkan peserta didik secara langsung dalam masalah atau isu yang dipelajari. Sehingga peserta didik dapat lebih aktif dan menerima pelajaran dengan baik. Bukan sebaliknya cepat jenuh, bosan, dan sebagainya. Belajar aktif dan menyenangkan (biasa dikenal dengan ‘Learning/ Learning by Fun’) dapat menstimulus kreativitas peserta didik dalam proses belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad, Guru dalam proses belajar mengajan, Bandung : sinar barus satu, 1996
BR. Hergenhahn & Matthew H. Olson, Theories Of Learning edisi ketujuh, Jakarta : kencana, 2010
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta : Jakarta,1999
Gagne, Military Training an Principles of Learning, American Psycholigist, 1997.
Gredler, Margaret, The Psycology of Learning; Terj. Munandar, Bandung, Alfabeta, 2008.
Hill, F.Winfred, Theorie of Learning; A Survey of Psycological Interpretations, Harper Collins Publishers, 1990.
Khozim, M, Teoir-teori Pembelajaran; Konsepsi, Komparasi dan Signifikansi, Bandung: NusaMedia, 2011.
Mardapi, Djemari, Pedoman Umum Belajar Mengajar SMU, Yogyakarta: Univ. Jogja, 2001.
Sagala, Syaiful, Konsep dan Makna Pembelajarn, Bandung: Alfabeta, 2009.
Simanjuntak, Lisnawati, dkk, Metode Mengajar Matematika I, Rineka Cipta : Jakarta, 1992.
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta : Jakarta, 2003
Susilo, M. Joko, Gaya Belajar Menjadikan Makin Pintar, Pinus Book Publisher : Yogyakarta, 2006
Yamin, Martinis, Belajar dan Pembeljaran, Jakarta: Gaung Persada, 2007.



Postingan terkait: