HAKEKAT BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
PENDAHULUAN
Belajar
merupakan suatu proses yang alami bagi manusia, seperti yang dinyatakan oleh
ahli psikologi yang bernama Guthrie yang menganggap bahwa belajar itu sifatnya
jiwa manusia. Dia menyatakan bahwa setiap manusia memiliki gaya tersendiri
dalam menjalankan suatu proses pembelajaran atau yang kita kenal dengan istilah
“ Gaya Belajar “.
Gaya belajar (learning styles) adalah merupakan suatu proses gerak
laku, penghayatan, serta kecendrungan seorang pelajar mempelajari atau
memperoleh suatu ilmu dengan cara yang tersendiri[1].
Pembudayaan ini melibatkan aspek penggunaan ruang dan lokasi, kemudahan
pencahayaan dan persekitaran.
- Ruang dan lokasi: termasuk bilik khas atau tempat terbuka
- Kemudahan : kelengkapan kursi, meja, dan peralatan yang berkaitan.
- Pencahayaan : cahaya lampu dan cahaya lainnya yang mendukung
(lingkungan).
- Persekitaran : termasuk bunyi, waktu belajar, waktu makan, cuaca
dan kumpulan belajar.
Proses pembelajaran yang berlaku pada seorang pelajar dengan pelajar
lain berbeda. Ada pelajar yang lebih gemar membaca buku pada tempat yang tidak
begitu formal seperti diruang tamu atau dibilik tidur, ada juga yang bisa
belajar pada keadaan formal seperti disebuah ruang belajar yang di lengkapi
dengan kursi dan meja, dan lain sebagainnya.
Di dalam proses pembelajaran, unsur proses belajar memegang peran
penting atau vital. Mengajar adalah proses membimbing kegiatan belajar dan
kegiatan mengajar hanya bermakna apabila terjadi kegiatan belajar siswa. Oleh
karena itu, sangat penting bagi guru memahami sebaik-baiknya tentang proses
belajar siswa agar ia dapat memberikan bimbingan dan menyediakan lingkungan
belajar yang tepat dan serasi bagi siswa.
PEMBAHASAN
A.
Hakekat Belajar
dan Pembelajaran
1.
Belajar
Belajar
(learning) adalah salah satu topic paling penting didalam psikologi
dewasa ini, namun konsepnya sulit untuk di definisikan. American Heritage
Dictionary mendefinisikannya sebagai berikut : “To gain knowledge,
comprehension, or mastery through experience or study” (untuk mendapatkan
pengetahuan, pemahaman, atau penguasaan melalui pengalaman atau studi).[2]. Sedangkan Morgan menyebutkan bahwa suatu kegiatan
dikatakan belajar apabila memiliki tiga ciri-ciri sebagai berikut.[3]
· Belajar adalah perubahan
tingkahlaku;
· Perubahan terjadi karena latihan
dan pengalaman, bukan karena pertumbuhan;
· Perubahan tersebut harus bersifat
permanen dan tetap ada untuk waktu yang cukup lama
Berbicara tentang belajar pada dasarnya berbicara tentang bagaimana
tingkahlaku seseorang berubah sebagai akibat pengalaman. Dari pengertian di
atas dapat dibuat kesimpulan bahwa agar terjadi proses belajar atau terjadinya
perubahan tingkahlaku sebelum kegiatan belajar mengajar dikelas seorang guru
perlu menyiapkan atau merencanakan berbagai pengalaman belajar yang akan
diberikan pada siswa dan pengalaman belajar tersebut harus sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai.
Proses belajar itu terjadi secara internal dan bersifat pribadi
dalam diri siswa,agar proses belajar tersebut mengarah pada tercapainya tujuan
dalam kurikulum maka guru harus merencanakan dengan seksama dan sistematis
berbagai pengalaman belajar yang memungkinkan perubahan tingkahlaku siswa
sesuai dengan apa yang diharapkan. Aktifitas guru untuk menciptakan kondisi
yang memungkinkan proses belajar siswa berlangsung optimal disebut dengan
kegiatan pembelajaran. Dengan kata lain pembelajaran adalah proses membuat
orang belajar. Guru bertugas membantu orang belajar dengan cara memanipulasi
lingkungan sehingga siswa dapat belajar dengan mudah, artinyaguru harus
mengadakan pemilihan terhadap berbagai starategi pembelajaran yang ada, yang
paling memungkinkan proses belajar siswa berlangsung optimal. Dalam
pembelajaran proses belajar tersebut terjadi secara bertujuan dan terkontrol.
Tujuan -tujuan pembelajaran telah dirumuskan dalam kurikulum yang berlaku.
Peran guru disini adalah sebagai pengelola proses belajar mengajar tersebut.[4]
Dalam sistem pendidikan kita (UU. No. 20 Tahun 2003), seorang guru
tidak saja dituntut sebagai pengajar yang bertugas menyampaikan materi
pelajaran tertentu tetapi juga harus dapat berperan sebagai pendidik.[5] Davies dalam
Thursan Hakim mengatakan untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik seorang
guru perlu memiliki pengetahuan dan pemahaman berbagai prinsip-prinsip belajar,
khususnyai prinsip berikut :[6]
·
Apapun yang dipelajari siswa , maka siswalah yang harus belajar,
bukan orang lain. Untuk itu siswalah yang harus bertindak aktif;
·
Setiap mahasiswa akan belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya;
·
Seorang siswa akan belajar lebih baik apabila memperoleh penguatan
langsung pada setiap langkah yang dilakukan selama proses belajarnya terjadi;
·
Penguasaan
yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan mahasiswa akan membuat proses
belajar lebih berarti; dan
·
Seorang
siswa akan lebih meningkat lagi motivasinya untuk belajar apabula ia diberi
tangungjawab serta kepercayaan penuh atas belajarnya.
Belajar adalah proses orang memperoleh berbagai
kecakapan, keterampilan, dan sikap. Dengan belajar peserta didik dapat
mengetahui hal-hal yang baru dan dapat meningkatkan pengetahuan yang
dimilikinya, mengubah dari tidak tahu menjadi tahu, dari yang salah menjadi
benar, dan dari kurang baik menjadi baik. Seperti yang dikatakan oleh Riberu,
bahwa belajar merupakan proses dan dalam proses ini orang berkenalan dengan
salah satu pola tingkah laku atau memperbaiki salah satu pola tingkah laku yang
telah dikuasainya.[7]
Dengan kata
lain, belajar merupakan suatu upaya untuk memperbaiki, mengembangkan, bahkan
meningkatkan kemampuan afektif, psikomotorik, dan kinestetik peserta didik. Kegiatan belajar yang dilakukan oleh peserta
didik harus seimbang antara otak kanan dan kiri. Untuk mencapai hal tersebut,
sebaiknya proses belajar tidak hanya dilaksanakan dengan metode konservatif
(ceramah/DDCH - Duduk, dengar, catat, dan hafal), tetapi juga metode-metode
lain yang dapat merangsang keaktifan peserta didik.[8]
Belajar bisa melalui pengalaman melibatkan peserta didik secara
langsung dalam masalah atau isu yang dipelajari. Sehingga peserta didik dapat
lebih aktif dan menerima pelajaran dengan baik. Bukan sebaliknya cepat jenuh,
bosan, dan sebagainya. Belajar aktif dan menyenangkan (biasa dikenal dengan
‘Learning/ Learning by Fun’) dapat menstimulus kreativitas peserta didik dalam
proses belajar.
Menurut Slameto, belajar merupakan suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya[9]
M. Sobry Sutikno mengemukakan, belajar merupakan suatu proses
usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya[10].
Menurut Hilgard dan Bower dalam bukunya Theories of Learning yang
dikutip oleh Ngalim Purwanto, belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku
seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya
yang berulang-ulang dalam suatu situasi[11].
Sedangkan menurut Kimble belajar adalah perubahan perilaku atau
potensi perilaku yang relative permanent yang berasal dari pengalaman dan tidak
bisa dinisbatkan ke keadaan tubuh seperti keadaan yang disebabkan oleh sakit,
keletihan atau obat-obatan.[12]
Definisi ini masih menekankan pentingnya pengalaman tetapi
definisi ini membiarkan ahli teori untuk menentukan sendri apa jenis pengalaman
yang dirsa perlu untuk terjadinya suatu tindak belajar, misalnya praktik
penguatan, hubungan antara stimulus dengan respon, atau akuisisi informasi.
Definisi ini juga mengingatkan kita bahwa pengalaman dapat menyebabkan peristiwa yang bukan tindak belajar yang bisa
memodifikasi perilaku, keletihan adalah salah satu contohnya.
1)
Pengertian
Belajar Yang Populer
Hampir semua ahli telah mencoba merumuskan dan mencoba membuat
tafsirannya tentang “belajar”. sering kali perumusan dan penafsiran itu berbeda
satu sama lain.
Belajar adalah modifikasi dan memperteguh kelakuan melalui
pengalaman. (learning is defened as the modification or strengtrening of
behavior through experiencing). Yaitu belajar adalah merupakan suatu
proses, satu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya
mengingat, akan tetapi lebih luas dari pada itu yaitu mengalami. Hasil belajar
bukan hanya penguasaan latihan melainkan perubahan kelakuan[13].
Pengertian ini berbeda dengan pengertian lain tentang belajar, yang
menyatakan bahwa belajar adalah memperoleh pengetahuan, belajar adalah
latihan-latihan pembentukan kebiasaan secara otomatis dan seterusnya. Ada juga
yang merumuskan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku
melalui interaksi dengan lingkungan.
2)
Belajar Menurut
Pandangan Skinner
Menurut Skinner yang di kutip oleh Dimyati dan Mudjiono dalam
bukunya yang berjudul Belajar dan pembelajaran, bahwa belajar merupakan
hubungan antara stimulus dan respons yang tercipta melalui proses tingkah laku[14].
Pada saat belajar maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya bila tidak
belajar maka responnya menurun. Dalam belajar ditemukan adanya hal seperti
berikut:
Ø Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon pebelajar
Ø Respons si pebelajar, dan
Ø Konsekuensi yang bersifat menguatkan respon tersebut.
Pandangan Skinner ini terkenal dengan dengan nama teori Skinner
(Operan Kondisioning). Dalam menerapkan teori skinner, guru harus memperhatikan
dua hal penting. Yaitu :
1)) Pemilihan
stimulus yang diskriminatif
2)) Penggunaan
penguatan
Adapun langkah-langkah pembelajaran berdasarkan teori ini yaitu :
a.
Mempelajari
keadaan kelas
b.
Membuat daftar
penguat positif
c.
Memilih dan
menentukan urutan tingkah laku yang dipelajari serta jenis penguatnya.
d.
Membuat program
pembelajaran[15].
3)
Belajar Menurut
Gagne
Menurut Gagne belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil
belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan,
pengetahuan, sikap dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari :
stimulus yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan ole
pebelajar.
Gagne menjelaskan bahwa belajar terdiri dari tiga komponen penting
yaitu : kondisi eksternal, internal, dan hasil belajar.
Gagne juga menjelaskan bahwa dalam belajar terdiri dari tiga tahap
yang meliputi :
a.
Persiapan untuk
belajar
b.
pemerolehan dan
unjuk perbuatan
c.
alih belajar.
tahap ini meliputi pengisyaratan untuk membangkitkan dan pemberlakuan secara umum.
4)
Belajar Menurut
Pandangan Piaget
Piaget berpendapat bahwa pengetahuan di bentuk oleh individu. Sebab
individu melakukan interaksi terus menerus dalam lingkungan. Lingkungan
tersebut mengalami perubahan. Dengan adanya interaksi dengan lingkungan maka
fungsi intelektual semakin begrkembang.
Menurut Piaget langkah pembelajaran ada empat :
a.
Menentukan
topic yang di pelajari oleh anak sendiri
b.
Memilih atau
mengembangkan aktifitas kelas dengan topic tersebut
c.
Mengetahui
adanya kesempatan bagi guru untuk mengemukakan pertanyaan yang menunjang proses
pemecahan masalah.
d.
Menilai
pelaksanaan tiap kegiatan, memperhatikan keberhasilan, dan melakukan revisi.
5)
Belajar Menurut
Rogers
Menurut pendapatnya praktek pendidikan menitik beratkan pada segi
pengajaran, bukan pada siswa yang belajar. praktek tersebut ditandai oleh peran
guru yang dominan dan siswa hanya menghafalkan pelajaran.
Rogers juga mengemukakan pentingnya guru memperhatikan prinsip
pendidikan. Prinsip pendidikan dan pembelajaran tersebut sebagai berikut:
a.
Menjadi manusia
berarti memiliki kekuatan wajar untuk belajar
b.
Siswa akan
mempelajari hal-hal yang berguna bagi dirinya
c.
Belajar yang
bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses-proses belajar,
keterbukaan belajar mengalami sesuatu, bekerja sama dengan melakukan pengubahan
diri terus-menerus.
d.
Belajar yang
optimal akan terjadi bila siswa berpartisipasi secara bertanggung jawab dalam
proses belajar.
e.
Guru dan siswa
membuat kontrak belajar.
f.
Guru
menggunakan metode inkuiri, atau belajar menemukan (discovery learning)
g.
Guru mengadakan
latihan kepekaan agar siswa mampu menghayati perasaan dan berpartisipasi dengan
kelompok lain.
h.
Guru bertindak
sebagai fasilitator belajar
i.
Dll.
2.
Pembelajaran
Istilah pembelajaran
berhubungan erat dengan pengertian belajar dan mengajar. Belajar, mengajar dan
pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar dapat terjadi tanpa guru atau tanpa
kegiatan mengajar dan pembelajaran formal lain. Sedangkan mengajar meliputi
segala hal yang guru lakukan di dalam kelas Duffy dan Roehler dalam Nasution
mengatakan apa yang dilakukan guru agar proses belajar mengajar berjalan
lancar, bermoral dan membuat siswa merasa nyaman merupakan bagian dari
aktivitas mengajar, juga secara khusus mencoba dan berusaha untuk
mengimplementasikan kurikulum dalam kelas. Sementara itu pembelajaran adalah
suatu usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional
yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum. Jadi pembelajaran adalah
suatu aktivitas yang dengan sengaja untuk memodifikasi berbagai kondisi yang
diarahkan untuk tercapainya suatu tujuan yaitu tercapainya tujuan kurikulum.[16]
Dalam buku pedoman melaksanakan kurikulum SMU menegaskan bahwa
proses perubahan sikap dan tingkahlaku itu pada dasarnya berlangsung pada suatu
lingkungan buatan (eksperimental) dan sangat sedikit sekali bergantung pada
situasi alami (kenyataan). Oleh karena itu lingkungan belajar yang mendukung
dapat diciptakan, agar proses belajar ini dapat berlangsung optimal. Dikatakan
pula bahwa proses menciptakan lingkungan belajar sedemikian rupa disebut dengan
pembelajaran.[17]
Belajar mungkin saja terjadi tanpa pembelajaran, namun pengaruh
suatu pembelajaran dalam belajar hasilnya lebih sering menguntungkan dan
biasanya mudah diamati. Mengajar diartikan dengan suatu keadaan untuk
menciptakan situasi yang mampu merangsang siswa untuk belajar. Situasi ini
tidak harus berupa transformasi pengetahuan dari guru kepada siswa saja tetapi
dapat dengan cara lain misalnya belajar melalui media pembelajaran yang sudah
disiapkan. Gagne dan Briggs mengartikan instruction atau pembelajaran ini
adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang
berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi
dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal.
Sepintas pengertian mengajar hampir sama dengan pembelajaran namun
pada dasarnya berbeda. Dalam pembelajaran kondisi atau situasi yang
memungkinkan terjadinya proses belajar harus dirancang dan dipertimbangkan
terlebih dahulu oleh perancang atau guru. Sementara itu dalam keseharian di
sekolah-sekolah istilah pembelajaran atau proses pembelajaran sering dipahami
sama dengan proses belajar mengajar dimana di dalamnya ada interaksi guru dan
siswa dan antara sesama siswa untuk mencapai suatu tujuan yaitu terjadinya
perubahan sikap dan tingkahlaku siswa. Apa yang dipahami guru ini sesuai dengan
pengertian yang diuraikan dalam buku pedoman kurikulum.
Sistem pendidikan di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari sistem
masyarakat yang memberinya masukan maupun menerima keluaran tersebut.
Pembelajaran mengubah masukan yang berupa siswa yang belum terdidik menjadi
siswa yang terdidik. Fungsi sistem pembelajaran ada tiga yaitu fungsi belajar,
fungsi pembelajaran dan fungsi penilaian. Fungsi belajar dilakukan oleh
komponen siswa, fungsi pembelajaran dan penilaian ( yang terbagi dalam
pengelolaan belajar dan sumber-sumber belajar) dilakukan oleh sesuatu di luar
diri siswa [18]
Sebenarnya belajar dapat saja terjadi tanpa pembelajaran namun
hasil belajar akan tampak jelas dari suatu pembelajaran. Pembelajaran yang
efektif ditandai dengan berlangsungnya proses belajar dalam diri siswa.
Seseorang dikatakan telah mengalami proses belajar apabila dalam dirinya
terjadi perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa
menjadi bisa dan sebagainya. Dalam pembelajaran hasil belajar dapat dilihat
langsung, oleh karena itu agar kemampuan siswa dapat dikontrol dan berkembang
semaksimal mungkin dalam proses belajar di kelas maka program pembelajaran
tersebut harus dirancang terlebih dahulu oleh para guru dengan memperhatikan
berbagai prinsip-prinsip pembelajaran yang telah diuji keunggulannya.
Untuk kepentingan pembelajaran, para guru dan calon
guru masih harus mempelajari sendiri dari psikologi belajar. di samping itu
juga guru harus memilih teori yang relevan dengan bidang studi asuhannya.
B.
Perubahan
Tingkah Laku Dalam Belajar
Psikologi telah menjadi ilmu behaviorial dengan
segala kelebihan dan kekurangannya. Sebuah ilmu pengetahuan atau sains
membutuhkan pokok persoalan yang dapat diamati, dapat diukur, dan dalam ilmu
psikologi, pokok pokok persoalan itu adalah perilaku. Jadi, apapun yang kita
pelajari dalam psikologi harus diekspresikan melalui perilaku, tetapi bukan
berarti bahwa belajar adalah sebuah perilaku. Kita mempelajari perilaku
sehingga kita bisa mengambil kesimpulan mengenai proses yang diyakini merupakan
sebab dari perubahan perilaku yang kita lihat. Dalam kasus ini, prose situ
dinamakan belajar. Kebanyakan teori belajar yang mendefinisikan tentang belajar
sepakat bahwa proses belajar itu tidak bisa dipelajari secara langsung, hakikat
dari belajar hanya bisa disimpulkan dari perubahan perilaku. Menurut Skinner,
perubahan perilaku merupakan proses belajar itu sendiri dan tidak perlu lagi
ada proses lain yang harus disimpulkan, hal ini berbeda dengan teori-teori yang
lain.
Kebanyakan teoritis belajar memandang belajar sebagai sebuah prose
yang meperantai perilaku. Menurt mereka, belajar adalah sesuatu yang terjadi
sebagai sebagai hasil atau akibat dari pengalaman dan mendahului perilaku.
Dalam kerangka definisi ini, belajar ditempatkan sebagai variable
pengintervensi(intervening) atau variable perantara. Variable perantara ini
adalah proses teoritis yang diasumsikan terjadi diantara stimuli dan respons
yang diamati. Variable independent (variable bebas) menyebabkan perubahan dalam
variable perantara (proses belajar), yang pada gilirannya akan menimbulkan
perubahan dalam variable dipenden (variable terikat/perilaku).
C.
Jenis-Jenis
Belajar
1)
Belajar bagian
(Part learning)
Umumnya belajar bagian dilakukan bila seseorang dihadapkan pada
materi yang bersifat luas atau ekstensif, dalam hal ini individu memecah
seluruh materi menjadi bagian-bagian yang satu sama lain berdiri sendiri[19].
2)
Belajar dengan
wawasan (Learning by insight)
Konsep ini dikenalkan oleh
W.Kohler salah seorang tokoh psikologi gestalt. Sebagai suatu konsep
wawasan merupakan pokok utama dalam psikologi belajar dan proses berfikir.
3)
Belajar
deskriminatif (Discriminatif learning)
Merupakan suatu usaha untuk memilih beberapa sifat situasi/stimulus
dan kemudian menjadikannya sebagai pedoman dalam bertingkah laku.
4)
Belajar
global/keseluruhan (global whole learning)
Disini bahan pelajaran dipelajari secara keseluruhanberulang sampai
pelajaran menguasainya.
5)
Belajar
instrumental (instrymental learning)
Pada belajar instrumental reaksi seorang siswa yang diperhatikan
diikuti oleh tanda-tanda yang mengarah pada apakah siswa tersebut akan
memperoleh hadiah, hukuman, berhasil atau gagal.
6)
Belajar laten (latent
learning)
7)
Belajar mental
(mental learnimg)
Perubahan kemungkinan tingkah laku yang terjadi disini tidak nyata
terlihat, melainkan hanya berupa perubahan proses kognitif karena ada bahan
yang dipelajari.
8)
Belajar
produktif (Productive learning)
R. Beruis memberikan arti belajar produktif sebagai belajar dengan
arti yang maksimum. Belajar adalah mengatur kemungkinan untuk melalkukan
transfer dari satu situasi ke situasi yang lain.
9)
Belajar verbal
(Verbal learning)
Yaitu belajar mengenai materi verbal atau dengan mengikuti latihan
dan ingatan.
KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas maka penulis
menyimpulkan bahwa belajar adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan,
keterampilan, dan sikap. Dengan belajar peserta didik dapat mengetahui hal-hal
yang baru dan dapat meningkatkan pengetahuan yang dimilikinya, mengubah dari
tidak tahu menjadi tahu, dari yang salah menjadi benar, dan dari kurang baik
menjadi baik.
Dengan kata
lain, belajar merupakan suatu upaya untuk memperbaiki, mengembangkan, bahkan
meningkatkan kemampuan afektif, psikomotorik, dan kinestetik peserta didik. Kegiatan belajar yang dilakukan oleh peserta
didik harus seimbang antara otak kanan dan kiri. Untuk mencapai hal tersebut,
sebaiknya proses belajar tidak hanya dilaksanakan dengan metode konservatif
(ceramah/DDCH - Duduk, dengar, catat, dan hafal), tetapi juga metode-metode
lain yang dapat merangsang keaktifan peserta didik.[20]
Belajar bisa melalui pengalaman
melibatkan peserta didik secara langsung dalam masalah atau isu yang
dipelajari. Sehingga peserta didik dapat lebih aktif dan menerima pelajaran
dengan baik. Bukan sebaliknya cepat jenuh, bosan, dan sebagainya. Belajar aktif
dan menyenangkan (biasa dikenal dengan ‘Learning/ Learning by Fun’) dapat
menstimulus kreativitas peserta didik dalam proses belajar.
DAFTAR
PUSTAKA
Ali,
Muhammad, Guru dalam proses belajar mengajan, Bandung : sinar barus satu, 1996
BR.
Hergenhahn & Matthew H. Olson, Theories Of Learning edisi ketujuh, Jakarta
: kencana, 2010
Dimyati dan Mudjiono, Belajar
dan Pembelajaran, Rineka Cipta : Jakarta,1999
Gagne,
Military Training an Principles of Learning, American Psycholigist,
1997.
Gredler,
Margaret, The Psycology of Learning; Terj. Munandar, Bandung, Alfabeta,
2008.
Hill,
F.Winfred, Theorie of Learning; A Survey of Psycological Interpretations,
Harper Collins Publishers, 1990.
Khozim,
M, Teoir-teori Pembelajaran; Konsepsi, Komparasi dan Signifikansi, Bandung:
NusaMedia, 2011.
Mardapi,
Djemari, Pedoman Umum Belajar Mengajar SMU, Yogyakarta: Univ. Jogja, 2001.
Sagala,
Syaiful, Konsep dan Makna Pembelajarn, Bandung: Alfabeta, 2009.
Simanjuntak,
Lisnawati, dkk, Metode Mengajar Matematika I, Rineka Cipta : Jakarta,
1992.
Slameto,
Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta : Jakarta,
2003
Susilo,
M. Joko, Gaya Belajar Menjadikan Makin Pintar, Pinus Book Publisher : Yogyakarta,
2006
Yamin,
Martinis, Belajar dan Pembeljaran, Jakarta: Gaung Persada, 2007.