Difusi dan Diseminasi Inovasi Pendidikan

DIFUSI DAN DISEMINASI INOVASI PENDIDIKAN
A.    Pendahuluan
Undang-umdang No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat berperan aktif dalam mengembangakan dirinya untuk memiliki spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian dan kecerdasan akhlaq serta keteramoilan dirinya untuk diaplikasikan dimasyarakat[1]. Sedangkan dalam pandangan lain, M. Darwis Hud mengatakan pendidikan merupakan proses pengalihan kebudayaan yaitu pemindahan berbagai kearifan, keterampilan, nialai dan pengetahuan, yang terkumpul dalam suatu masyarakat dari suatu generasi kegenerasi berikutnya. Pengalihan kebudayaan tersebut membuat suatu generasi baru yang mampu memikul tanggung jawab, melestarikan dan mengembangkan kebudayaan yang ada serta siap terus menerus menambah keahliannya untuk belajar seumur hidup[2]
Pendidikan memiliki tujuan yaitu  dirumuskan dalam Undang-Undang No 02 tahun 1989 pasal 4 dinyatakan “pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia indonesia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, sehat jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap, mansdiri, dan bertanggung jawab terhadap masyarakat dan bangsa[3]. Yang Diperbaharui Melalui Undang-Undang  Sisdiknas No 20 Tahun 2003 Pasal 3 Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membetuk watak serta peradaban bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional adalah dengan menerima masukan dari masyarakat  dan lingkungan untuk mendapat hasil yang diharapkan. Hasil yang didapatkan dari pendidikan pada masyarakat dengan mencetak lulusan yang berkualitas akan memberikan umpan balik pada sistem pendidikan itu sendiri sehingga perubahan dan perkembangan yang terjadi pada masyarakat akan sangat berpengaruh pada perubahan pendidikan.
Pendidikan agar senantiasa dapat menyesuaikan dengan zaman maka memerlukan sebuah perubahan atau inovasi yaitu, untuk meningkatkan dan memperbaiki kualitas pendidikan melalui sendi-sendi tertentu[4].
Sebuah inovasi akan senantiasa berkembang seiring dengan perkembang manusia jika dalam inovasi tersebut adanya sebuah kesepahaman akan terjadinya perubahan pada sebuah pendidikan yang lebih baik lagi maka dengan demikian sebuah inovasi harus difahami dan diketahui bersama serta mengintegrasikan dari berbagai sudut pandang untuk mencapai ketercapaian pendidikan yang lebih ideal.
B.     Difusi Inovasi Pendidikan
1.      Pengertian dan Konsep Dasar Difusi Inovasi Pendidikan
Kata “Difusi Inovasi Pendidikan” terdiri dari tiga kata yaitu difusi, inovasi dan pendidikan. Secara etimologi difusi memiliki arti proses penyebaran dan perembesan sesuatu (kebudayaan, teknologi, ide) dari satu pihak ke pihak lainnya[5] atau perpindahan arus listrik dari daerah yang berkonsentrasi tinggi sampai rendah[6].  Sedangkan inovasi berasal dari kata innovation yang artinya hal yang baru atau pembaharuan[7]. Sedangkan secara istilah inovasi dapat diartikan penemuan sesuatu yang benar-benar baru sebagai karya manusia[8]. Sedangkan kata pendidikan itu sendiri salah satunya adalah Secara etimologi kata tersebut bermula dari kata didik yaitu memelihara dan memberikan pelatihan mengenai akhlaq dan kecerdasan pikiran. Sedangkan pendidikan merupakan hasil dari perbuatan[9]. Menurut muhibbin syah pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang mendapatkan ilmu pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan[10]. Sedangkan menurut Ruswandi mengatakan pendidikan merupakan proses pembudayaan, pelembagaan, pengalihan, memberikan, menggambarkan, menjelaskan mengarahkan, pembakuan dan lain sebagainya[11].
Berbagai pengertian dari kata tersebut mengacu pada sebuah konsep yaitu salah satunya difusi inovasi dan pendidikan.  Difusi inovasi merupakan teori sains sosial yang menjelaskan tentang bagaimana dan mengapa ide baru dapat meresap terhadap budaya[12].
Difusi Inovasi pendidikan dapat diartikan sebagai penyebar luaskan inovasi tersebut melalui proses komunikasi[13] yang digunakan melalui saluran tertentu dalam suatu rentan waktu tertentu diantara anggota sistem sosial dan masyarakat[14]. Dengan demikian maka difusi inovasi pendidikan merupakan proses mengkomunikasikan untuk memberikan suatu pengertian dalam bidang pendidikan kepada sistem sosial atau masyarakat dengan berlangsung sepanjang waktu agar tercapainya suatu pemahaman yang dapat diterima dalam kalangan masyarakat.
Oleh karena itu difusi merupakan proses komunikasi untuk menyebarluaskan gagasan, ide sebagai karya dan produk inovasi maka aspek komunikasi menjadi yang sangat penting dalam menyebar luaskan gagasan, ide atau produk tersebut[15]. Untuk menyebarkan hal tersebut maka memerlukan Difusi Inovasi pendidikan sebagai penyebar luaskan  suatu inovasi untuk kemudian diadopsi oleh kelompok masyarakat tertentu[16].
2.      Landasan Teori dan hal-hal yang mempengaruhi Difusi Inovasi
Difusi merupakan salah satu dari komunikasi  yaitu komunikasi yang  mana pesan yang disampaikan adalah hal yang baru. Dengan demikian Difusi memiliki dua elemen teori yaitu tahap proses adopsi dan saluran, sebagai sumber-sumber yang mempengaruhi adopsi atau ide suatu kelompok[17].
Teori difusi inovasi suatu proses penyebaran dan penerapan inovasi. Teori ini dalam koridor komunitas sehingga dirancang untuk membantu membuat keputusan mempengaruhi populasi besar seperti komunitas dan institusi. Hal tersebut merujuk dari kata difusi yang memiliki arti penggabungan dan pendistribusian, atau penyebar luaskan. sedangkan inovasi adalah sesuatu yang baru atau berbeda[18].
Dalam kaitannya dengan difusi Inovasi, Rogers mengemukakan empat ciri penting yang mempengaruhi difusi inovasi[19].
a.       Esensi Inovasi
b.      Komunikasi dengan saluran tertentu
c.       Faktor waktu dan proses pengambilan keputusan
d.      Warga masyarakat atau sistem sosial.
C.     Desiminasi Inovasi Pendidikan
Diseminasi (bahasa inggris: dissemination) adalah suatu yang ditujukan kepada kelompok target atau individu agar mereka memperoleh, timbul kesadaran, menerima, dan akhirnya memanfaatkan informasi tersebut. Diseminasi adalah proses penyebaran inovasi yang direncanakan, diarahkan, dan dikelola. Ini berbeda dengan difusi yang merupakan alur komunikasi spontan. Dalam pengertian ini dapat juga direncanakan terjadinya difusi. Misalnya dalam penyebaran inovasi penggunaan pendekatan keterampilan proses dalam proses belajar mengajar. Setelah diadakan percobaan dan siswa aktif belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan siswa aktif belajar. Maka hasil percobaan itu perlu didesiminasikan. Untuk menyebar luaskan cara baru tersebut, dengan cara menatar beberapa gruru dengan harapan akan terjadi juga difusi inovasi antar guru disekolah masing-masing. Terjadi saling tukar informasi dan akhirnya terjadi kesamaan pendapat antara guru tentang inovasi tersebut[20].
Diseminasi merupakan tindak inovasi yang disusun menurut perencanaan yang matang, melalui diskusi atau forum lainnnya yang sengaja diprogramkan, sehingga terdapat kesepakatan untuk melaksanakan inovasi. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)[21] merupakan bentuk diseminasi, karena sebarannya berdasarkan sebuah perencanaan dengan pandangan jauh ke depan. Di dalam pelaksanaannya pun, tidak sembarang kegiatan dapat dilakukan, namun benar-benar berdasarkan sebuah program yang terarah dan terencana secara matang[22].
D.    Masalah yang menuntut Inovasi Pendidikan
Inovasi harus dapat terkomunikasikan dengan baik agar dapat lebih mudah difahami dan diterima oleh masyarakat. karena menurut Udin Saefudin salah satu dari karakteristik Inovasi adalah Kompleksitas artinya tingkat kesukaran untuk memahami dan menggunakan inovasi bagi pengguna. Inovasi yang mudahh difahami itu yang akan mudah diterima oleh masyarakat sedangkan inovasi yang sangat sulit difahami itu merupakan sesuatu yang sulit diterima oleh masyarakat. maka setiap inovasi diciptakan untuk semudah mungkin dalam mengkomunikasikan agar lebih mudah untuk diterima[23]. Hal tersebut dapat merujuk pada permasalah pendidikan adapun masalah-masalah pendidikan yang menuntuk untuk inovasi pendidikan ada dalam berbagai sudut pandang karena sangat kompleksnya pendidikan dinegara kita, salah satu yang akan kami paparkan adalah pemasalahan hal-hal berikut ini:
1.      Berbagai Perubahan
Akhir-akhir ini dunia pendidikan diresahkan oleh merosotnya mutu hampir di semua jenjang dan jenis pendidikan dengan kebutuhan lapangan pekerjaan yang ada. Hal ini desebabkan berbagai factor,  antara lain kurikulum yang kurang mendorong siswa memilki kompetensi, proses pembelajaran yang kurang efektif. Menurut Rusman Hal tersebut harus ada solusi kongkrit dari seorang kepala sekolah yaitu dengan cara memfasilitasi sekolah untuk membentiuk dan memberdayakan Tim pengembang kurikulum terutama dengan pelaksanaan kurikulum KTSP yang dimana setiap tingkat pendidikan harus menyesuaikan dengan kebutuhan dan menyiapkan dokumen-dokumenyang relevan dengan kebutuhan siswa[24]. kualitas guru yang rendah karena kurang kesempatan mengembangkan diri, bahan ajar yang terlalu padat dan tidak mampu membuat anak belajar yang tidak kondusif untuk medorong semangat belajar siswa, serta sarana dan prasarana pendidikan yang kurang erta tidak mampu mengikuti perkembangan kebutuhan dilapangan.
2.      Kualitas Pendidikan
Masyarakat masih merasakan kenyatan bahwa mutu pendidikan kita yang belum memuasakan. Hal ini disebabkan oleh belum sepakatnya para penyelengara pendidikan menetapkan standar mutu yang harus dicapai serta beberapa departemen penyelengara pendidikan, yang ternyata tidak mudah untuk mencapai kesepakatan tentang standar mutu tersebut[25].
   salah satu indikasi bahwa mutu pendidikan kita masih rendah, yakni sangat kecilnya jumlah lulusan yang mampu memperoleh nilai yang baik, minimnya jenis keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja, sulinya menembus pasar kerja tingkat nasional dan global, sehingga terjadi penumpukan kelompok pengangguran terdidik.
3.      Manajemen pendidikan
Manajemen pendidikan yang tersentralisasi membuat sekolah dan lembaga pendidikan lainnya menjadi tidak aspiratif, serta membatasi kreatifitas, ditambah lagi dengan penterjemahan dilapangan yang tidak cerdas. Kurikulum nasional terlalu padat dan sarat materi dan terlalu detail, dan semua itu harus dijejalkan kepada siswa dalam situasi yang sangat heterogen (beragam), merupakan sesuatu yang sangat mustahil dan tidak rasional.
Dengan manajemen sentralistik manajer-manajer pendidikan tak ubahnya sebagai ‘robot-robot’ yang selalu menunggu perintah, petunjuk pelaksaan, petunjuk teknis dari pusat, dan perangkat pendidikan lainnnya hanya sebagai pelaksana yang bersifat pasif, menunggu perintah, dengan perasaan takut bersalah yang amat sangat menghadapi lapisan. Padahal yang tahu tentang daerah-daerah yang sangat beragam itu adalah para pemilik daerah itu. Oleh karenanya momentum otomi daerah merupakan ‘star point’ untuk melakukan perubahan, dan bukan memusatkan lagi didaerah otonom. Dalam kontek ini harus jelas, mana kewenangan pusat dan mana kewenangan daerah, sehingga inteventasi pusat tidak lagi medominasi didaerah otonom[26].
Permasalahan pendidikan menuntut kita untuk senantiasa melakukan inovasi, agar dapat mengurangi bahkan menghapus ssegala permasalahan yang ada. Dari contoh berbagai permasalahan itu penerapan dam mengkomunikasian harus berjalan dengan lancar dengan dapat melalui difusi atau diseminasi agar setiap permasalahan dapat terpecahkan dengan baik serta semua pihak dapat menerima dan memudahkan kita untuuk melakukan inovasi


Daftar Pustaka

Abdul Hamid, Azhar,  Mohammad Coharudin Alwi Dkk, Rekacipta Dan Inovasi Dalam Perspektif Kreativity.
Apriningsih, Nova S dan Indah Hippy, Metode Pendidikan Dan Kesehatan Masyarakat, Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2003.
Arifin, Zainal, Konsep Dan Model Pengembangan Kurikulum Konsep, Teori, Prinsip, Prosedur, Komponen, Pendekatan, Model, Evaluasi Dan Inovasi. Bandung: Remaja Rosada Karya, 2011.
Badudu, J. S., Kamus Kata-Kata Serapan Asing Dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Buku Kompas, 2009.
Darwis, H.M Hud, Hasan Bashri, Maftuchin Abbas, Muntaha Azhari Al-Hafidz, Cakrawala Ilmu Dalam Al-Qura. Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002.
Ds, Rendro (Editor), Beyond Borders: Comunication Modernity And History, Reserch Conference.  Dalam Bahasa Indonesia, 2010.
Morrish, Ivor, Aspectc of Change. London: George Allen & Unwin, 1978.
Mulyasa, E.  Kurikulum Tingkat Satruan Pendidikan; Suatu Panduan Praktis. Bandung : Remaja Rosada Karya, 2009.
Muchlis, Mansur, Standar Nasional Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan ; pemahaman dan pengembangan; pedoman bagi pengelola pendidikan  dan pegawai sekolah. Jakarta: Bumi Aksara, 2007.
Nurudin, Sistem Komunikasi Di Indonesia. Jakarta :Rajawali Pers, 2002
Rusman, Managemen kurikulum, seri Managemen seri bermutu, Bandung raja Grafindo Persada, 2010.
Ruswandi, Uus  dan  Badrudin, Pengembangan Kepribadian Guru. Bandung: Cv.Insan Mandiri, 2010.
                        Heris Hermawan, Landassan Pendidikan, Bandung: Insan Mandiri, 2011.
Saefudin, Udin Sa’ud, Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2009.
Saydam, Gouzali. Kamus Istilah Telekomunikasi. Djambatan, 2000.
Sujanto,  Sedji, Pendidikan Berbasis Sekolah. Jakarta: Sagung Seto, 2007.
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosada Karya, 2011.
Syaputra, Iswandi, Komunikasi Prufentik; Konsep Dan Praktikdengan Pendekatan. Bandung : Simbiosa Rekatama Media, 2011.
Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan, Ilmu Dan Aplikasi Pendidikan Bag Ke 3; Pendidikan Disiplin Ilmu, Bandung, Fakultas Ilmu Pendidikan; Universitas Pendidikan Indonesia, 2007.
Tim Penulis, Ilmu Dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, Tt.
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2006.
                         , Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
Tim Penyusun, Himpunan Perundang-Undangan Republik Indonesia Tentang Sistem Pendidikan Nasional; Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 beserta Penjelasannya  Dilengkapi Perundang-Undangan Yang Terkait. Bandung: Nuansa Aulia, 2008.
Tim Pengembang,  Mkdk Kurikulum Dan Pembelajaran. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jurusan Kurikulum Dan Teknologi Pendidikan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung, 2002.
Umaedi Dkk, Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: Universitas Terbuka, 2011.
Wahyudin, Dinn, Pengantar Pendidikan, Jakarta: Universitas Terbuka, 2009.
Http: Ewintribengkulu. Blogspot. Com /2012 /11 /Inovasi-Pendidikan
Http: lbupi 2009. Wordpress. Com /2011 /12 /31 / Difusi-Dan-Diseminasi-Inovasi-Pendidikan.




[1]  Dapat Dilihat Juga Himpunan Perundang-Undangan Republik Indonesia Tentang Sistem Pendidikan Nasional; Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003beserta Penjelasannya  Dilengkapi Perundang-Undangan Yang Terkait, (Bandung: Nuansa Aulia, 2008) Cet 1 Dapat Dilihat Juga Uus Ruswandi & Heris Hermawaan, Landassan Pendidikan, (Bandung : Insan Mandiri, 2011), 5
[2]  H.M Darwis Hud, Hasan Bashri, Maftuchin Abbas, Muntaha Azhari Al-Hafidz, Cakrawala Ilmu Dalam Al-Qura’an (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002), 429
[3] Tim Pengembang  Mkdk Kurikulum Dan Pembelajaran. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jurusan Kurikulum Dan Teknologi Pendidikan, (Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2002), 56
[4] Uus Ruswandi & Heris Hermawaqn, Landassan Pendidikan, ....., 163
[5] Lihat Tim Penyusun. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional : 2008), 353. Atau Dapat Juga Melihat Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2006  Edisi Ke 3, 264.
[6] Gouzali Saydam, Kamus Istilah Telekomunikasi, (Djambatan, 2000), 71 atau Dapat Dilihat J. S  Badudu, Kamus Kata-Kata Serapan Asing Dalam Bahasa Indonesia (Jakarta: Buku Kompas, 2009), 61
[7] Udin Saefudin Sa’ud, Inovasi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2012), 5
[8] Zainal Arifin, Konsep Dan Model Pengembangan Kurikulum Konsep, Teori, Prinsip, Prosedur, Komponen, Pendekatan, Model, Evaluasi Dan Inovasi. (Bandung: Remaja Rosada Karya, 2011), 21
[9] Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan, Ilmu Dan Aplikasi Pendidikan Bag Ke 3; Pendidikan Disiplin Ilmu, (Bandung: Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia, 2007), 12. Dapat Dilihat Juga Lihat Tim Penyusun ,  Kamus Besar Bahasa Indonesia, ,...., 352
[10] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Rosada Karya, 2011), 10
[11] Uus Ruswandi,  Dan  Badrudin,  Pengembangan Kepribadian Guru. (Bandung: Cv.Insan Mandiri,  2010), 7
[12] Azhar Abdul Hamid, Mohammad Coharudin Alwi Dkk, Rekacipta Dan Inovasi Dalam Perspektif Kreativity, Tt, 502
[13] Komunikasi Adalah Sutu Proses Dalam Upaya Membangun Saling Pengertian. Lihat Nurudin, Sistem Komunikasi Di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers, 2002) , 15
[14] Din Wahyudin Dan Rudi Susilana, Kurikulum Dan Pembelajaran. Pdf Atau Dapat Dilihat Juga Dinn Wahyudin, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), 98
[15] sebuah komunikasi dapat dilakukan dengan berbagai cara dan dengan berbagai penyaluran untuk menyampaikan sebuah informasi yang dapat diterima dari berbagai kalangan. Hal tersebut ditegaskan  oleh Iswandi Syaputra, Komunikasi Profentik; Konsep Dan Praktik dengan Pendekatan (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007), 38 “komunikasi juga merupakan proses individual dengan orang lain, kelompok, organisasi atau masyarakat”
[16] Tim Penulis, Ilmu Dan Aplikasi Pendidikan (Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, Tt), 71
[17] Rendro Ds (Editor), Beyond Borders: Comunication Modernity And History, ( Reserch Conference, 2010 (Dalam Bahasa Indonesia)) Hal 2
[18] Apriningsih, Nova S Dan Indah Hippy, Metode Pendidikan Dan Kesehatan Masyarakat, ( Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2003), 2
[19] lihat Dinn Wahyudin, Pengantar Pendidikan, ...., 99 dan Udin Saefudin Sa’ud, Inovasi Pendidikan, ...., 29
[20] Udin Saefudin Sa’ud, Inovasi Pendidikan, .....,  29
[21] dalam KTSP Tim yang bekerja secara harmonis sesuai dengan posisinya masing-masing untuk mencapai suatu tujuan dengan kata lain KTSP mengedepankan bagaimana sekolah dapat mengoptimalkan kinerja, proses pembelajaran, pengelolaan sumber belajar, profesionalisme tenaga kepandidikan serta sistem pendidikan. Lihat E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satruan Pendidikan; Suatu Panduan Praktis, (Bandung : Remaja Rosada Karya, 2009), 29 Adapun KTSP disusun dan dikembangkan berdasarkan beberapa landasan No 20 Tahun 2005 tentang SISDIKNAS pasal 1 ayat 19, pasal 18 ayat 1-4, pasal 32 ayat 1-3, pasal 35 ayat 2, pasal 36 ayat 1-4, pasal 37 auat 1-3 dan pasal 38 ayat 1-2. Lihat Mansur Muchlis, Standar Nasional Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan ; pemahaman dan pengembangan; pedoman bagi pengelola pendidikan dan pegawai sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007) cet ke 2.
[22] Ewintribengkulu.Blogspot.Com/2012/11/Inovasi-Pendidikan dan
lbupi2009.Wordpress.Com/2011/12/31/Difusi-Dan-Diseminasi-Inovasi-Pendidikan
[23] Udin Saefudin Sa’ud, Inovasi Pendidikan, ....., 21
[24] Rusman, Manajemen Kurikulum:  Seri Managemen Sekolah Bermutu, (Bandung: RajaGrafindo Persada, 2010), 12.
[25] Standar mutu tersebut terdapat dalam undang-undang sistem pendidikan nasional bab XIV diantaranya pasal 50 ayat 2 yang berbunyai “pemerintah menentukan kebjakan nasional dan standar nasional pendidikan untuk menjamin mutu pendidikan. Lihat Umaedi Dkk, Manajemen Berbasis Sekolah, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2011), 2.26
[26] Bedji Sujanto, Pendidikan Berbasis Sekolah, (Jakarta: Sagung Seto, 2007), 13-29

Postingan terkait: