PENDAHULUAN
Pendidikan adalah sesuatu yang asasi bagi kehidupan
manusia. dengan pendidikan seseorang akan hidup dengan baik, yang demikian itu
karena pendidikan bertujuan untuk membatu manusia menemukan jati dirinya
sebagai manusia yang memiliki nilai nilai moral dan berkarakter, sehingga
dengan pendidikan seseorang akan bisa melihat mana yang benar untuk dilakukan dan mana yang
salah untuk kemudian ditinggalkan. Permasalahannya terkadang ketika seseorang
ingin mengakses sebuah pendidikan tertentu
namun sarana atau media untuk
mendapatkan pendidikan tersebut sering terkendala oleh waktu dan tempat.
Minimnya waktu yang dimilki sesorang (karena kesibukan bekerja dan selainya)
dan kondisi tempat tinggal yang terisolir dari dunia luar, hal itu menjadi kendala utama dalam proses
tersampaikanya materi-materi pendidikan pada anak didik. Seperti mereka yang tinggal
di pulau-pulau terpencil, atau mereka yang sibuk menjalani pekerjaan sehari-hari
yang tidak memungkinkan mereka untuk mengikuti pembelajaran kelas secara
konvensional. Namun seiring dengan kemajuan teknologi akhir akhhir ini terutama teknologi media elektronik, perlahan
mengikis paradigma pemasalahan di atas, kini melalui media teknologi informasi manusia
menjadi semakin lebih mudah mengakses materi-materi pembelajaran dari satu
sumber ke sumber yang lain kapanpun waktu yang mereka punya sehingga dengan ini
seakan pendidikan menjadi satu hal yang tak terpisahkan oleh ruang dan waktu.
Ada beberapa
pertimbangan yang melatarbelakangi pendidikan terbuka dan jarak jauh di Indonesia,
yaitu: 1) perkembangan ICT, 2) tantangan globalisasi, 3) faktor geografis, 4)
pertumbuhan dan persebaran penduduk dan, 5) kebutuhan untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia.
Dalam sebuah
tulisan yang dirilis oleh para pakar dari UNESCO (United Nations Educatianal,
Scientific and kultural Organisation) disebutkan beberapa faktor yang melatar
belakangi merebaknya model pembelajaran jarak jauh Distance learning
As a force contributing to social and economic development, open and distance
learning is fast
becoming an accepted and indispensable part of the mainstream
of educational system in both developed and developing
countries,
with particular emphasis for the latter. This growth has been
stimulated in
part by the interest among educators and trainers in the use of
new, Internetbased
and multimedia technologies, and also by the
recognition that traditional
ways of organizing education need to be reinforced by innovative
methods, if the fundamental
right of all people to learning is
to be realized.
The globalization of distance education provides many
opportunities for
developing countries for the realization of their education
system-wide goals.
Two main factors have led to an explosion of interest in distance
learning: the
growing need for continual skills upgrading and retraining; and
the technological
advances that have made it possible to teach more and more
subjects
at a distance.[1]
Sebagai sebuah
kontribusi nyata bagi bidang sosial dan ekonomi open and distance learning
telah menjadi bagian sistem pembelajaran utama yang diterimah baik di negara
maju maupun berkembang, perkembangan ini di picu oleh ktertarikan antara siswa
dan para pendidik akan basis internet dan teknologi multi media, juga karena
faktor kesadaran bahwa methode tradisional selama ini perlu pengembangan kearah
yang lebih innovatif, apabila hasil nyata merupakan tujuan utama dari sebuah pembelajaran,
maka di era globalisasi distance learning menyediakann banyak tawaran akan
terwujudnya sebuah kenyataan secara lebar. Ada dua faktor utama yang melatarbelakangi
menjadi pesatnya pendidikan jarak jauh ini: yang pertama adalah timbulnya
keinginan ungtuk terus mengembangkan skill pengetahuan dan perkembagan
teknologi yang memeungkinkan pengajaran beberapa subjek dalam rentang jarak.
A. Urgensi tema
Adalah sebuah
konsekuesi logis pada era globalisasi bagi seorang untuk terus meningkatkan
skill dan keampuan mereka dari waktiu ke waktu sebab persaingan hidup akan
semakin menjadi lebih ketat karena sifat globalisasi adalah terbukanya segala
sesuatu dari luar untuk beriinterksi dengan dunia kita, tak jarang tenaga dari
luar didatangkan untuk posisi-posisi strategis di berbagai instansi, hal ini
mengindikasikan bahwa memang infilltrasi tenaga kerja dan lainya dari luar kian
terbuka, bila tidak disikapi lebih serius bisa tidak mungkin bahwa mereka para
tenaga asing akan mendominasi perekonomian dan teknologi di negara kita, dan
kita sebagai warga pribumi akan semakin tersisih dan pada akhirnya akan menjdi
penonton dirumah sendiri.
Sungguh ironi apabila hal itu sampai
terjadi dalam kehidupan anak didik kita, maka hanya ada satu tawaran bagi kita
untuk menanggulangi kondisi tersebut, yakni dengan jalan terus meningkatkan kemampuan atau skill kita
dan para anak didik kita dari waktu kewaktu secara kontinuitas.
Namun
permasalahan waktu terrekadang menjadi kendala utama bagi seseorang untuk
meningkatkan skill mereka, emtah karena kesibukann rutinitas harian atau
kendala tempat yang terasa susah untuk mendatangi langsung tempat pembelajaran,
karena jarak yang terlalu jauh atau kendala yang lainya.
Disinilah ada
tawaran yang begitu aplikatif mampu menjawab persoalan atau kendala yang timbul
seperti tersebut di atas, yaitu open and Distance learning. Sebuah metodee
pembelajaran yang memanfaatkan perkembangan media teknologi informasi sebagai
basis pengajaranya, sehingga sistem pembelajaran ini menjadi sangat fleksibel
dan dapat diskses oleh sispapun yang terkonek didalamya.
Dengann model
pembelajaran ini para pekerja yang mereka tersibukkan dengan aktivitas kerja
seharian dimungkinkan untuk bisa mengikuti pelatihan tertentu lewat model
pembelajaran jarak jauh ( PJJ ) ini, karena
mereka bisa mengakses materi atau sumber belajar kapan pun. Dari sini
kita bisa mengerti betapa urgensi tema ini untuk diulas karena didalamnya
diulas tentang alternatif pendidikan yang menawarkan sebuah keuntungan
(opertunity) yang lebar bagi setiap individu terutama dalam menyikapi
globalisasi zaman yang terus berkembang, sehingga dengan model pembalajaran ini
seseorang bisa mengimbangi laju globalisasi dengan terus meningkatkan skill
mereka meski dalam keterbatasan waktu yang mereka punya.
B. Pembahasan
1.Pengertian
pendidikan terbuka dan jarak jauh /open
and distance learning
Salah satu
upaya pemerintah menjembatani kebutuhan
masyarakat akan pendiikan namun mereka terkendala oleh hal-hal tertentu seperti
kondisi geografis, faktor sosial dan sebagainya adalah dengan dirumuskanya ketetapan undang-undang nomer 20 sisdiknas
tahun 2003 yang menyatakan bahwa fungsi pendidikan jarak jauh adalah
memberi layanan pendidikan pada kelompok masyarakat yang tidak bisa mengikuti model
pendidikan secara konvensional.
Ada beberapa pengertian tentang open learning / educatioan
dan distance learning /education yang dibawahkan oleh para ahli
pendidikan, namun dari kesemua definisi tersebut semuanya mengerucut pada satu
pengertian utama diantara definisi itu adalah :
The term open
and distance learning is used throughout
this paper in recognition
that this is a familiar term that has entered every-day usage in
many
parts of the world (though not in all). Since the discussion is
not limited to
learning alone, but also includes activities aimed at guiding and
supporting
learning . normally referred to by terms such as teaching,
training, facilitating,
etc. . the term distance
learning is used as a synonym for the more
comprehensive
and precise term distance
education. The rationale for distance
education
from its earliest days has been to open opportunity for learners
to
study regardless of geographic, socio-economic or other
constraints. The use
of the term open is intended to highlight this key feature of the theory and
practice of distance education.[2]
Kata open and distance learning dipergunakan
bagi sebuah kata yag telah familiar untuk kehidupan sehari-hari, semenjak
kemunculan diskusi-diskusi tentang pembelajaran saat ini yang bukan hanya milik
seseorang tertentu saja, namun lebih merupakan pendidikan yang aktif semisal
kata mengajar, melatih memfasilitaasi dan lain sebagainya, penggunaan kata
distance learning sebagai synnonim pendidikan yang menyeluruh.
Bahwa open learning
adalah sisitem pendidikan yang tidak mensyaratkan
adanya pembatasan usia, pengalaman pendidikan sebelumnya, masa belajar dsb ( Siaha’an )[3].
Open and distance learning education adalah suatu bentuk penyelengaraan pendidikan
dimana antara guru dan murid tidak saling bertemu tatap muka seperti halnya
pendidikan konvensional melainkan dipisahkan oleh jarak dan waktu (preeton dan Creed)[4]
Dalam perkembangannya,pembelajaran terbuka jarak jauh telah mengalami berbagai perubahan dalam media pembelajarannya.
Kegiatan melalui korespondensi merupakan model awal Pembelajaran ini, yang memanfaatkan jasa layanan pos sebagai pola interaksinya. Dan
pada beberapa tahun belakangan Pembelajaran terbuka telah
memanfaatkan teknologi berbasis internet dalam system pembelajarannya.
Sebagai suatu
konsep, open and distance learning memiliki beberapa karakteristik, diantaranya:
a Peserta didik dan pendidik terpisah oleh jarak
dan waktu.
b.
Materi/bahan
pembelajaran dirancang secara professional dan disajikan melalui berbagai media
c Ada lembaga yang merancang, mengembangkan, mengimplementasikan dan
mengevaluasi hasil-hasil yang dicapai.
d. Adanya komunikasi, interaksi antara peserta didik dan guru. Meskipun
keduanya terpisah oleh jarak, akan tetapi interaksi antara peserta didik dan
guru tetap diperlukan, misalnya melalui surat,
facsimile, telepon, internet atau teleconference
Pembelajaran
jarak jauh disebut pembelajaran sistem terbuka, karena memberikan kesempatan
kepada siapapun untuk belajar. Disamping itu peraturan yang diberlakukan pun
tidak seketat dengan yang ada dikelas konvensional. Namun, meskipun demikian,
penyelenggara ODL (0pen and distance learning) harus
mempunyai prinsip-prinsip tentang sistem, diantaranya:
a.Tujuan yang
jelas. Perumusan tujuan harus jelas, spesifik, terukur dan teramati untuk
mengubah perilaku peserta didik.
b.Relevan dengan
kebutuhan. Artinya program ODL harus sesuai
dengan kebutuhan peserta didik, masyarakat, dunia kerja atau lembaga
pendidikan.
c.Mutu pendidikan.
Pengembangan program ODL
merupakan upaya meningkatkan mutu pendidikan yang ditandai
dengan proses pembelajaran yang lebih aktif atau mutu lulusan yang lebih
produktif.
d.Pemerataan. Hal ini berkaitan dengan perluasan kesempatan
belajar untuk siapa saja.
e Berkesinambungan.
Penyelenggaraan ODL tidak bersifat incidental dan
sementara, tetapi dikembangkan secara berkelanjut dan terus menerus
f. Distance education is any educational process
in which all or most of the
teaching is conducted by someone removed in space and/or time from
the
learner, with the effect that all or most of the communication
between teachers
and learners is through an artificial medium, either electronic or
print. By definition,
in distance education the normal or principal means of
communication
is through technology. Obviously teachers in conventional
classrooms may use
technology
as a supplement to their teaching, but since it is not their principal
means of communication the classroom is not considered to be
distance education.
Another way of discriminating between distance and other forms of
education
is to ask where the principal educational decisions are made. Who is
deciding
what is to be learned? When and how is it to be learned? When has
learning
been satisfactorily completed? If such decisions are made in the classroom,
this
is not distance education. If they are made elsewhere and communicated
by
a technology the programme is defined
as distance education.
Pendidikan jarak
jauh adalah proses pendidikan yang menghubungkan antara seorang peserta belajar
dengan kegiatan pembelajaran baik lewat media elektronik maupun cetak, semua
berbasis teknologi, seorang guru pada kelas konvensional memandang penggunaan teknologi pada pengajaran di kelas
hanya merupakan suplemen atau tambahan namun disaat mereka tidak menjadikan
alat alat tersebut sebagai media utama dalam pembelajaran maka pada saat itu
kelas tersebut tidak dikatakan sebagai open learning, cara lain untuk
membedakan bahwa kelas tersebut kelas
distance learning atau bukan adalah adalah dengan mempetanyakan siapakah yang
menentukan apa yang hendak diajarkan ? Kapan sebuah pembelajaran dianggap
selesai, bila beberpa keputusan tertuju pada kegiatan diruang kelas .maka itu
bukan termasuk distance learning, namun bila pembelajaran itu menggunakan
methode instrumen teknologi maka program tersebut dinamankan distance learning[5].
pembelajaran terbuka atau pembelajaran jarak jauh
merupakan satu kegiatan pembelajaran yang salah satu medianya memamanfaatkan
media situs (website) yang bisa diakses melalui jaringan internet. Pembelajaran
berbasisi web atau yang yang dikenal juga dengan web based learning merupakan
salah satu jenis penerapan dari
pembelajaran elektronik
Dalam
salah satu publikasinya di situs about
learning.com Dalam rusman mengemukakan definisi e-learning sebagai berkut:
“ E learning is a broad set of aplicatians and processes
whch include web based learning, computer based learnng, virtual and digital
clasrooms. Much of this is delivered via the internet, intranet, audio and
vidio tape, satelite broad cast, interactive TV, and CD-ROM, the definition of
e-learnng varies dependng on the
organization and how it is usedbut basically it is involves electronic means
comunicatiaon, education, education and training”
Definisi tersebut menyatakan bahwa e-learning
merupakan proses dan kegiatan penerapan pembelajaran berbasisi web ( web
based learning ), pembelajaran berbasis komputer ( komputer based
learning ),kelas virtual (virtual class room), dan atau kelas
digital (digital class room), materi-materi dalam kegiatan belajar
elektronik tersebut kebanyakan dihantarkan melalui media internet, intranet,tape
vidio atau audio, penyiaran melalui satelite, televisi interaktiv serta CD-ROM.
Definisi ini juga menhyatakan bahwa definisi dari e-learning itu bisa
bervariasi tergantung dari penyelenggara kegiatan e learning tersebut
dan bagaimana cara penggunaanya,termasuk juga apa tujuan penggunaanya.[6]
E learning tidaklah sama dengan pembelajaran
konvensional. E-learning mempunyai karakteristik-karakteristik sebagai
berikut :
1 Interactivity,
( interactitivitas); teredianya jalur jalur
komunikasi yang lebih banyak, baik secara langsung (sychrounus), seperti
cahating atau massanger atau tidak langsung( asyncrhounus), seperi
forum, miling lis atau buku tamu.
2. Independency
(kemandirian); flesibilitas dalam aspek penyediaan waktu, tempat, pengajar dan
bahan ajar. Hal ini menyebabakan pembelajaran menjadi lebih terpusat kepada
sisiwa (student centered learning).
3. Accesbility
(aksebilitas); sumber-sumber belajar menjadi lebih mudah diakses melalui
pendistribusian di jaringan internet
dengan akses yang lebih luas, daripada pendistribusian sumber belajar pada
pembelajaran konvensional.
4. Enrichment
(pengayaan); kegiatan pembelajaran, pressentasi materi, kuliah dan materi
matrei pelatihan sebagai pengayaan,memungkinkan penggunaan perangkat teknologi
informasi sepeti vidio streaming, simulasi
dan animasi.
Keempat
karakteristik diatas merupakan hal yang
membedakan e learning dengan pendidikan secara konvensional. Dalam e
learning daya tangkap sisiwa sudah tidak lagi tergantung instructur/guru,
karena siswa mengkonstruk sendiri ilmu
pengetahuanya melalui bahan-bahan ajar yang disampaikan memalalui interface
situs web. Dalam E-learning pula sumber ilmu pengetahuaan tersebar
kemana-mana.serta dapat diakses dengan mudah oleh setiap orang. Hal ini
dikarenakan sifat media internet yang
mengglobal dan bisa diakss oleh sispapun yang tekonek didalamnya.[7]
Pendayagunaan
ICT dalam program ODL merupakan salah satu sarana/prasarana yang
penting guna lebih memperlancar system komunikasi informasi. Peran ICT beserta
infrastrukturnya dalam ODL adalah untuk menyajikan materi pembelajaran
dan menyediakan sarana komunikasi atau interaksi antara peserta didik dengan
guru. ICT yang digunakan dalam ODL antara lain:
a. Media cetak.
Media cetak merupakan teknologi pertama yang digunakan dalam ODL.
Media cetak dapat berupa modul, buku materi pokok, buku kerja, panduan belajar,
pamflet, brosur, peta, dan chart. Umumnya media cetak dimanfaatkan sebagai
media utama dalam pembelajaran.
b. Radio. Radio
dikenal sebagai media yang sangat memasyarakat karena harganya memiliki nilai
ekonomis serta memiliki daya jangkau keseluruh pelosok negeri. Dalam ODL
radio juga digunakan untuk menyampaikan materi ajar. Media radio lebih tepat
digunakan untuk menyampaikan materi yang bersifat umum, auditif dan konkrit
agar mudah dipahami oleh peserta didik, mengingat durasi dalam penyampaian
materi hanya sekitar 20 menit. Namun tidak dapat dielakkan juga bahwa radio
bersifat transistory, artinya materi ajar yang disampaikan cepat berlalu
dan mudah dilupakan.
c. Televisi. Televisi dikenal sebagai media yang sangat
kaya yang mampu menyajikan gambar dan suara secara bersamaan. Di Indonesia TVRI
merupakan televisi nasional yang bertanggung jawab untuk mencerdaskan bangsa
selain untuk memberikan informasi, pendidikan dan hiburan Pemanfaatan
televisi dalam Pembelajaran terbuka tidak hanya didasarkan pada
kemampuannya menyajikan informasi audio visual secara bersamaan, tetapi juga
karena kemampuannya untuk menjangkau pemirsa dalam jangkauan geografis yang
relative luas. Akan tetapi, pemanfaatan TV belum besar peranannya dalam Pembelajranterbuka di Indonesia, sebab TV bersifat pasif (tidak
ada proses interaksinya), hanya sekali tayang dan memerlukan biaya yang tinggi.
d. Media kaset,
audio, video, CD, VCD. Melalui materi yang dikemas dalam media rekaman ini,
memungkinkan siswa untuk memanfaatkannya sesuai ketersediaan waktunya.
e.
Komputer
dan Jaringan Internet. Keterpisahan antara peserta didik dan guru dalam proses
pembelajaran bisa dijembatani oleh komputer dan jaringan internet. Pada
pembelajaran computer dalam jaringan, interaksi antara peserta didik dengan
guru lebih banyak alternatifnya.
2.Kelebihan dan kekurangan pendidikan jarak jauh
Petunjuk tentang manfaat
penggunaan internet dalam pendidikan jarak jauh ( Soeaati,
2002;mulviivil,1997;utraini,1997), antara lain.
1.
Tersedianya fasilitas e moditoring
dimana guru dan sisiwa dapat berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas
internets secara regular atau kapan saja kegiatan komunikasi tersebut dilakukan
dengan tanpa dibatasi jarak dan waktu.
2.
Guru dan siswa menggunakan bahan ajar
atau petunjuk belajar yang terstruktur dan terjadwal melalui internet, sehingga
keduanya bisa saling menilai sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari.
3.
Siswa dapat belajar atau mereview bahan
perkuliahan setiap saat dan dimana saja kalau diperlukan mengingat bahan ajar
tersimpan dikomputer.
4.
Bila sisiwa memerlukan tambahan
informasi yang berkaitan dengan bahan yang dipelajarinya, ia dapat melakukan
akses di internet dengan lebih mudah.
5.
Baik guru maupun sisiwa dapat melakukan
diskusi di internet yang dapat diikuti oleh jumlah peserta yang banyak,
sehingga menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas.
6.
Berubahnya sisiwa dari yang biasanya
pasif menjadi aktif dan lebih mandiri.
7.
Relatif lebih efisien, misalnya bagi
mereka yang tinggal jauh dari sekolah maupun luar negri.
Walaupun demikian,
pemanfaatan internet untuk pembelajaran atau e learning juga tidak
terlepas dari berbagai kekurangan. Berbagai kritik antara lain
1.
Kurangnya interaksi antara guru dan siswa
atau bahkan antar siswa itu sendiri, kurangnya interaksi interaksi ini bisa
memperlambat terbentuknya values dalam proses pembelajaran.
2.
Kecenderungan mengabaikan aspek
psikomotorik atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong tumbuhunya aspek
komersial.
3.
Proses pembelajaranya cenderung kearah
pelatihan daripada pendidikan.
4.
Sisiwa yang tidak memmiliki motivasi
belajar cenderung akan gagal.
5.
Tidak semua tempat tersedia fasilitas
interne atau jaringan.
6.
Kurangnya tenaga yang mengetahui dan
memiliki keterrampilan mengoprasikan internet
Kesimpulan
Pembelajaran adalah tugas yang mulia bertujuan untuk
membimbing anak manusia menuju karakter dan sikap yang utama insan kamil
yang memungkinkan mereka memiliki bekal untuk menghadapi hidup ke depan
sehingga bisa meraih kebahagiaan baik di dunia lebih-lebih di Akhirat nanti.
Namun terkadang pembelajaran terkendala oleh faktor-faktor tertentu sehinggga
pembelajaran menjadi terhenti dan siswa didikpun terahalang dari mendapatkan
manfaat dari pembelajaran / pendidikan tersebut. Diantaranya adalah faktor
kesempatan, jarak, dan juga ketersediaaan tenaga pendidik disuatau wilayah
tertentu, namun seiring bergulirnya waktu dan berkembangnya teknologi informasi
dan komunikasi maka kendala-kendala seperti keterpisahan jarak, dan minimnya kesempatanpun mulai bisa
terminimalisir.
Dengan ditemukanya sistem pembelajaran terbuka dan jarak
jauh open and distance learning dimana pada sisitem pembelajaran ini peserta
didik dan guru atau instruktur bisa saling berinteraksi melalui program
pembelajaran yang telah didesain untuk pembelajaran jarak jauh.
Hal ini bisa mengatasi keterisoliran
suatu daerah dari akses pembelajaran, seperti halnya di indonesia yang
wilayahnya terdiri dari wilayah kepulauan maritim yang begitu luas, demikian
juga mereka yang tidak memiliki banyak waktu karena kesibukan rutinitas
keseharian.
Namun di satu sisi methode ini
memiliki kelebihan disatu sisi juga memiliki kekurangan, diantara kekuranganya
adalah kesempatan interaksi antara guru dan murid bahkan antar sesama murid
sendiri menjadi berkurang volumenya, sehingga ada sisi sosial yang tidak
tersentuh oleh methode ini padahal dari pertemuan tersebut bisa melahirkan
banyak kebaikan.
Daftar pustaka
UNESCO, Open And Distance Learning Trends
Policy And strategy Considerations (UNESCO,2002)
Sudirman Siahaan, “Pemanfaatan
Teknologi dalam PTJJ”, Jurnal
Teknologi Pendidikan Vol. IX, No. 16 (Juni, 2005
Jo
Breadly, The Open Classroom Distance Learning in and out of the Classroom
(London:Kogan Page,2003), 16. UNESCO, “ Open and Distance Learning”
(Paris:UNESCO, 2002),
Collin Latchem and Insung Jung, Distance
and Blended Learning in Asia (New York:Routledge, 2010),
Dewi S Prawiladilaga, Mozaik Teknologi
Pendidikan (Jakarta:Kencana,2004), 192-193. Franklin R Koontz et.al, Designing
Effective Online Instruction (Oxford:Oxford University,2006), 15
Bates A.W. (1995): Technology, Open Learning and Distance
Education, London: Routledge