A. Biografi penulis kitab al-futuhat al-ilahiyah bi tauihi tafsir al-jalalain bi al-daqaiqTafsir Al-Jalalain
Nama beliau adalah Sulaima>n
bin Umar bin Manshu>r al Ujaili> al Mishri al
Azhari as Syafi’i . Beliau masyhur dengan nama Jamal, sehing-ga sebuah kitab tafsirnya disebut
Tafsir Jamal. Atas kehen-dak
Allah ia wafat tahun 1204 H. Adapun
nama Tafsir yang ditulis adalah al-Futu>h}a>t al-Ila>hiyah bi Taud}i>h}i Tafs>ir al-Jala>lain
bi al-Daqa>iq al-Kha>fiyah. Diterbitkan di Lebanon oleh Da>r al-Fikr yang terdiri dari 8 juz dan setiap juz berisi sebagai berikut :
Juz 1
|
: 579
halaman
|
Juz 5
|
: 483
halaman
|
Juz 2
|
: 507
halaman
|
Juz 6
|
: 509
halaman
|
Juz 3
|
: 504
halaman
|
Juz 7
|
: 516
halaman
|
Juz 4
|
: 480
halaman
|
Juz 8
|
: 492
halaman
|
Adapun
kitab yang pernah ditulis oleh Sulaima>an al-Jama>l adalah sebagai berikut :
1.
Al Futu>hatul Ila>hiyah,
2.
Ha>syiyah
Syarah Niha>yah,
3.
Ha>syiyah
Matan H}amziyah,
4.
Futu>hatul
Ahmadiyah,
5.
Futu>hatul
Wahhab,
6.
Al Mawa>hibul Muhammadiyah,
7.
Al Qaulul Mun>ir dan yang lain,
a. Spesifikasi
Umum
Kitab ini merupakan sebuah
syarah atau komentar dari kitab tafsir Jala>lain yang ditulis oleh Jala>luddin Muhammad bin Ahmad
al-Mahalli (791 H-864 H) dan Abu al- Fadl Abdur Rahman bin Abu Bakar bin
Muhammad Jalaluddin al-Suyuthi (849-911 H). Pengarang kitab ini menulis kitabnya dari beberapa
tafsir yang menjadi rujukannya dan kaidah kaidah yang rasional. Sebagaimana
yang dituturkan sendiri oleh beliau dalam muqaddimahnya “ catatan ini saya
ambil dari berberapa tafsir dan kaidah kaidah berfikir yang bersifat rasional.
b. Pendapat
Sulaima>n al-Jama>l Terhadap Tafsir dan Ta’wil
Menurut beliau ada beberapa
hal yang penting yang harus diketahui oleh seorang pelajar sebelum dia
mempelajari sesuatu, yaitu hakikat, obyek, tujuan dan cakupan dari tujuan tersebut.
Oleh kaena itu seorang pelajar harus mengetahui hakikat, obyek dan tujuan dari
tafsir ini.
Menurut beliau tafsir menurut
bahasa adalah الكشف والإبانة (menyingkap dan menjelaskan). Adapun
tafsir menurut istilah adalah Menemukan sesuatu dengan cara memindah seperti
ilmu Asba>bu
al-Nuzu>l.
Adapun pengertian dari Ta’wi>l
adalah الرجوع والكشف (kembali dan menyingkap).
Sedangkan Ilmu Tafsir menurut beliau adalah Ilmu yang membahas tentang
Al-Q ur`an dari segi dilalahnya sesuai yang dikehendaki ALLAH swt. Menurut
kemampuan manusia. Adapun
Ta’wil menurut Istilah adalah sesuatu yang memungkinkan untuk ditemukan melalui
kaidah kaidah bahasa Arab. Ta’wil itu berhubungan dengan rahasia rahasia
yang ada dalam al-Qur’an. Seseorang diperbolehkan menta’wil sendiri jika
memenuhi syarat syaratnya.
Adapun tafsir seperti halnya mentafsirkan melihat Allah, maka yang di
kehendaki lafadz tersebut adalah maknanya yang bersifat tauqifi. Al-Ha>kim mengatakan bahwa
tafsir dari para sahabat adalah bersifat marfu>’
secara mutlak. Sedangkan ta’wil adalah mengunggulkann sesuatu yang belum jelas.
Obyek dari pembahasan ini adalah ayat ayat al-Qur’an. Al-Qur’an adalah kalam
yang berbentuk bahasa arab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw secara
Mutawa>tir.
Tujuan umum mempelajari tafsir ini memahami adalah Ushulu al-Di>n dan Fiqh. Sedangkan
tujuan secara khusus adalah mengetahui hokum hokum syari’at.
c.
Turunnya al-Qur’an
menurut Sulaima>n
al-Jama>l
Allah
menurunkan al-qur’an dari lauh} al-Mah}fudz ke langit dunia pada malam Lailatu al-Qodr bulan
Ramadha>n secara keseluruhan,
kemudian Jibril menyampaikan al-Qur’an tersebut pada Nabi Muhammad secara
berangsur angsur. Adapun
urutanya adalah sebagai berikut :
Ulama’ berbeda pendapat mengenai
surat terakhir yang turun di Mekah. Menurut Ibn Abba>s adalah al-Ankabu>t. Menurut D}ah}ak dan At}a’ adalah surat al-Mu’minu>n dan menurut Muja>hid adalah
surat al-Mut}affifi>n. Surat yang ditutunkan di Mekah berjumlah 80
surat. Adapun surat yang iturunkan di Madinah berjumlah 31 surat. Adapun Surat
al-Fa>tih}a sebagian turun di Mekah dan sebagian turun di
Madinah
d. Tentang al-Qur’an yang turun dengan tuju
huruf.
Ulama’
berpendapat bahwa sebab diturunkan dengan tuju huruf adalah untuk memudahkan
dan meringankan dalam membaca, menghafal dan memahaminya. Sebagaimana hadith
Nabi s.a.w: Dari Abbas r.a. Rosulullah bersabda: ‘Jibril membacakan (Qur’an)
kepadaku dengan satu huruf. Kemudian berulang kali aku mendesak dan meminta
agar huruf ditambah, dan iapun menambahnya kepadaku sampai tujuh huruf.’ (H.R. Bukhari)
Para ulama’ berbeda pendapat tentang
maksud dari tujuh huruf tersebut, Menurut al-Jama>l
al-Qur’an diturunkan dengan tujuh huruf adalah Qira>’ah
al-Sab’ah, karena itulah yang jelas dan sesuai dengan petunjuk Nabi Muhammad
Saw. Para sahabat juga menetapkan hal tersebut, begitu juga Uthma>n,
Jama>’ah
dan mereka juga memberi khabar tentang keabsahan pendapat tersebut berdasarkan
hadish Nabi Muhammad Saw. Dan seperti itulah pendapat yang dicuplik oleh
penulis dari tafsir al-Khazin.
e. Tentang Surat Surat yang terdapat Nasahk
dan Mansukh
Menurut al-Jamal Nasakh Mansukh
berdasarkan surat surat yang ada dala al-Qur’an terbagi menjadi 4 macam, yaitu
:
1.
Surat
sura yang tidak terdapat nasakh mansukh sama sekali berjumlah 43 surat
2.
Surat
yang terdapat Nasakh Mansu>khnya berjumlah 25 surat
3.
Suratyang
didalamnya terdapat Mansu>kh saja berjumlah 40 surat
4.
Surat
yang didalamnya terdapat Nasakh saja berjumlah 6 surat
f. Perincian Huruf – Huruf al-Qur’an
menurut Imam al-Nisfi dalam kitab Majmu>’
al-Ulu>m
wa Mat}la’I
an-Nuju>m
أ
|
48. 740
|
ع
|
90. 470
|
ب
|
11. 420
|
غ
|
1. 129
|
ت
|
1. 404
|
ف
|
90. 813
|
ث
|
10. 480
|
ق
|
80. 099
|
ج
|
30. 321
|
ك
|
80. 027
|
ح
|
40. 138
|
ل
|
33. 922
|
خ
|
1. 503
|
م
|
28. 922
|
د
|
50. 998
|
ن
|
17. 000
|
ذ
|
40. 434
|
هـ
|
26. 925
|
ر
|
2. 206
|
و
|
25. 506
|
ز
|
1. 680
|
لا
|
14. 707
|
س
|
50. 797
|
ي
|
25. 717
|
ش
|
1. 115
|
||
ص
|
2. 780
|
||
ض
|
1. 882
|
||
ط
|
1. 104
|
||
ظ
|
842
|
Adapun jumlah ayat al-Qur’an adalah
6.500. sedangkan lafadz Jalalahnya berjumlah 2.664 lafadz
B. Analisis terhadap
kitab al-futu>h}a>t al-ila>hiyah bi taud}i>h}i tafs>ir al-jala>lain bi al-daqa>iq al-kha>fiyah.
1.
Sumber
penafsiran
a.
Ayat-ayat Al-Qur’an, seperti yang
telah difirmankan oleh Allah bahwa ayat Al-Qur’an itu sebagian menafsirkan
sebagian yang lain.
b.
Pendapat para ahli tafsir
terdahulu
c.
Pendapat dari hasil ijtihad
penulis kitab tafsir sendiri
Dari penjelasan singkat diatas dapat
disimpulkan bahwa dalam menafsirkan suatu ayat Al-Qur’an, tentu telah ada
berbagai macam penafsiran sebelumnya oleh para ahli tafsir /pendapat para
ulama’ yang berkompeten dibidang ilmu tafsir Al-Qur’an. maka berdasar pada
sumber penafsiran yang digunakan, tafsir ini dapat dikategorikan sebagai tafsir
dengan metode Bil Iqtirani. Yaitu cara menafsirkan Al-Qur’an yang memadukan
antara sumber tafsir riwayah yang kuat dan shahih dengan sumber hasil ijtihad
pikiran yang sehat. Beliau berpegang pada beberapa
tafsir yang dijadikan rujukannya disertai pendapatnya tentang ayat tersebut.
Ini Nampak dari setiap akhir tulisan yang dicuplik maka ditandai dengan tafsir
yang menjadi rujukannya seperti أهـ
شيخان, أهـ خازن, اهـ سمين, اهـ بيضاوي, أهـ أبو السعود
Penulis
sangat teliti dalam menafsirkan ayat al-Qur’an dengan mengambil literature dari
berbagai macam tafsir, maka dari itu tafsir ini adalah termasuk tafsir yang
menngunakan mentode Iqtiran dalam menafsirkan ayat ayat al-Qur’an.
Penulis lebih banyak memakai pendapat
dari kitab tafsir yang lain dari pada memakai pendapatnya sendiri dalam
menafsirkan ayat al-Qur’an, hampir tiap ayat tidak luput dari cuplikan yang
diambil dari berbagai macqm kitab tafsir yang ada.
2. Cara penjelasan
Dari cara penjelasannya, kitab tafsir
ini menggunakan metode muqorin/komparatif, yaitu membandingkan antar
pendapat pendapat tafsir yang menjadi rujukannya sendiri. Misalkan tafsir
al-Khazin dengan tafsir baid}a>wi,
Karkhi dengan Abu>al-Su’u>d
dan lainnya. Ini nampak ketika yang ditafsirkan adalah ayat ahkam atau ayat
yang berhubungan dengan hokum syari’at. Akan tetapi tafsir ini juga menggunakan
metode Tahlili yaitu menafsirkan ayat secara urut diawali dengan surat al-Fa>tiH}a dan di akhiri
dengan surat Al-Na>s
3. Keluasan penjelasan
Dari
cara keluasan penjelasan tafsir ini menggunakan metode tafsir ithnabi,
yaitu penjelasan tafsir secara panjang lebar, mendetail dan rinci sehingga
jelas dan mudah difahami oleh pembaca. Penjelasan di awal surat biasanya
diawali dengan nama surat, tempat turunnya, asba>bu
al-Nuzu>l.
Mufradat(kata demi kata), I’rab, Juga fadilah dari surat yang dimaksud.
4. Sasaran dan tertib ayat
Tafsir
ini memberikan penjelasan terhadap al-Qur’an secara berurutan sesuai
dengan tertib mushaf. Dimulai dari surat al-Fatihah diakhiri dengan surat
an-Nas. Sehingga tafsir ini termasuk metode tafsir tahlily.
C. Kecenderungan aliran al-futu>h}a>t al-ila>hiyah bi taud}i>h}i tafs>ir al-jala>lain bi al-daqa>iq al-kha>fiyah.
Dalam
penjelasannya, tasir ini mempunyai kecenderungan melakukan penafsiran
1.
Tafsir Lugha>wy/Adaby, yang menitik beratkan pada unsur bahasa meliputi
segi I’rab dan harakat bacaannya, pembentukan kata, susunan kalimat. Hal ini
didasarkan pada tahapan-tahapan yang ada dalam tafsir tersebut. Yakni:
-
Penyebutan ayat secara tertib
mushaf, menyebut satu, dua, tiga ayat bahkan lebih.
-
Penafsiran makna kata yang sulit
(mufradat).
-
Penjelasan tentang struktur
bahasa atau I’rab
2.
Tafsir
al-Fiqhi, al-Jama>al
memberi penjelasan yang cukup lebar dalam masalah hukum fiqh dengan mengambil
pendapat ulama’ ulama’ khususnya ulama’ tafsir yang menjadi rujukannya. Kadang
juga menggunakan hadith hadith dan didukung pendapat ahli fiqh.
D. Komentar Pribadi
Tafsir ini merupakan syarah atau
penjelas dari kitab tafsir al-Jala>lain. Tafsir al-Jala>lain
adalah tafsir yang ukup fenomenal dikalangan umat islam. Banyak sekali ulama’
ulama yang menjadikan tafsir al-Jala>lain ini sebagai rujukan. Dengan
gaya tafsir Ijmaly, Tafsir Jala>lain banyak ulama’ yang berusaha
untuk memperjelas isi dari tafsir tersebut. Meski Tafsir al-Jalalain dikira sebagai tafsir yang ringkas, namun kerana
maklumat-maklumat penting dalam Tafsir Jalalain membuat kitab ini terus menjadi
rujukan ulama sehingga kini. Keringkasannya juga mengundang minat ramai ulama
sesudahnya untuk menyusun komentar (hasyiah) atas kitab tafsir tersebut. Sebut saja Majma’ al-Bahrain Wa Mathla’al-Badrain
karya Syaikh Muhammad bin Muhammad al-Karkhi, al-Futuhat al-Ilahiyyah atau
Hasyiyah al-Jamal dan Hasyiyah al-Shawi karya Syaikh Ahmad bin
Muhammad al-Shawi al-Mishri al-Maliki al-Khalwati.
Menurut kami tafsir al-Futuhat
al-Ilahiyyah atau Hasyiyah al-Jamal merupakan tafsir yang mempunyai keterangan
cukup luas, karena keterangannya diambil dari berbagai macam tafsir dengan
corak atau metode tafsir yang berbeda beda pula. Sebut saja tafsir al-Khazin,
al-Karkhi, Tafsir Baid}a>wi dan lain sebagainya. Akan tetapi jarang sekali ditemui mengenai pendapat
dari penulis atau pengarang dari tafsir al-Futuhat al-Ilahiyyah atau
Hasyiyah al-Jamal itu sendiri, sehingga sangat sulit untuk mengetahui
karakter asli dari tafsir tersebut.