Ciri-Ciri Tes yang Baik





PENDAHULUAN

Kegiatan  evaluasi  merupakan   bagian  yang  tak  terpisahkan  dari  sesuatu  upaya  yang  terprogram  tidak  terkecuali    program  pembelajaran.  Sebagai  bagian  dari  program  pendidikan.   Melaksanakan  evaluasi program  pembelajaran  merupakan  tugas  pokok  seorang   evaluator, tetapi  bukan  hanya  evaluator  saja  yang  harus  memahami  model-model  evaluasi  program  pembelajaran. Para  pendidik  dan calon pendidik serta  praktisi  lain yang  berkecimpung  dalam  dunia  pendidikan perlu  memahaminya.
Tujuan   evaluasi  pembelajaran  adalah  untuk  mengetahui  keefektifan  dan  efisiensi  sistem  pembelajaran, baik  menyangkut  tujuan, materi,  metode, media, sumber  belajar, lingkungan  maupun  sistem  penilaian itu  sendiri  atau  dengan  kata  lain evaluasi  dilakukan  untuk  menentukan nilai  atau  kualitas  dari  kegiatan  pembelajaran  yang  dilakukan.
Agar  evaluasi pembelajaran  mampu  mengukur   apa  yang  ingin   diukur atau  mampu  mengungkap apa  yang ingin diungkapkan   maka  alat  ukur  atau  alat  evaluasi  yang digunakan juga  harus  memenuhi kriteria  standar pengukuran. Oleh  karena  itu  makalah  ini  menjadi  penting  karena   membahas  ciri-ciri  tes  yang  baik yang  patut  dijadikan  acuan oleh  seorang evaluator  dalam  menyusun alat  ukur (tes)  yang  meliputi   validitas, reliabilias, objektivitas, praktibilitas  dan  ekonomis. Dengan  mengacu pada  ciri-ciri  tes yang  baik  maka  diharapkan mampu  mengetahui  efektifitas dan  efisiensi  sistem  pembelajaran. Sehingga  dapat meningkatkan  kualitas  pemebelajaran dari waktu ke waktu  sehingga  dapat memberikan kontsribusi dalam  meningkatkan  mutu pendidikan  Aamiin.

PEMBAHASAN

  Evaluasi  dilakukan  untuk  menentukan kualitas   atau  nilai      dari  kegiatan  pembelajaran  yang  telah dilaksanakan  baik  menyangkut  tujuan, materi,  metode, media, sumber  belajar, lingkungan  maupun  sistem  penilaian itu  sendiri. Agar  dapat  mengukur  dengan  benar  dan  tepat  apa  yang  hendak diukur  maka  alat  ukur (tes)  yang  digunakan  harus  memenuhi  kriteria  standar  pengukuran.  Ada  beberapa  pendapat para  ahli  tentang  ciri-ciri    tes   yang  baik  diantaranya  :
 Menurut Mudjijo ada 4 ciri tes  yang baik  yaitu :  Validitas, reliabilitas, kemudahan dan kepraktisan. Kemudahan  dalam  hal ini  yaitu mudah  dilaksanakan dan kepraktisan  dalam hubungannya  dengan  biaya dan waktu untuk  melaksanakan dan yang terakhir analisis  butir  soal. Tes  yang  baik  berarti  soal  tersebut  memiliki butir  soal  yang  baik.[1]
Menurut Suharsimi  Arikunto  suatu tes  dapat  dikatakan baik apabila memenuhi  lima persyaratan, yaitu :
  1. Validitas
Kata  valid  sering  diartikan dengan : tepat, benar,  absah dan shahih. Jadi  kata  validitas ketepatan,  kebenaran, keabsahan. Apabila  dikaitkan  dengan fungsi  tes sebagai  alat  pengukur  maka  sebuah  tes  dikatakan  valid apabila   alat  ukur tersebut  dapat dengan tepat mengukur apa yang  hendak diukur atau diungkap  lewat  tes  tersebut. Jadi  tes  hasil  belajar dapat  dinyatakan valid  (alat pengukur  keberhasilan) dengan  secara  tepat dapat  mengukur atau  mengungkap hasil-hasil  belajar  yang  telah  dicapai  oleh  peserta  didik setelah  menempuh  proses  belajar mengajar  dalam  waktu  tertentu[2]
Contoh : Diperoleh  informasi  bahwa Si A  beratnya  80 kg  setelah diukur  dengan  timbangan  beras  yang  benar  memang hasilnya  demikian beratnya  berdasarkan  hasil timbangan.
Untuk  tes hasil belajar aspek  validitas  yang paling penting adalah validitas isi. Yang dimaksud  dengan validitas isi  adalah  ukuran yang menunjukkan  sejauh  mana skor  dalam tes yang berhubungan  dengan penguasaan  peserta  tes dalam bidang  studi  yang diuji  melalui  perangkat  tes tersebut. Untuk  mengetahui tingkat  validitas  isi tes, diperlukan  adanya penilaian  ahli yang menguasai  bidang  studi  tersebut.
  1. Reliabilitas
Kata reliabilitas dari kata reliability (Inggris) yang  artinya  dapat dipercaya. Tes yang reliable  jika memberikan hasil  yang tetap (consistent) apabila diteskan berkali-kali. Jika kepada siswa diberikan tes yang sama yang  pada waktu yang berlainan, maka setiap siswa akan tetap berada dalam urutan rangking  yang  sama tetap (ajeg)  dalam  kelompoknya. Validitas berhubungan dengan ketepatan  sedangkan reliabilitas  berhubungan dengan ketetapan  atau keajekan.`
Sebuah  tes  dikatakan  relibel  apabila  hasil-hasil pengukuran  yang  dilakukan dengan  menggunakan  tes tersebut  secara  berulang  kali  terhadap subyek  yang  sama  hasilnya  tetap  sama atau  sifatnya  stabil.[3] Yang dimaksud  Stabil      disini  yaitu  tetap  berada  pada  urutan  kelompoknya  ketika  tes dilakukan berulang-ulang meskipun  terjadi  perubahan  nilai   secara keseluruhan oleh  kelompoknya    tetapi  pada  posisi  urutan  rangkingnya    tetap atau berubah  tetapi perubahannya tidak  berarti.  Jadi  penekannanya  bukan  pada  tetapnya  nilai  tetapi   pada tetapnya   posisi  urutan  nilai  atau rangking dalam kelompoknya. Walaupun  tampaknya  hasil  tes  pada  tes  kedua lebih baik karena kenaikannnya  dialami  oleh  semua  siswa  maka  tes  yang  digunakan dapat  dikatakan  memiliki  reliabilitas yang  tinggi. Kenaikan hasil  yang  kedua  bisa  jadi  disebabkan  adanya  pengalaman yang  diperoleh  pada  waktu  mengerjakan tes pertama.
Contoh
Tabel  Nilai  Tes  Pertama  dan Kedua

Nama  Siswa

Pengetesan Pertama

Pengetesan  Kedua
Ahmad
5,5
6,6
Arman
6
7
Cahya
8
9
Darma
5
6
Elvi
6
7
Firda
7
8

Pada  tabel tersebut  di  atas menunjukkan   hasil  tes pertama  dan  hasil  tes  kedua yang  dicapai  oleh siswa secara  keseluruhan  cenderung  mengalami  kenaikan    tetapi  pada  posisi  rangkingnya   tetap yang berarti   alat  tes  yang  digunakan  dalam  menilai hasil belajar tersebut  reliable atau  dapat  dipercaya.
Menurut  Ngalim  Purwanto suatu  tes  disebut andal (reliability)  jika  ia  dapat  dipercaya, konsisten  atau  stabil.[4]
  1. Objectivitas
Objektif  berarti  tidak adanya unsur pribadi  yang mempengaruhinya bukan subjectif.  Sebuah tes dikatakan memiliki objectivitas apabila  dalam melaksanakan tes tidak  ada faktor subjectif yang mempengaruhi terutama dalam sistem skornya.
 Apabila dikaitkan dengan reliabilitas maka objectivitas menekankan ketetapan (consistency) pada sistem skoring, sedangkan reliabilitas menekankan ketetapan dalam hasil tes. Ada 2 faktor  yang mempengaruhi subjectivitas  dari sesuatu tes yaitu  bentuk tes  dan penilai :
  1. Bentuk  Tes
Tes  yang berbentuk uraian akan memberi banyak kemungkinan kepada sipenilai untuk memberikan penilaian menurut caranya sendiri. Untuk  menghindari  masuknya  unsur  subjektivitas  dari  penilai  maka sistem skoringnya  dapat  dilakukan  dengan cara  sebaik-baiknya antara  lain lain dengan  membuat  pedoman skoring terlebih  dahulu.
  1. Penilai
Subjectivitas  dari penilai akan dapat masuk secara agak leluasa terutama dalam tes bentuk uraian. Faktor-faktor  yang mempengaruhi subjectivitas  antara lain kesan penilai terhadap siswa, tulisan bahasa, kelelahan untuk menghindari subjektivitas maka harus mengacu pedoman terutama menyangkut masalah pengadministrasian yaitu kontinuitas dan komprehensivitas.
Sedangkan  Menurut  Prof. Drs. Anas  Sujiono  Suatu tes  belajar  dapat  disebut  tes  belajar  yang  obyektif  apabila  tes tersebut  disusun dan dilaksanakan  menurut  apa adanya. Ditinjau  dari  segi  isi  atau  materinya artinya  bahwa  materi  tes  diambilkan atau  bersumber  dari  materi  atau  bahan  pelajaran  yang  telah  diberikan  sesuai  dengan instruksional  khusus  yang  telah  ditentukan atau  bahan  pelajaran  yang  telah  dipelajari  oleh  peserta  didik  yang  dijadikan  acuan  dalam  penyusunan  hasil belajar  tersebut.[5]
4.    Praktibilitas (practibility)
Sebuah  tes  disebut memiliki  praktibilitas  yang  tinggi apabila  tes tersebut bersifat praktis, Tes yang praktis adalah tes yang :
  1. Mudah dilaksanakan, tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kepada siswa  mengerjakan terlebih  dahulu bagian yang dianggap mudah. Karena bersifat  sederhana dalam arti  tidak  memerlukan peralatan  yang  sulit pengadaannya[6]
  2. Mudah pemeriksaannya artinya bahwa tes itu dilengkapi kunci jawaban maupun pedoman skoringnya. Dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas sehingga dapat diberikan atau diawali orang lain.
  3. Dilengkapi  dengan petunjuk-petunjuk  yang  jelas  sehingga  dapat  diberikan atau  diawasi  oleh  orang  lain
5.        Ekonomis
Pelaksaan tes tersebut  tidak membutuhkan ongkos atau biaya yang mahal, tenaga yang banyak serta waktu yang lama.[7]

KESIMPULAN

Berdasarkan  uraian  diatas  dapat  diambil  kesmpulan bahwa  ciri-ciri tes  yang  baik  adalah  sebagai  berikut  :
  1. Validitas, valid  apabila   alat  ukur tersebut  dapat dengan tepat mengukur apa yang  hendak diukur atau mengungkap   lewat  tes  tersebut.
  2. Reliabilitas,  hasil-hasil pengukuran  yang  dilakukan dengan  menggunakan  tes tersebut  secara  berulang  kali  terhadap subyek  yang  sama  hasilnya  tetap  sama atau  sifatnya  stabil  dalam  kelompoknya.
  3. Objectivitas, artinya  dalam melaksanakan tes tidak  ada faktor subjectif yang mempengaruhi terutama dalam sistem skornya.
  4. Praktibilitas, (practibility)  baik kepraktisan   yang  terkait  dalam  pelaksanaannya  maupun kemudahan  dalam  pemeriksaannya.
  5. Ekonomis, tidak  memerlukan ongkos, tenaga  dan  waktu  yang  banyak. 

DAFTAR   KEPUSTAKAAN

Arikunto  Suharsimi,  Dasar- Dasar  Evaluasi  Pendidikan, Jakarta : PT. Bumi  Aksara,Edisi  Revisi 2002

Sudijono  Anas, Pengantar  Evaluasi  Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo  Persada, 1996

Putro  Widoyoko  Eko, Evaluasi  Program  Pembelajaran, Yogyakarta: Pustaka, Pelajar, 2009
 Mudjijo. Tes Hasil Belajar. Jakarta: Bumi Aksara, 1995

Purwanto Ngalim  , Prinsip-Prinsip  Dan Teknik  Evaluasi  Pendidikan , Bandung : Remaja Rosda Karya, 1994





Postingan terkait: