DIFUSI DAN DISEMINASI INOVASI PENDIDIKAN
A.
Pendahuluan
Undang-umdang No 20 tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik dapat berperan aktif dalam mengembangakan dirinya untuk
memiliki spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian dan kecerdasan
akhlaq serta keteramoilan dirinya untuk diaplikasikan dimasyarakat[1].
Sedangkan dalam pandangan lain, M. Darwis Hud mengatakan pendidikan merupakan
proses pengalihan kebudayaan yaitu pemindahan berbagai kearifan, keterampilan,
nialai dan pengetahuan, yang terkumpul dalam suatu masyarakat dari suatu
generasi kegenerasi berikutnya. Pengalihan kebudayaan tersebut membuat suatu
generasi baru yang mampu memikul tanggung jawab, melestarikan dan mengembangkan
kebudayaan yang ada serta siap terus menerus menambah keahliannya untuk belajar
seumur hidup[2]
Pendidikan memiliki tujuan
yaitu dirumuskan dalam Undang-Undang No 02
tahun 1989 pasal 4 dinyatakan “pendidikan
nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
indonesia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi
pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, sehat jasmani dan rohani,
berkepribadian yang mantap, mansdiri, dan bertanggung jawab terhadap masyarakat
dan bangsa[3]. Yang Diperbaharui Melalui Undang-Undang Sisdiknas No 20 Tahun 2003
Pasal 3 Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membetuk watak serta peradaban
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional
adalah dengan menerima masukan dari masyarakat
dan lingkungan untuk mendapat hasil yang diharapkan. Hasil yang
didapatkan dari pendidikan pada masyarakat dengan mencetak lulusan yang
berkualitas akan memberikan umpan balik pada sistem pendidikan itu sendiri
sehingga perubahan dan perkembangan yang terjadi pada masyarakat akan sangat
berpengaruh pada perubahan pendidikan.
Pendidikan agar senantiasa dapat
menyesuaikan dengan zaman maka memerlukan sebuah perubahan atau inovasi yaitu,
untuk meningkatkan dan memperbaiki kualitas pendidikan melalui sendi-sendi
tertentu[4].
Sebuah inovasi akan senantiasa
berkembang seiring dengan perkembang manusia jika dalam inovasi tersebut adanya
sebuah kesepahaman akan terjadinya perubahan pada sebuah pendidikan yang lebih
baik lagi maka dengan demikian sebuah inovasi harus difahami dan diketahui
bersama serta mengintegrasikan dari berbagai sudut pandang untuk mencapai
ketercapaian pendidikan yang lebih ideal.
B.
Difusi Inovasi Pendidikan
1.
Pengertian
dan Konsep Dasar Difusi Inovasi Pendidikan
Kata “Difusi Inovasi Pendidikan” terdiri dari tiga kata yaitu
difusi, inovasi dan pendidikan. Secara etimologi difusi memiliki arti proses
penyebaran dan perembesan sesuatu (kebudayaan, teknologi, ide) dari satu pihak
ke pihak lainnya[5]
atau perpindahan arus listrik dari daerah yang berkonsentrasi tinggi sampai
rendah[6]. Sedangkan inovasi berasal dari kata innovation
yang artinya hal yang baru atau pembaharuan[7].
Sedangkan secara istilah inovasi dapat diartikan penemuan sesuatu yang
benar-benar baru sebagai karya manusia[8].
Sedangkan kata pendidikan itu sendiri salah satunya adalah Secara etimologi
kata tersebut bermula dari kata didik yaitu memelihara dan memberikan pelatihan
mengenai akhlaq dan kecerdasan pikiran. Sedangkan pendidikan merupakan hasil
dari perbuatan[9]. Menurut muhibbin syah pendidikan adalah sebuah proses dengan
metode-metode tertentu sehingga orang mendapatkan ilmu pengetahuan, pemahaman
dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan[10].
Sedangkan menurut Ruswandi mengatakan pendidikan merupakan proses pembudayaan,
pelembagaan, pengalihan, memberikan, menggambarkan, menjelaskan mengarahkan,
pembakuan dan lain sebagainya[11].
Berbagai pengertian dari kata tersebut mengacu pada sebuah konsep
yaitu salah satunya difusi inovasi dan pendidikan. Difusi inovasi merupakan teori sains sosial
yang menjelaskan tentang bagaimana dan mengapa ide baru dapat meresap terhadap
budaya[12].
Difusi Inovasi pendidikan dapat diartikan sebagai penyebar luaskan
inovasi tersebut melalui proses komunikasi[13]
yang digunakan melalui saluran tertentu dalam suatu rentan waktu tertentu
diantara anggota sistem sosial dan masyarakat[14].
Dengan demikian maka difusi inovasi pendidikan merupakan proses
mengkomunikasikan untuk memberikan suatu pengertian dalam bidang pendidikan
kepada sistem sosial atau masyarakat dengan berlangsung sepanjang waktu agar
tercapainya suatu pemahaman yang dapat diterima dalam kalangan masyarakat.
Oleh karena itu difusi merupakan proses komunikasi untuk
menyebarluaskan gagasan, ide sebagai karya dan produk inovasi maka aspek
komunikasi menjadi yang sangat penting dalam menyebar luaskan gagasan, ide atau
produk tersebut[15].
Untuk menyebarkan hal tersebut maka memerlukan Difusi Inovasi pendidikan
sebagai penyebar luaskan suatu inovasi
untuk kemudian diadopsi oleh kelompok masyarakat tertentu[16].
2.
Landasan
Teori dan hal-hal yang mempengaruhi Difusi Inovasi
Difusi merupakan salah satu dari komunikasi yaitu komunikasi yang mana pesan yang disampaikan adalah hal yang
baru. Dengan demikian Difusi memiliki dua elemen teori yaitu tahap proses
adopsi dan saluran, sebagai sumber-sumber yang mempengaruhi adopsi atau ide
suatu kelompok[17].
Teori difusi inovasi suatu proses penyebaran dan penerapan inovasi.
Teori ini dalam koridor komunitas sehingga dirancang untuk membantu membuat
keputusan mempengaruhi populasi besar seperti komunitas dan institusi. Hal
tersebut merujuk dari kata difusi yang memiliki arti penggabungan dan
pendistribusian, atau penyebar luaskan. sedangkan inovasi adalah sesuatu yang
baru atau berbeda[18].
Dalam kaitannya dengan difusi Inovasi, Rogers mengemukakan empat
ciri penting yang mempengaruhi difusi inovasi[19].
a.
Esensi
Inovasi
b.
Komunikasi
dengan saluran tertentu
c.
Faktor
waktu dan proses pengambilan keputusan
d.
Warga
masyarakat atau sistem sosial.
C.
Desiminasi
Inovasi Pendidikan
Diseminasi (bahasa inggris: dissemination) adalah suatu yang
ditujukan kepada kelompok target atau individu agar mereka memperoleh, timbul
kesadaran, menerima, dan akhirnya memanfaatkan informasi tersebut. Diseminasi
adalah proses penyebaran inovasi yang direncanakan, diarahkan, dan dikelola.
Ini berbeda dengan difusi yang merupakan alur komunikasi spontan. Dalam
pengertian ini dapat juga direncanakan terjadinya difusi. Misalnya dalam
penyebaran inovasi penggunaan pendekatan keterampilan proses dalam proses
belajar mengajar. Setelah diadakan percobaan dan siswa aktif belajar mengajar
dapat berlangsung secara efektif dan siswa aktif belajar. Maka hasil percobaan
itu perlu didesiminasikan. Untuk menyebar luaskan cara baru tersebut, dengan
cara menatar beberapa gruru dengan harapan akan terjadi juga difusi inovasi
antar guru disekolah masing-masing. Terjadi saling tukar informasi dan akhirnya
terjadi kesamaan pendapat antara guru tentang inovasi tersebut[20].
Diseminasi merupakan tindak inovasi yang disusun menurut
perencanaan yang matang, melalui diskusi atau forum lainnnya yang sengaja
diprogramkan, sehingga terdapat kesepakatan untuk melaksanakan inovasi.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)[21]
merupakan bentuk diseminasi, karena sebarannya berdasarkan sebuah perencanaan
dengan pandangan jauh ke depan. Di dalam pelaksanaannya pun, tidak sembarang
kegiatan dapat dilakukan, namun benar-benar berdasarkan sebuah program yang
terarah dan terencana secara matang[22].
D.
Masalah
yang menuntut Inovasi Pendidikan
Inovasi harus dapat terkomunikasikan dengan baik agar dapat lebih
mudah difahami dan diterima oleh masyarakat. karena menurut Udin Saefudin salah
satu dari karakteristik Inovasi adalah Kompleksitas artinya tingkat kesukaran
untuk memahami dan menggunakan inovasi bagi pengguna. Inovasi yang mudahh
difahami itu yang akan mudah diterima oleh masyarakat sedangkan inovasi yang
sangat sulit difahami itu merupakan sesuatu yang sulit diterima oleh
masyarakat. maka setiap inovasi diciptakan untuk semudah mungkin dalam
mengkomunikasikan agar lebih mudah untuk diterima[23].
Hal tersebut dapat merujuk pada permasalah pendidikan adapun masalah-masalah
pendidikan yang menuntuk untuk inovasi pendidikan ada dalam berbagai sudut
pandang karena sangat kompleksnya pendidikan dinegara kita, salah satu yang
akan kami paparkan adalah pemasalahan hal-hal berikut ini:
1.
Berbagai
Perubahan
Akhir-akhir ini dunia pendidikan diresahkan oleh merosotnya mutu
hampir di semua jenjang dan jenis pendidikan dengan kebutuhan lapangan
pekerjaan yang ada. Hal ini desebabkan berbagai factor, antara lain kurikulum yang kurang mendorong
siswa memilki kompetensi, proses pembelajaran yang kurang efektif. Menurut
Rusman Hal tersebut harus ada solusi kongkrit dari seorang kepala sekolah yaitu
dengan cara memfasilitasi sekolah untuk membentiuk dan memberdayakan Tim
pengembang kurikulum terutama dengan pelaksanaan kurikulum KTSP yang dimana
setiap tingkat pendidikan harus menyesuaikan dengan kebutuhan dan menyiapkan
dokumen-dokumenyang relevan dengan kebutuhan siswa[24].
kualitas guru yang rendah karena kurang kesempatan mengembangkan diri, bahan
ajar yang terlalu padat dan tidak mampu membuat anak belajar yang tidak
kondusif untuk medorong semangat belajar siswa, serta sarana dan prasarana
pendidikan yang kurang erta tidak mampu mengikuti perkembangan kebutuhan
dilapangan.
2.
Kualitas
Pendidikan
Masyarakat masih merasakan kenyatan bahwa mutu pendidikan kita yang
belum memuasakan. Hal ini disebabkan oleh belum sepakatnya para penyelengara
pendidikan menetapkan standar mutu yang harus dicapai serta beberapa departemen
penyelengara pendidikan, yang ternyata tidak mudah untuk mencapai kesepakatan
tentang standar mutu tersebut[25].
salah satu indikasi bahwa
mutu pendidikan kita masih rendah, yakni sangat kecilnya jumlah lulusan yang
mampu memperoleh nilai yang baik, minimnya jenis keterampilan yang sesuai
dengan kebutuhan lapangan kerja, sulinya menembus pasar kerja tingkat nasional
dan global, sehingga terjadi penumpukan kelompok pengangguran terdidik.
3.
Manajemen
pendidikan
Manajemen pendidikan yang tersentralisasi membuat sekolah dan
lembaga pendidikan lainnya menjadi tidak aspiratif, serta membatasi
kreatifitas, ditambah lagi dengan penterjemahan dilapangan yang tidak cerdas.
Kurikulum nasional terlalu padat dan sarat materi dan terlalu detail, dan semua
itu harus dijejalkan kepada siswa dalam situasi yang sangat heterogen
(beragam), merupakan sesuatu yang sangat mustahil dan tidak rasional.
Dengan manajemen sentralistik manajer-manajer pendidikan tak
ubahnya sebagai ‘robot-robot’ yang selalu menunggu perintah, petunjuk
pelaksaan, petunjuk teknis dari pusat, dan perangkat pendidikan lainnnya hanya
sebagai pelaksana yang bersifat pasif, menunggu perintah, dengan perasaan takut
bersalah yang amat sangat menghadapi lapisan. Padahal yang tahu tentang
daerah-daerah yang sangat beragam itu adalah para pemilik daerah itu. Oleh
karenanya momentum otomi daerah merupakan ‘star point’ untuk melakukan
perubahan, dan bukan memusatkan lagi didaerah otonom. Dalam kontek ini harus
jelas, mana kewenangan pusat dan mana kewenangan daerah, sehingga inteventasi
pusat tidak lagi medominasi didaerah otonom[26].
Permasalahan pendidikan menuntut kita untuk senantiasa melakukan
inovasi, agar dapat mengurangi bahkan menghapus ssegala permasalahan yang ada.
Dari contoh berbagai permasalahan itu penerapan dam mengkomunikasian harus
berjalan dengan lancar dengan dapat melalui difusi atau diseminasi agar setiap
permasalahan dapat terpecahkan dengan baik serta semua pihak dapat menerima dan
memudahkan kita untuuk melakukan inovasi
Daftar Pustaka
Abdul Hamid, Azhar, Mohammad
Coharudin Alwi Dkk, Rekacipta Dan Inovasi Dalam Perspektif Kreativity.
Apriningsih, Nova S dan Indah Hippy, Metode Pendidikan Dan
Kesehatan Masyarakat, Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2003.
Arifin, Zainal, Konsep Dan Model Pengembangan Kurikulum Konsep,
Teori, Prinsip, Prosedur, Komponen, Pendekatan, Model, Evaluasi Dan Inovasi. Bandung:
Remaja Rosada Karya, 2011.
Badudu, J. S., Kamus Kata-Kata Serapan Asing Dalam Bahasa
Indonesia. Jakarta: Buku Kompas, 2009.
Darwis, H.M Hud, Hasan Bashri, Maftuchin Abbas, Muntaha Azhari
Al-Hafidz, Cakrawala Ilmu Dalam Al-Qura. Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002.
Ds, Rendro (Editor), Beyond Borders: Comunication Modernity And
History, Reserch Conference. Dalam
Bahasa Indonesia, 2010.
Morrish,
Ivor, Aspectc of Change. London: George Allen & Unwin, 1978.
Mulyasa, E. Kurikulum
Tingkat Satruan Pendidikan; Suatu Panduan Praktis. Bandung : Remaja Rosada
Karya, 2009.
Muchlis, Mansur, Standar Nasional Pendidikan Tingkat Satuan
Pendidikan ; pemahaman dan pengembangan; pedoman bagi pengelola pendidikan dan pegawai sekolah. Jakarta: Bumi
Aksara, 2007.
Nurudin, Sistem Komunikasi Di Indonesia. Jakarta :Rajawali
Pers, 2002
Rusman, Managemen kurikulum, seri Managemen seri bermutu, Bandung
raja Grafindo Persada, 2010.
Ruswandi, Uus dan Badrudin, Pengembangan Kepribadian Guru. Bandung:
Cv.Insan Mandiri, 2010.
Heris Hermawan, Landassan Pendidikan,
Bandung: Insan Mandiri, 2011.
Saefudin, Udin Sa’ud, Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta,
2009.
Saydam, Gouzali. Kamus Istilah Telekomunikasi. Djambatan,
2000.
Sujanto, Sedji, Pendidikan
Berbasis Sekolah. Jakarta: Sagung Seto, 2007.
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosada Karya,
2011.
Syaputra, Iswandi, Komunikasi Prufentik; Konsep Dan
Praktikdengan Pendekatan. Bandung : Simbiosa Rekatama Media, 2011.
Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan, Ilmu Dan Aplikasi Pendidikan
Bag Ke 3; Pendidikan Disiplin Ilmu, Bandung, Fakultas Ilmu Pendidikan; Universitas
Pendidikan Indonesia, 2007.
Tim Penulis, Ilmu Dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia, Tt.
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Pusat
Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2006.
, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Jakarta. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
Tim Penyusun, Himpunan Perundang-Undangan Republik Indonesia Tentang
Sistem Pendidikan Nasional; Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 beserta Penjelasannya Dilengkapi
Perundang-Undangan Yang Terkait. Bandung: Nuansa Aulia, 2008.
Tim Pengembang, Mkdk
Kurikulum Dan Pembelajaran. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jurusan Kurikulum Dan
Teknologi Pendidikan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung, 2002.
Umaedi Dkk, Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: Universitas
Terbuka, 2011.
Wahyudin, Dinn, Pengantar Pendidikan, Jakarta: Universitas
Terbuka, 2009.
Http: Ewintribengkulu. Blogspot. Com /2012 /11 /Inovasi-Pendidikan
Http: lbupi 2009. Wordpress. Com /2011 /12 /31 /
Difusi-Dan-Diseminasi-Inovasi-Pendidikan.
[1] Dapat Dilihat Juga Himpunan
Perundang-Undangan Republik Indonesia Tentang Sistem Pendidikan Nasional;
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003beserta Penjelasannya Dilengkapi Perundang-Undangan Yang Terkait, (Bandung:
Nuansa Aulia, 2008) Cet 1 Dapat Dilihat Juga Uus Ruswandi & Heris
Hermawaan, Landassan Pendidikan, (Bandung : Insan Mandiri, 2011), 5
[2] H.M Darwis Hud, Hasan Bashri, Maftuchin Abbas,
Muntaha Azhari Al-Hafidz, Cakrawala Ilmu Dalam Al-Qura’an (Jakarta:
Pustaka Firdaus, 2002), 429
[3] Tim
Pengembang Mkdk Kurikulum Dan
Pembelajaran. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jurusan Kurikulum Dan Teknologi
Pendidikan, (Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2002), 56
[5] Lihat
Tim Penyusun. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
Nasional : 2008), 353. Atau Dapat Juga Melihat Pada Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 2006 Edisi Ke 3,
264.
[6]
Gouzali Saydam, Kamus Istilah Telekomunikasi, (Djambatan, 2000), 71 atau
Dapat Dilihat J. S Badudu, Kamus
Kata-Kata Serapan Asing Dalam Bahasa Indonesia (Jakarta: Buku Kompas,
2009), 61
[8]
Zainal Arifin, Konsep Dan Model Pengembangan Kurikulum Konsep, Teori,
Prinsip, Prosedur, Komponen, Pendekatan, Model, Evaluasi Dan Inovasi. (Bandung:
Remaja Rosada Karya, 2011), 21
[9] Tim
Pengembangan Ilmu Pendidikan, Ilmu Dan Aplikasi Pendidikan Bag Ke 3;
Pendidikan Disiplin Ilmu, (Bandung: Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas
Pendidikan Indonesia, 2007), 12. Dapat Dilihat Juga Lihat Tim Penyusun , Kamus Besar Bahasa Indonesia, ,...., 352
[11] Uus
Ruswandi, Dan Badrudin,
Pengembangan Kepribadian Guru. (Bandung: Cv.Insan Mandiri, 2010), 7
[12]
Azhar Abdul Hamid, Mohammad Coharudin Alwi Dkk, Rekacipta Dan Inovasi Dalam
Perspektif Kreativity, Tt, 502
[13]
Komunikasi Adalah Sutu Proses Dalam Upaya Membangun Saling Pengertian. Lihat
Nurudin, Sistem Komunikasi Di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers, 2002)
, 15
[14] Din
Wahyudin Dan Rudi Susilana, Kurikulum Dan Pembelajaran. Pdf Atau Dapat
Dilihat Juga Dinn Wahyudin, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2009), 98
[15]
sebuah komunikasi dapat dilakukan dengan berbagai cara dan dengan berbagai
penyaluran untuk menyampaikan sebuah informasi yang dapat diterima dari
berbagai kalangan. Hal tersebut ditegaskan
oleh Iswandi Syaputra, Komunikasi Profentik; Konsep Dan Praktik dengan
Pendekatan (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007), 38 “komunikasi juga
merupakan proses individual dengan orang lain, kelompok, organisasi atau
masyarakat”
[17]
Rendro Ds (Editor), Beyond Borders: Comunication Modernity And History, (
Reserch Conference, 2010 (Dalam Bahasa Indonesia)) Hal 2
[18]
Apriningsih, Nova S Dan Indah Hippy, Metode Pendidikan Dan Kesehatan
Masyarakat, ( Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2003), 2
[19]
lihat Dinn Wahyudin, Pengantar Pendidikan, ...., 99 dan Udin Saefudin
Sa’ud, Inovasi Pendidikan, ...., 29
[21]
dalam KTSP Tim yang bekerja secara harmonis sesuai dengan posisinya
masing-masing untuk mencapai suatu tujuan dengan kata lain KTSP mengedepankan
bagaimana sekolah dapat mengoptimalkan kinerja, proses pembelajaran,
pengelolaan sumber belajar, profesionalisme tenaga kepandidikan serta sistem
pendidikan. Lihat E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satruan Pendidikan; Suatu
Panduan Praktis, (Bandung : Remaja Rosada Karya, 2009), 29 Adapun KTSP
disusun dan dikembangkan berdasarkan beberapa landasan No 20 Tahun 2005 tentang
SISDIKNAS pasal 1 ayat 19, pasal 18 ayat 1-4, pasal 32 ayat 1-3, pasal 35 ayat
2, pasal 36 ayat 1-4, pasal 37 auat 1-3 dan pasal 38 ayat 1-2. Lihat Mansur
Muchlis, Standar Nasional Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan ; pemahaman dan
pengembangan; pedoman bagi pengelola pendidikan dan pegawai sekolah, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2007) cet ke 2.
lbupi2009.Wordpress.Com/2011/12/31/Difusi-Dan-Diseminasi-Inovasi-Pendidikan
[24]
Rusman, Manajemen Kurikulum: Seri
Managemen Sekolah Bermutu, (Bandung: RajaGrafindo Persada, 2010), 12.
[25]
Standar mutu tersebut terdapat dalam undang-undang sistem pendidikan nasional
bab XIV diantaranya pasal 50 ayat 2 yang berbunyai “pemerintah menentukan
kebjakan nasional dan standar nasional pendidikan untuk menjamin mutu
pendidikan. Lihat Umaedi Dkk, Manajemen Berbasis Sekolah, (Jakarta:
Universitas Terbuka, 2011), 2.26