AYAT DAN HADITH TENTANG SUBJEK
DAN OBJEK
PENDIDIKAN ISLAM
1. Ayat
tentang keistimewaan ilmu dalam al-Qur’an Surat Al-Imran ayat 7
uqèd üÏ%©!$# tAtRr& y7øn=tã |=»tGÅ3ø9$# çm÷ZÏB ×M»t#uä ìM»yJs3øtC £`èd Pé& É=»tGÅ3ø9$# ãyzé&ur ×M»ygÎ7»t±tFãB ( $¨Br'sù tûïÏ%©!$# Îû óOÎgÎ/qè=è% Ô÷÷y tbqãèÎ6®Kusù $tB tmt7»t±s? çm÷ZÏB uä!$tóÏGö/$# ÏpuZ÷GÏÿø9$# uä!$tóÏGö/$#ur ¾Ï&Î#Írù's? 3 $tBur ãNn=÷èt ÿ¼ã&s#Írù's? wÎ) ª!$# 3 tbqãź§9$#ur Îû ÉOù=Ïèø9$# tbqä9qà)t $¨ZtB#uä ¾ÏmÎ/ @@ä. ô`ÏiB ÏZÏã $uZÎn/u 3 $tBur ã©.¤t HwÎ) (#qä9'ré& É=»t6ø9F{$#
Dia-lah yang menurunkan Al kitab (Al
Quran) kepada kamu. di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, Itulah
pokok-pokok isi Al qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun
orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, Maka mereka mengikuti
sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah
untuk mencari-cari ta'wilnya, Padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya
melainkan Allah. dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami
beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan
kami." dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan
orang-orang yang berakal.
Kandungan dan pesan yang tertuang dalam ayat di
atas menegaskan tentang keutamaan ilmu serta keaagungan dan kesempurnaan
pengaturan-Nya, tiada lain bahwa Allah-lah yang menurunkan kitab al-Qur’an yang
agung, yang tidak ditemukan tandingan, terutama dalam kandungannya yang memuat
petunjuk, keindahan bahasa, kemukjizatan dan kebaikannya bagi seluruh makhluk.
Dan bahwasanya kitab ini mencakup yang muhkam[1] yang
jelas sekali artinya, yang terang yang tidak serupa dengan lainnya, dan juga
mencakup ayat-ayat mutasyabihat[2] yang
mengandung beberapa arti yang tidak ada satupun dari arti-arti itu yang lebih
kuat hanya dengan ayat tersebut hingga disatukan dengan ayat yang muhkam.
Tidak dimungkiri orang-orang yang dalam hatinya
ada penyakit, penyimpangan dan penyelewengan karena niat mereka yang buruk
akhirnya mereka mengikuti ayat-ayat yang mutasyabih tersebut,
mereka mengambilnya sebagai dalil demi memperkuat tulisan-tulisan mereka yang
batil dan pemikiran-pemikiran mereka yang palsu, hanya untuk mengobarkan fitnah
dan penyimpangan terhadap kitabullah, serta menjadikannya sebagai tafsiran
untuknya sesuai dengan jalan dan madzhab mereka yang akhirnya mereka itu
tersesat dan menyesatkan.
Adapun orang-orang yang berilmu lagi mendalam
ilmunya yang ilmu dan keyakinan telah mencapai hati mereka, lalu membuahkan
bagi mereka perbuatan dan pengetahuan maka mereka ini mengetahui bahwa
al-Qur'an itu semuanya dari sisi Allah, dan bahwa semua yang ada di dalamnya
adalah haq, baik yang mutasyabih maupun yang muhkam, dan
bahwasanya yang haq itu tidak akan saling bertentangan dan
saling berbeda. Dan karena ilmu mereka bahwa ayat-ayat yang muhkam mengandung
makna yang tegas dan jelas, dan kepadanya mereka mengembalikan ayat-ayat mustasyabih yang
sering menimbulkan kebingungan bagi orang-orang yang kurang ilmu dan
pengetahuannya.
Dan
seorang hamba bila berpaling dari Rabbnya dan mencintai musuh-Nya, ia
mengetahui kebenaran namun ia berpaling darinya dan mengetahui kebatilan namun
memilihnya, maka Allah palingkan ia kepada sesuatu yang ia berpaling kepadanya,
dan Ia condongkan hatinya sebagai suatu hukuman baginya atas kecondongannya
tersebut, dan tidaklah Allah menganiaya dirinya akan tetapi ia telah menganiaya
dirinya sendiri, maka janganlah ia mencela kecuali diri-nya sendiri yang
memerintahkan kepada keburukan, wallahu
a'lam.
2. Anjuran
Berbuat Kebaikan bagi Pendidik
a. (Al-Muzammil:
20)
* ¨bÎ) y7/u ÞOn=÷èt y7¯Rr& ãPqà)s? 4oT÷r& `ÏB ÄÓs\è=èO È@ø©9$# ¼çmxÿóÁÏRur ¼çmsWè=èOur ×pxÿͬ!$sÛur z`ÏiB tûïÏ%©!$# y7yètB 4 ª!$#ur âÏds)ã @ø©9$# u$pk¨]9$#ur 4 zOÎ=tæ br& `©9 çnqÝÁøtéB z>$tGsù ö/ä3øn=tæ ( (#râätø%$$sù $tB u£us? z`ÏB Èb#uäöà)ø9$# 4 zNÎ=tæ br& ãbqä3uy Oä3ZÏB 4ÓyÌó£D tbrãyz#uäur tbqç/ÎôØt Îû ÇÚöF{$# tbqäótGö6t `ÏB È@ôÒsù «!$# tbrãyz#uäur tbqè=ÏG»s)ã Îû È@Î6y «!$# ( (#râätø%$$sù $tB u£us? çm÷ZÏB 4 (#qãKÏ%r&ur no4qn=¢Á9$# (#qè?#uäur no4qx.¨9$# (#qàÊÌø%r&ur ©!$# $·Êös% $YZ|¡ym 4 $tBur (#qãBÏds)è? /ä3Å¡àÿRL{ ô`ÏiB 9öyz çnrßÅgrB yZÏã «!$# uqèd #Zöyz zNsàôãr&ur #\ô_r& 4 (#rãÏÿøótGó$#ur ©!$# ( ¨bÎ) ©!$# Öqàÿxî 7LìÏm§ ÇËÉÈ
Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri
(sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau
sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu.
dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu
sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, Maka Dia
memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al
Quran. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan
orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan
orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, Maka bacalah apa yang
mudah (bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan
berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. dan kebaikan apa saja yang
kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah
sebagai Balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. dan mohonlah
ampunan kepada Allah; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Surat tersebut di atas
bernama al-Muzammil, yang berarti orang yang berselimut. (Sesungguhnya Rabbmu mengetahui bahwasanya kamu
berdiri, salat, kurang) kurang sedikit (dari dua pertiga malam, atau seperdua
malam, atau sepertiganya) jika dibaca nishfihi dan tsulutsihi berarti
diathafkan kepada lafal tsulutsay; dan jika dibaca nishfahu dan tsulutsahu
berarti diathafkan kepada lafal adnaa. Pengertian berdiri atau melakukan salat
sunat di malam hari di sini pengertiannya sama dengan apa yang terdapat di awal
surah ini, yakni sesuai dengan apa yang telah diperintahkan Allah kepadanya
(dan segolongan dari orang-orang yang bersama kamu) lafal ayat ini diathafkan
kepada dhamir yang terkandung di dalam lafal taquumu, demikian pula sebagian
orang-orang yang bersamamu. Pengathafan ini diperbolehkan sekalipun tanpa
mengulangi huruf taukidnya, demikian itu karena mengingat adanya fashl atau
pemisah. Makna ayat secara lengkap, dan segolongan orang-orang yang bersama kamu
yang telah melakukan hal yang sama. Mereka melakukan demikian mengikuti jejak
Nabi saw. sehingga disebutkan, bahwa ada di antara mereka orang-orang yang
tidak menyadari berapa rakaat salat malam yang telah mereka kerjakan, dan waktu
malam tinggal sebentar lagi.
Sesungguhnya
Nabi saw. selalu melakukan salat sunah sepanjang malam, karena demi
melaksanakan perintah Allah secara hati-hati. Para sahabat mengikuti jejaknya
selama satu tahun, atau lebih dari satu tahun, sehingga disebutkan bahwa
telapak-telapak kaki mereka bengkak-bengkak karena terlalu banyak salat.
Akhirnya Allah swt. memberikan keringanan kepada mereka. (Dan Allah menetapkan)
menghitung (ukuran malam dan siang. Dia mengetahui bahwa) huruf an adalah
bentuk takhfif dari anna sedangkan isimnya tidak disebutkan, asalnya ialah
annahu (kalian sekali-kali tidak dapat menentukan batas waktu-waktu itu) yaitu
waktu malam hari. Kalian tidak dapat melakukan salat malam sesuai dengan apa
yang diwajibkan atas kalian melainkan kalian harus melakukannya sepanjang
malam. Dan yang demikian itu memberatkan kalian (maka Dia mengampuni kalian)
artinya, Dia mencabut kembali perintah-Nya dan memberikan keringanan kepada
kalian (karena itu bacalah apa yang mudah dari Alquran) dalam salat kalian (Dia
mengetahui, bahwa) akan ada di antara kalian orang-orang yang sakit dan
orang-orang yang berjalan di muka bumi atau melakukan perjalanan (mencari
sebagian karunia Allah) dalam rangka mencari rezeki-Nya melalui berniaga dan
lain-lainnya (dan orang-orang yang lain lagi, mereka berperang di jalan Allah)
ketiga golongan orang-orang tersebut, amat berat bagi mereka hal-hal yang telah
disebutkan tadi menyangkut salat malam.
Akhirnya
Allah memberikan keringanan kepada mereka, yaitu mereka diperbolehkan melakukan
salat malam sebatas kemampuan masing-masing. Kemudian ayat ini dinasakh oleh
ayat yang mewajibkan salat lima waktu (maka bacalah apa yang mudah dari
Alquran) sebagaimana yang telah disebutkan di atas (dan dirikanlah salat) fardu
(tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah) seumpamanya kalian
membelanjakan sebagian harta kalian yang bukan zakat kepada jalan kebajikan
(pinjaman yang baik) yang ditunaikan dengan hati yang tulus ikhlas. (Dan
kebaikan apa saja yang kalian perbuat untuk diri kalian, niscaya kalian akan memperoleh
balasannya di sisi Allah sebagai balasan yang jauh lebih baik) dari apa yang
telah kalian berikan. Lafal huwa adalah dhamir fashal. Lafal maa sekalipun
bukan termasuk isim makrifat akan tetapi diserupakan dengan isim makrifat
karena tidak menerima takrif (dan yang paling besar pahalanya. Mohonlah ampun
kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang) kepada
orang-orang mukmin.
b. (An-Nahl:
43)
!$tBur $uZù=yör& ÆÏB y7Î=ö6s% wÎ) Zw%y`Í ûÓÇrqR öNÍkös9Î) 4 (#þqè=t«ó¡sù @÷dr& Ìø.Ïe%!$# bÎ) óOçGYä. w tbqçHs>÷ès? ÇÍÌÈ
Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami
beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai
pengetahuan[3]
jika kamu tidak mengetahui.
Kata kunci dalam ayat tersebut bisa dikatakan terletak pada kata (أَهْل الذِّكْرِ). Hal ini difahami bahwa para pemuka agama terdahulu telah
menerima kitab-kitab dan ajaran Nabi-nabi terdahulu. seandainya mereka
orang-orang jujur, niscaya mereka akan menyampaikan hal kebenaran kepada umat
manusia. Mereka adalah orang-orang yang dapat memberi informasi tentang
kemanusiaan para rasul yang diutus Allah. Mereka wajar ditanyai karena mereka
tidak dapat dituduh berpihak pada informasi Alquran sebab mereka juga termasuk
yang tidak mempercayainya, kendati demikian persoalan kemanusiaan
para rasul, mereka akui.
Ahl-dzikr ditafsirkan dengan orang yang mempunyai ilmu
pengetahuan tentang nabi dan kitab-kitab. Penulis tidak membatasi kepada
pengetahuan tentang nabi-nabi dan kitab, melainkan meliputi detail-detail Al-Quran
dan Islam secara keseluruhannya. Orang yang memiliki pengetahuan tersebut
adalah Rasulullah dan para ulama dari berbagai kurun. Penafsiran ini tampaknya
relevan dengan tafsir al-dzikr pada ayat berikutnya, bahwa
yang dimaksudkannya adalah Al-Quran itu sendiri. Itu pula sebabnya, Alquran
dinamai Al-Dzikr.
Walaupun panggalan ayat ini turun dalam konteks tertentu, yakni
objek pertanyaan, serta siapa yang ditanya tertentu pula, namun karena
redaksinya yang bersifat umum, maka ia dapat difahami pula sebagai perintah
bertanya apa saja yang tidak diketahui atau diragukan kebenarannya kepada siapa
pun yang tahu dan tidak tertuduh objektivitasnya.
Pengertian yang lain tentang فاسألوا
أهل الذكر“Bertanyalah kalian kepada ahli Alquran”secara eksplisit
menjelaskan bahwa yang menjadi subyek pendidikan bukan hanya pendidik atau
guru, melainkan juga anak didik. Karena itu ayat ini dapat menjadi dasar bagi
pengembangan teori belajar siswa aktif dan metode tanya jawab dalam proses
belajar mengajar. Pada saat guru tengah memberikan bimbingan dan pendidikan
kepada siswa, posisi siswa adalah obyek, tetapi pada saat yang sama, ia juga
berperan sebagai subyek. Sebab, tugas guru tidak hanya menyampaikan bahan-bahan
ajar kepada siswa, tetapi ia juga bertanggung jawab untuk sedapat mungkin membangkitkan
minat dan motivasi belajar siswa agar mereka dapat melakukan pembelajaran
sendiri.
c. (Ar-Rahman:
2-4)
zN¯=tæ tb#uäöà)ø9$# ÇËÈ Yn=y{ z`»|¡SM}$# ÇÌÈ çmyJ¯=tã tb$ut6ø9$# ÇÍÈ
Yang telah mengajarkan Al-Quran, Dia menciptakan manusia, mengajarnya pandai
berbicara.
Pada
surat di atas ini Allah menegaskan bahwa Dia telah mengajar Muhammad tentang Al-Quran
dan Muhammad telah mengajarkan kepada
umatnya. Ayat ini turun sebagai bantahan bagi penduduk Makkah yang mengatakan
“Sesungguhnya Al-Quran itu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya
(Muhammad)”. Ayat ini juga mengungkapan beberapa
nikmat Allah atas hamba-Nya, maka surat ini dimulai dengan menyebut nikmat yang
paling besar faedahnya dan paling banyak manfaatnya bagi hamba-Nya, yaitu
nikmat mengajarkan Al-Quran.
Maka
manusia dengan mengikuti kandungan Al-Quran akan berbahagialah di dunia dan di
akhirat dengan berpegang teguh pada petunjuk-Nya niscaya akan tercapailah
tujuan di kedua tempat tersebut. Al-Quran adalah induk kitab-kitab samawi yang
diturunkan kepada sebaik-baik makhluk Allah yang berada di muka bumi.
Dalam
ayat ini pula Allah menyebutkan nikmat kejadian manusia yang menjadi dasar
semua persoalan dan pokok segala sesuatu. Sesudah Allah menyatakan nikmat
mengajar Al-Quran pada ayat sebelumnya, maka pada ayat ini Allah menciptakan
jenis makhluk-Nya ini dan diajarkan-Nya pandai membicarakan tentang apa yang
tergores dalam jiwanya dan apa yang terpikir oleh otaknya, kalaulah tidak
mungkin tentu Muhammad tidak akan mengajarkan Al-Quran kepada umatnya.
Manusia
adalah makhluk yang berbudaya, tidak dapat hidup kecuali dengan berjamaah, maka
haruslah ada alat komunikasi yang dapat menghubungkan antara dia dengan
saudaranya yang menulis kepadanya dari penjuru dunia yang jauh dan dari
benua-benua serta dapat memelihara ilmu-ilmu terdahulu untuk dimanfaatkan oleh
orang-orang kemudian dan menambah kekurangan-kekurangan yang terdapat dari
orang-orang terdahulu.
Ini
adalah suatu anugerah rohaniah yang sangat tinggi nilainya dan tidak ada
bandingannya dalam hidup, dari itu nikmat ini didahulukan sebutannya dari nikmat-nikmat
yang lain. Pertama dimulai dengan sesuatu yang harus dipelajari, yaitu Al-Quran
yang menjamin kebahagiaan, lalu diikuti dengan belajar kemudian ketiga cara dan
metode belajar, dan seteusrnya berpindah kepada membacakan benda-benda angkasa
yang diambi manfaat darinya.
3. Anjuran
menuntut ilmu bagi peserta didik dalam kandungan Al-Qur’an surat Al-alaq: 1-5
ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ ù&tø%$# y7/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷èt ÇÎ
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang
mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[4],
Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Kandungan surat tersebut terdapat peringatan tentang awal mula
penciptaan manusia yakni dari segumpal darah. Di antara kemurahan Allah ta’ala
adalah mengajarkan kepada manusia tentang hal yang tidak mereka ketahui. Lalu
Allah mengangkat derajatnya dan memuliakannya dengan ilmu. Ilmu inilah ukuran yang
membedakan antara bapak manusia Adam dengan para malaikat.
Ilmu
terkadang terdapat di dalam akal pikiran, terkadang di lisan, terkadang di
tulisan tangan. Akal, lisan, dan tulisan. Tulisan selalu berkaitan dengan dua
hal lainnya, tidak sebaliknya.
Dalam
kaitan metode pendidikan Islam yang mempunyai peran penting dalam pendidikan
Islam pada hakekatnya metode adalah suatu penerapan yang dilakukan oleh
pendidik. Pada prinsipnya tidak ada metode yang paling ideal untuk semua tujuan
pendidikan,semua ilmu dan mata pelajaran, semua pertumbuhan, semua tahap
kematangan, semua pendidik, dan semua keadaan, yang meliputi proses pendidikan.
Oleh
karena itu tidak bisa dihindarkan pendidik hendaknya mengkombinasikan lebih
dari satu metode pendidikan dalam prakteknya di lapangan. Untuk itu sangat
penting menerapkan metode yang relevan dengan semua situasi sehingga tujuan
dapat tercapai dengan maksimal.
B. Hadist Tentang Subjek dan Objek
Pendidikan Islam
1.
Hadits tentang
objek pendidikan
أَنَّ
أَبَا هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ
فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ (وَيُنَصِّرَانِهِ) أَوْ
يُمَجِّسَانِهِ كَمَا تُنْتَجُ الْبَهِيمَةُ بَهِيمَةً (بَهِيمَةً جَمْعَاءَ) هَلْ
تُحِسُّونَ فِيهَا مِنْ جَدْعَاءَ ثُمَّ يَقُولُ أَبُو هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ
[فِطْرَةَ اللهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللهِ
ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ] (رواه بخار و مسلم))
“Abu
Hurairah berkata: Nabi saw. bersabda: Tiada bayi yang dilahirkan melainkan
lahir diatas fitrah, maka ayah bundanya yang mendidiknya menjadi Yahudi, Nasrani
atau Majusi, sebagai lahirnya binatang yang lahirnya lengkap sempurna. Apakah
ada binatang yang lahir terputus telinganya? Kemudian Abu Hurairah r.a. membaca
: Fitratallahi allati fatharan naasaalaiha,laa tabdila likhalqillahi (Fitrah
yang diciptakan Allah pada semua manusia,tiada perubahan terhadap apa yang
diciptakan oleh Allah. Itulah agama yang lurus”. (Bukhari, Muslim) [Al-lu’lu wal Marjan : 1.702]
Kandungan hadits di atas
menegaskan bahwa setiap anak telah memiliki fitrah sejak ia dilahirkan atau suatu
potensi yang telah ada di dalam dirinya, orang tuanyalah yang memiliki tanggung
tawab untuk mendidik dan menjadikan anaknya seperti apa tergantung kepada kedua
orang tuanya. Potensi anak itu sangat bersih bagaikan suatu kertas putih yang
belum tercorat-coret oleh tinta. Sebagaimana yang dikatakan Imam Ghazali dalam
kitabnya, Ihya ‘Ulumuddin, mengibaratkan anak sebagai permata
indah (Jauhar) yang belum diukir, dibentuk dengan ke dalam suatu rupa.
Permata itu merupakan amanat Allah yang dititipkan kepada para orangtua. Karena
itu, menurut Al-Ghazali, orangtua harus memperhatikan fase-fase perkembangan
anaknya dan memberikan pendidikan yang memadai sesuai dengan fase yang ada agar
permata yang diamanatkan kepadanya dapat dibentuk rupa yang indah.
Apalagi untuk zaman sekarang orang tua sangat berperan penting
dalam mendidik anaknya, sebelum anaknya itu dimasukan ke sekolah atau anak itu
melihat dunia luar yang sangat bebas. Karena dasar tempat pendidikan utama
adalah rumah dan pendidiknya adalah semua orang-orang yang ada dalam rumah anak
tersebut terutama orang tua (Ibu Bapaknya).
2.
Hadits Tentang
Pendidik dan Tanggung Jawab Pendidik
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ
أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَمْنَعْ جَارٌ
جَارَهُ أَنْ يَغْرِزَ خَشَبَهُ (خَشَبَةً) فِي جِدَارِهِ ثُمَّ يَقُولُ أَبُو
هُرَيْرَةَ مَا لِي أَرَاكُمْ عَنْهَا مُعْرِضِينَ وَاللهِ لَأَرْمِيَنَّ بِهَا
بَيْنَ أَكْتَافِكُمْ ( متفق
عليه )
“Abu
Hurairah r.a berkata: “Rasulullah SAW. bersabda: “Janganlah menolak seorang
tetangga pada tetangganya yang akan menancapkan kayu di temboknya, Kemudian Abu
Hurairah berkata: “Mengapakah kamu mengabaikan keterangan ini, demi allah saya
akan memikulkan tanggung jawab atas ajaran Nabi ini di atas bahumu”. (HR. Bukhari-Muslim)
Dalam hadits ini menurut pendapat pribadi penulis, menegaskan
tentang tanggung jawab pendidik. Sebagiamana ajaran Nabi saw kepada umatnya, dengan
harapan kita jangan mengabaikan tanggung jawab yang telah diembankan kepada
kita, salah satunya tanggung jawab seorang pendidik kepada peserta didiknya. Apabila tanggung jawab itu bisa
dilaksanakan dan dipertanggung jawabkan, Insya Allah ajaran Nabi itu telah
terlaksanakan dengan baik.
3.
Hadits tentang
sikap yang harus dimiliki seorang pendidik
عَنْ عَبْدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى
الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ
حَتَّى يَكُونَ صِدِّيقًا وَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ
الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ حَتَّى يُكْتَبَ
(حَتَّى يَكُونَ) عِنْدَ اللهِ كَذَّابًا ( متفق
عليه )
Dari
Ibnu Mas’ud r.a Nabi saw, beliau bersabda : “Sesungguhnya kejujuran akan
membimbing pada kebaikan, dan kebaikan itu akan membimbing ke Surga,
sesungguhnya jika seseorang yang senantiasa berlaku jujur hingga ia akan
dicatat sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya kedustaan itu akan
mengantarkan pada kejahatan, dan sesungguhnya kejahatan itu akan mengiring ke
Neraka. Dan sesungguhnya jika seseorang yang selalu berdusta sehingga akan
dicatat baginya sebagai seorang pendusta”. ( HR. Mutafaq ‘alaih )
Sikap dan Perilaku jujur merupakan hal
yang menjadi keharusan untuk dimiliki bagi seorang pendidik, terutama sikap kejujuran
sebab hal tersebut akan membawa pendidik pada kebaikan. Allah Swt sangat menyukai orang-orang yang berlaku
jujur, dan akan dijanjtikan ditempatkan di surge-Nya. Sebaliknya, orang-orang
yang suka berdusta atau berbohong sangat dibenci Allah dan akan ditempatkannya
di Neraka. Seorang pendidikan dan anak harus memiliki sikap-sikap tersebut.
Adapun sikap solidaritas bias diterapkan oleh pendidiak kepada
anak didik sejak kecil dengan saling membantu lingkungan terdekat yang
membutuhkan. Selain dari factor pendidik, hal yang tidak kalah penting lainnya
yakni perhatian dari lingkungan terdekatnya, tidak lain ialah orang tua. Demikian
dengan praktik pendidikan harus memperhatikan metode pembelajaran yang
digunakan. Sebab hal itu merupakan bagian atau unsur untuk menciptakan suasana
pendidikan yang kondusif dan menyenangkan bagi peserta didik.
[1] Ayat yang muhkamaat ialah
ayat-ayat yang terang dan tegas maksudnya, dapat dipahami dengan mudah.
[2] Termasuk dalam pengertian
ayat-ayat mutasyaabihaat: ayat-ayat yang mengandung beberapa pengertian
dan tidak dapat ditentukan arti mana yang dimaksud kecuali sesudah diselidiki
secara mendalam; atau ayat-ayat yang pengertiannya hanya Allah yang mengetahui
seperti ayat-ayat yang berhubungan dengan yang ghaib-ghaib misalnya ayat-ayat
yang mengenai hari kiamat, surga, neraka dan lain-lain.