Pendidikan Akselerasi / Accelerated Learning

PENDAHULUAN

Stratafikasi teknis dalam hal penguasaan Sains dan Teknologi merupakan indicator adanya kompetensi gobal, semakin tinggi nilai teknologi dan sains semakin tinggi pula kemajuan dan konsep pemenuhan kebutuhan tercapai pemenuhan kebutuhan manusia bisa dilakukan secara lebih cepat dan lebih mudah disamping penciptaan berbagai kemudahan dalam seluruh bidang, termasuk pendidikan.[1]
Perkembangan pendidikan yang masuk dalam Wilayah IPTEK menurut Abdul A’la sebagai pendesabuanaan (global village) ini terus merambah masuk ke ruang public hingga ranah yang sangat privat dengan segala implikasinya. Permasalah menjadi tambah rumit ketika globalitas yang didukung teknologi inforrmasi dalam frame neoliberalisme kapiltalistik yang melahirkan liberalisasi informasi. Sehingga masyarakat, pendidik, peserta pendidik menjadi bulan-bulanan atau boneka yang diatur dan digiring sesuai kehendak kelompok yang menguasai informasi. Terkait dengan perkembangan saat ini perlu didiskusikan dan dicari solusi sistematis dan holistic serta fenomenal secara kuat.[2]
Dalam perkembangannya pendidikan menjadi aspek utama terhadap perkembangan masyarakat, program akselerasi yang sedang kita alami saat ini merupakan proses transformasi ilmu dan sosial yang kompleks dan cukup signifikan bahkan tidak diprediksi sebelumnya.[3] Pertanyaannya adalah, bagaimana konsep pendidikan akselerasi ? kemudian Sejauh mana program akselerasi berperan terhadap pendidikan ? Semoga makalah ini sedikit banyak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.


PEMBAHASAN

B.     Sejarah singkat social pendidikan akselerasi 
Pada tahun 70-an Lynn Schroeder dan Sheila Ostrander menerbitkan sebuah buku berjudul Super Learning yang mengemukakan karya psikiater Bulgaria George Lozanov. Dalam buku tersebut Lozanov berpendapat bahwa dengan menenangkan pasien dengan psikiatri dengan musik barok dan memberi mereka sugesti positif mengenai kesembuhan mereka banyak pasien tersebut mengalami kemajuan besar. Dia merasa menemukan cara untuk melangkah masuk ke dalam sesuatu jauh di lubuk jiwa yang lebih dalam daripada kesadaran rasional (dia menyebut ini cara pikiran yang tersembunyi). Lozanov merasa bahwa metode ini juga dapat diterapkan pada pendidikan. Dengan bantuan pemerintah Bulgaria, dia mulai melakukan penelitian mengenai pengaruh musik dan sugesti positif pada pembelajaran dengan menggunakan bahasa asing sebagai bahasa subyek. Dia mendapati bahwa kombinasi musik, sugesti dan permainan kanak-kanak memungkinkan pelajar untuk belajar jauh lebih cepat dan efektif.
Pada tahun 70-an Don Schuster dari Lowa State University, dan pendidik Ray Bordon dan Charles Gritton mulai menerapkan metode tersebut dalam pembelajaran di SMU dan universitas dengan hasil positif. Pada tahun 1975, mereka bersama tokoh-tokoh lain mendirikan SALT (The Society For Accelerative Learning And Teaching) setelah berdiri selama 25 tahun namanya diganti dengan IAL (The International Alliance For Learning) yang menseponsori konferensi-konferensi tahunan di Amerika Serikat yang menarik minat para profesor perguruan tinggi, pendidik sekolah umum dan pelatih perusahaan dari seluruh dunia. Inggris mempunyai satu kelompok serupa bernama SEAL (Society For Effective Affective Learning), dan para praktisi di Jerman telah membentuk DSGL (The Germany Society For Suggestopedic And Learning).[4]

C.    Latar belakang program Akselerasi
Pendidikan mempunyai peran yang amat menentukan, tidak hanya bagi perkembangan dan perwujudan diri individu tetapi juga bagi pembangunan suatu bangsa dan negara. Kemajuan suatu kebudayaan tergantung dari bagaimana kebudayaan tersebut mengenali, menghargai, dan memanfaatkan sumber daya manusianya. Hal ini berkaitan erat dengan kualitas pendidikan yang diberikan kepada anggota-anggota masyarakatnya.[5]
Agar sasaran peningkatan kualitas sumber daya manusia berhasil guna dan berdaya guna, diperlukan pendekatan layanan pendidikan yang mempertimbangkan bakat, minat, kemampuan dan kecerdasan peserta didik.[6]  Karena menurut George F. Kneller, education is the of self realization in which the self realized and develops all its potentialities. Pendidikan adalah proses realisasi diri dimana seorang individu merealisasikan dan mengembangkan semua potensinya. [7]
Di masa lalu, ketika perkembangan psikologi belum secanggih sekarang, kegagalan dalam pelajaran sekolah sering langsung dikaitkan dengan keterbelakangan mental, yang pada masa itu pada umumnya dianggap sebagai faktor genetik yang sulit untuk ditebak lagi. Tidak mengherankan jika dahulu masyarakat hanya mengenal sekolah luar biasa (SLB) sebagai tempat belajar khusus untuk anakanak penyandang keterbelakangan mental. Akan tetapi, dengan kemajuan yang sangat pesat dalam teori, metode pengukuran, ataupun praktek psikologi, sekarang sudah dapat dibedakan antara keterbelakangan mental dan sindroma lain seperti autisma, fobia sekolah atau berbagai gangguan emosi lainnya, bahkan anak yang bermasalah di sekolah, justru anak-anak berbakat yang jenius. Karena itulah, para ilmuwan psikologi, khususnya dari bidang psikologi perkembangan dan psikologi pendidikan, terdorong untuk terus mengembangkan penelitian dan menemukan metode-metode baru untuk mendiagnosa dan merencanakan program pendidikan untuk anak-anak berbakat. [8]

Sudah lama pemerintah Republik Indonesia memberi perhatian kepada siswa-siswa berbakat dan berprestasi tinggi. Hal ini menjadi nyata antara lain dari Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 0267/U/1974 tentang pemberian beasiswa dalam rangka program pembinaan bakat dan prestasi, yang memutuskan bahwa:
“Pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, memberikan beasiswa kepada siswa dan mahasiswa yang berbakat istimewa dan berprestasi tinggi, tetapi karena kelemahan ekonominya dikhawatirkan tidak dapat melanjutkan dan menyelesaikan pelajarannya”.[9]

Hal diatas menekankan terhadap pemerataan kesempatan belajar yang merupakan penerapan dari asas demokrasi dan bertitik kepada semua warga negara Indonesia, baik normal, maupun berkelainan. Memberi kesempatan yang sama pada hakekatnya berarti mengusahakan suatu lingkungan dimana semua anak mendapat kesempatan yang sama untuk mewujudkan potensi mereka secara optimal. Ini berarti pendidikan harus disesuaikan dengan bakat dan kemampuan anak didik. Implikasinya ialah bahwa bagi mereka yang memiliki bakat-bakat yang luar biasa diperlukan pelayanan pendidikan khusus. Tanpa pendidikan khusus yang terprogram dan terarah, tidak mungkin seorang anak dengan sendirinya akan dapat mengembangkan bakat-bakat intelektualnya secara tepat dan positif sehingga akan berakibat merugikan anak. Jadi tidak benar bahwa anak berbakat akan dapat mencapai potensi tinggi dengan sendirinya dan tidak memerlukan perhatian dan pelayaran pendidikan khusus.[10]
Banyak penelitian yang membuktikan bahwa lebih dari separuh diantara anak-anak berbakat, berprestasi jauh dibawah kemampuan mereka. Sehingga perlu diusahakan mempengaruhi perkembangan anak untuk mengaktualisasikan seluruh potensi yang dimiliki agar berfungsi secara optimal, melalui pendidikan khusus yang meliputi selain segi kecerdasan juga segi-segi mental pribadi, sosial, emosi, moral, fisik dan sebagainya. Dengan demikian mereka akan tumbuh menjadi orang berpotensi yang bermoral, berjiwa sosial, serta rela mendermakan hasil ciptaannya untuk kepentingan bangsa dan negaranya.[11]

 Pada tahun ajaran 1998/1999, model layanan pendidikan berupa akselerasi mulai dirintis oleh beberapa sekolah swasta. Baru setelah hasil rintisan uji coba sekolah ini terlibat menggembirakan karena lulusan angkatan I mampu bersaing dalam UMPTN. Sebanyak 85% alumni akseleran angkatan I tersebut dapat meneruskan pendidikan ke berbagai perguruan tinggi negeri terkemuka di Indonesia. [12] Sehingga mulai tahun ajaran 2000/2001, pemerintah memutuskan program akselerasi atau kemudian lebih dikenal dengan sebutan program percepatan belajar dicanangkan sebagai program nasional. [13]
Belajar akselerasi tidak lepas dengan adanya percepatan waktu dalam pemenuhan semua materi, sehingga penyajian yang sesuai dengan kemampuan peserta didik  akan efisiensi pula terhadap waktu dan biaya terakseler juga. [14] ada lima konsep yang diterapkan dalam akselerasi yakni :
  1. Totalitas tubuh/Pikiran dengan segala emosi, indra, dan sarafnya.
  2. Aktif
  3. Kerja sama
  4. Aktivitas
  5. Efisiensi waktu[15]
D.     Pendekatan dalam accelerated learning
Pendekatan accelerated learning adalah lakukan apa yang mendatangkan hasil dan teruslah mencari apa yang mendatangkan hasil lebih baik. Pendekatan ini tidak terikat pada suatu teknik, metode atau media tertentu baik yang lama maupun yang baru, kita dapat memanfaatkan salah satu atau semuanya secara kombinasi, bergantung pada kemampuan mereka memberikan hasil yang luar biasa. Salah satu alasan mengapa anak-anak tidak dapat belajar dengan begitu baik adalah bahwa mereka belum mengembangkan prakonsepsi bagaimana mereka seharusnya belajar. Mereka juga belum mengembangkan anggapan bahwa bermain dan belajar adalah kegiatan yang masing-masing tidak dapat berdiri sendiri. Bermain adalah bagian penting dari pengalaman belajar. Ketika kita senang dan menikmati belajar, kita akan belajar lebih baik.

Ada beberapa cara untuk menjadikan belajar itu menyenangkan dan berhasil, yaitu dengan cara :
1.      Menciptakan lingkungan tanpa stres (rileks)
2.      Menjamin bahwa subyek pelajaran adalah relevan. Anda ingin belajar ketika anda melihat manfaat dan pentingnya subyek pelajaran itu.
3.      Menjamin bahwa belajar secara emosional adalah positif, pada umumnya ketika belajar dilakukan bersama orang lain, ketika ada humor dan dorongan semangat, waktu jeda teratur dan dukungan antusias.
4.      Melibatkan secara sadar semua indera dan juga pikiran otak kanan dan otak kiri.
5.      Menantang otak anda untuk dapat berfikir jauh kedepan dan mengeksplorasi apa yang sedang dipelajari dengan sebanyak mungkin kecerdasan yang relevan untuk memahami subyek pelajaran.
6.      Dan mengondisikan bahan yang sudah dipelajari, dengan meninjau ulang dalam periode-periode waspada yang relaks. Semua langkah tersebut dimaksudkan dalam program CBS yang “struktur” metodenya dibagi menjadi enam langkah dasar, yang oleh Jayne Nicholl, penulis Open Sesame disingkat dengan kata MASTER, yaitu :
a)      Motivating Your Mind
Anda harus berada dalam keadaan pikiran yang “kaya akal”. Itu berarti anda harus relaks, percaya diri dan termotivasi. Jika anda stres atau kurang percaya diri atau tidak melihat manfaat dari yang anda pelajari, anda tidak dapat belajar dengan baik.
b)      Acquiring The Information (memperoleh informasi)
Anda perlu mengambil dan mengecap fakta-fakta dalam subyek pelajaran yang anda pelajari melalui cara yang sesuai dengan pembelajaran indrawi yang anda sukai.
c)      Searching Out Meaning (menyelidiki makna)
Agar informasi yang diperoleh dapat tertanam dan melekat pada memori, maka penting untuk menyelidiki implikasi dan signifikansi makna seutuhnya dengan secara seksama mengeksplorasi bahan subyek yang bersangkutan. Ada perbedaan besar antara mengetahui dan memahami benar-benar sesuatu. Mengubah fakta ke dalam makna adalah unsur pokok dalam proses belajar mengajar. Dan merubah fakta menjadi makna adalah golongan dimana kedelapan kecerdasan kita berperan aktif. Setiap jenis kecerdasan adalah sumber daya yang bisa anda terapkan ketiak anda mengeksplorasi dan menginterpretasikan fakta-fakta dari subyek pelajaran.
d)       Triggering The Memory (memicu memori)
Ada banyak sekali teknik pengingatan, seperti jenis strategi yang dipakai secara sangat efektif oleh para “ahli memori” professional yang mencengangkan khalayak pemirsa di seluruh dunia di layar televisi atau di atas panggung. Teknik-teknik tersebut meliputi pemakaian asosiasi, kategorisasi, mendongeng, akronim, kartu pengingat, peta konsep, musik dan peninjauan.
e)      Exhibizing What You Know (memamerkan apa yang anda ketahui)
Bagaimana anda menganugerahi bahwa anda telah paham apa yang dipelajari? Pertama-tama anda bisa menguji diri sendiri bahwa anda betul-betul mengetahui suatu subyek, mempunyai pengetahuan yang mendalam dan bukan hanya kulitnya saja. Alangkah baiknya jika anda mencoba berbagai informasi dengan seseorang atau beberapa orang mitra belajar. Coba siapkan dan latihkan suatu presentasi dari pikiran anda, kemudian ajarkanlah. Sangat mudah mengira telah memahami sesuatu tetapi ternyata mendapati bahwa anda tidak dapat menjelaskannya kepada orang lain. Jika anda bisa “mengajarkan”-nya kepada orang lain, berarti anda betul-betul menunjukkan bahwa anda juga memahaminya.
f)       Reflecting How You’ve Learned (merefleksikan bagaimana anda belajar)
Anda harus merefleksikan pengalaman belajar anda. Bukan hanya pada apa yang telah anda pelajari, melainkan bagaimana anda mempelajari.[16] Pendekatan yang digunakan dalam accelerated learning selain MASTER yang dikembangkan oleh Collin Rose dan kawan-kawannya juga ada pendekatan yang dikembangkan oleh Dave Meier yaitu pendekatan SAVI, yaitu belajar berdasarkan aktivitas, belajar dengan seluruh kepribadian. Belajar dengan aktivitas berarti bergerak aktif secara fisik ketika belajar, dengan memanfaatkan indera sebanyak mungkin, dan membuat seluruh tubuh / pikiran terlibat dalam proses belajar. Unsur-unsur dalam pendekatan SAVI yakni Somatis dan auditori[17] (Bacalah secara dramatis rangkumlah lalu ucapkan dengan lantang.[18]

E.     Teknik Akselerasi
  1. Teknik persiapan
·         Sugesti positif
·         Lingkungan fisik yang positif
·         Tujuan yang jelas dan bermakna
·         Manfaat bagi pembelajar
·         Sarana persiapan belajar sebelum pembelajaran dimulai
·         Lingkungan sosial yang positif
·         Keterlibatan penuh pembelajar [19]
  1. Teknik penyampaian
Tahap penyampaian dalam pembelajaran dimaksudkan untuk mempertemukan pembelajar dengan materi belajar yang mengawali proses belajar secara positif dan menarik, dan bukan hanya sesuatu yang dilakukan fasilitator, melainkan sesuatu yang secara aktif melibatkan pembelajar dalam menciptakan pengetahuan di setiap langkahnya.[20]
  1. Teknik pelatihan
Tahapan pelatihan merupakan intisari dari accelerated learning. Tanpa tahap penting ini tidak ada pembelajaran menurut Dave Meier. Tahap ini dalam siklus pembelajaran berpengaruh terhadap 70 % (atau lebih) pengalaman belajar secara keseluruhan. Dalam tahap inilah pembelajaran yang sebenarnya berlangsung.
  1. Teknik penampilan
Belajar adalah proses mengubah pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman, pemahaman menjadi kearifan dan kearifan menjadi tindakan. Nilai setiap program belajar terungkap hanya dalam tahap ini ketika pembelajaran diterapkan pada pekerjaan. Tujuan dari teknik penampilan ini adalah memastikan bahwa pembelajaran tetap melekat dan berhasil diterapkan. Setelah mengalami tiga tahap sebelumnya dalam proses pembelajaran, kita perlu memastikan bahwa orang melaksanakan pengetahuan dan ketrampilan baru mereka pada pekerjaan mereka dengan cara-cara yang dapat menciptakan nilai nyata bagi diri mereka sendiri, organisasi dan klien organisasi.[21]
F.     Program Akselerasi
Program akselerasi adalah pemberian pelayanan pendidikan bagi peserta didik yang mempunyai potensi kecerdasan dan / atau bakat istimewa untuk dapat menyelesaikan program regular dalam waktu yang lebih singkat dibanding teman-temannya yang tidak mengambil program tersebut. Artinya peserta didik kelompok ini dapat menyelesaikan pendidikan di SD / MI dalam jangka waktu 5 tahun, di SMP / MTs atau SMA / MA dalam jangka waktu 2 tahun. Pada aplikasi riilnya, pelaksanaan program akselerasi selalu dibarengkan dengan program eskalasi atau pengayaan / pemberian waktu belajar tambahan untuk memperluas dan memperdalam materi pelajaran. [22]
Ada 4 faktor yang melatarbelakangi program akselerasi yaitu :
  1. Peserta didik yang mengikuti program akselerasi merupakan peserta didik pilihan, dengan kemampuan intelegensi di atas rata-rata.
  2. Peserta didik tersebut harus mempunyai kondisi psikologi yang mendukung, pencapaian prestasi belajar yang tinggi, antara lain : mempunyai motivasi yang tinggi, tidak mengalami gangguan mental dan emosional serta serta mempunyai kemampuan berinteraksi atau beradaptasi sosial yang bagus.
  3. Guru pada program akselerasi harus mempunyai sikap positif yang membantu penyesuaian peserta didik terhadap pelaksanaan program akselerasi.
  4. Pelaksanaan program akselerasi harus didukung oleh sarana dan prasarana pendidikan yang memadai. [23]
Penyelenggaraan program akselerasi ini merupakan salah satu implementasi dari Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 5 ayat 4, yaitu  “bahwa warga Negara yang memiliki kercerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus”. Program akselerasi adalah program pelayanan pendidikan peserta didik yang memiliki potensi cerdas istimewa dan/atau berbakat istimewa (CI/BI). Dalam program akselerasi, penyelesaian pendidikan dapat ditempuh dengan jangka waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan program seperti biasanya. Artinya peserta didik kelompok ini dapat menyelesaikan pendidikan di SD/MI dalam jangka waktu 5 tahun dan di SMP/MTs atau SMA/MA dalam waktu 2 tahun.

Sebelum mengetahui pengertian program akselerasi, perlu diketahui makna dari accelerated learning yang merupakan prinsipprinsip dasar yang digunakan dalam pelaksanaan program akselerasi. “Accelerated learning adalah it’s total system for speeding and enhancing both the design process and the leaning processes. Based on the brain research, it has proven again and again learning effectiveness while saving time and money in the process”.21 [24]
Accelerated learning adalah sebuah sistem yang menyeluruh untuk mempercepat dan meningkatkan rancangan dan Proses belajar. Berdasarkan pada penemuan atau penelitian tentang otak, yang membuktikan dan meningkatkan kembali efektifitas belajar yang menghemat waktu dan biaya dalam proses belajar. Dalam sebuah artikel juga disebutkan bahwa : Accelerated learning is a general term for any technique or method which enables learning and in the same time accelerates the process of learning”. [25]Artinya Accelerated learning adalah bentuk keseluruhan dari Beberapa metode dan teknik yang memungkinkan belajar dalam waktu yang sama “mempercepat” proses belajar. Jadi accelerated learning adalah bentuk keseluruhan dari beberapa metode belajar yang memungkinkan siswa belajar dengan mudah menyenangkan dan efektif dengan upaya yang normal dan sesuai dengan gaya belajarnya masing-masing. Akselerasi berasal dari bahasa Inggris (Acceleration) yaitu cara penanganan anak berbakat intelektual (super normal) dengan memperbolehkan naik kelas secara meloncat atau menyelesaikan program reguler di dalam jangka waktu yang lebih singkat. [26]
Menurut Depdiknas, program akselerasi adalah salah satu bentuk pelayanan pendidikan yang diberikan bagi siswa dengan kecerdasan dan kemampuan luar biasa untuk dapat menyelesaikan pendidikan lebih awal dari waktu yang telah ditentukan.[27] Jadi program akselerasi adalah program layanan pendidikan yang diberikan kepada siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa, dengan penyelesaian waktu belajar lebih cepat dari waktu yang ditentukan dari setiap satuan pendidikan (reguler). Sehingga dapat memenuhi kebutuhan layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Hal ini sesuai dengan teori yang dikatakan Ward V.S. dalam bukunya yang berjudul differential education for the gifted :
“Pursuant to various result of research, pre-eminent potency of educative participant which have extra ordinary intelligence and ability will not of hand emerge without appropriate stimulasi. One of the appropriate stimulasi is to give service of education which is differentiated that is give of experience of adapted for education ability and intelligence of educative participant”[28]

Setelah mengetahui pengertian program akselerasi atau program percepatan belajar, maka perlu diketahui juga beberapa model atau bentuk pelaksanaan program akselerasi yang dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: Pelayanan khusus, kelas khusus dan sekolah khusus. [29]
a.       Pelayanan Khusus
b.      Kelas Khusus
c.       Sekolah Khusus[30]
G.    Indikator keberhasilan
Faktor Penunjang dan Penghambat Program Akselerasi Dalam pelaksanaan program percepatan belajar pasti ada halhal atau faktor-faktor yang dapat menunjang atau sebaliknya akan menghambat proses pelaksanaan. Faktor-faktor tersebut antara lain:
1.      IQ (Inteligence Quotienti)
Menurut James D. Page, IQ adalah ukuran kecerdasan seseorang= yang diperoleh dengan membagi umur mental individu dengan umur kronologi atau bisa diartikan sebagai angka atau indeks yang menunjukkan kecerdasan seseorang.[31] Dalam program akselerasi seorang anak harus mempunyai IQ 125 – 140. jadi dengan IQ 125 ke atas dapat memperlancar pelaksanaan program akselerasi dan sebaliknya jika IQ anak kurang dari 125 kemungkinan dapat menghambat keberhasilan program akselerasi.
2.      Kesiapan atau Kematangan
Masalah utama dalam program akselerasi ini adalah bila dilakukan dengan tergesa-gesa, anak tersebut dapat saja belum “siap” atau “matang”, baik secara fisik maupun emosi untuk masuk atau dapat diterima dengan teman-temannya yang lebih tua. Jadi agar program akselerasi dapat berhasil maka harus ada kesiapan dan kematangan baik segi fisik maupun mental anak didik.[32]
3.      Kemauan atau kesediaan
Maksudnya tidak ada tekanan untuk ikut akselerasi dan siswa menginginkan atau menyetujui untuk dimasukkan dalam program akselerasi tersebut. Sehingga dengan keikhlasan dan tanpa tekanan masuk dalam program akselerasi membuat anak dapat belajar dengan lebih semangat.33[33]
4.      Orang Tua
Tidak perlu diragukan lagi, orang tua menduduki posisi sentral dalam proses tumbuh-kembang anak, termasuk anak berbakat intelektual, dan orang tualah yang memahami kebutuhan seorang anak. Orang tua harus memberikan dukungan dan bimbingan terhadap segala sesuatu yang bersifat positif yang dilakukan oleh anak berbakat intelektual.
5.      Guru
Guru adalah orang yang sangat berpengaruh dalam Proses Belajar Mengajar (PBM). Guru harus bersikap toleran, dapat memberikan insiprasi, bimbingan dan kesempatan bagi mereka untuk mencobakan kemampuan mereka mengadakan eksplorasi dan menghasilkan sesuatu.34[34] Jadi guru untuk kelompok anak super harus merupakan pribadi yang fleksibel, selalu dapat memberi kesempatan kepada anakanak untuk dapat mengembangkan bakatnya.
6.      Sarana dan prasarana
Sarana dan prasarana atau fasilitas dan alat sangat berpengaruh dalam menunjang kelancaran pelaksanaan program akselerasi. Misal kepustakaan, laboratorium, bengkel kerja, auditorium, alatalat audio visual yang lengkap.35[35]
7.      Kurikulum
Kurikulum pada pendidikan khusus tidak terlepas dari kurikulum dasar yang diberikan untuk anak normal lainnya. Perbedaan hanya pada penekanan dan penambahan sesuatu bidang sesuai dengan kebutuhan anak supernormal. Kurikulum harus mengandung pembinaan kreativitas yang menanamkan sikap hidup penuh pengabdian, jiwa sosial serta bertanggung jawab untuk kemajuan masyarakat, bangsa dan negaranya. Isi dan pelaksanaan kurikulum harus dapat menunjang sistem pendidikan khusus yaitu dapat mempercepat (accelerate), dan mengelompokkan (segregation).[36]
8.      Bimbingan dan Konseling (BK)
Pelayanan bimbingan dan konseling sangat diperlukan agar potensi keberbakatan tinggi yang dimiliki oleh siswa dapat dikembangkan dan tersalur secara optimal. Program bimbingan dan konseling diarahkan untuk dapat menjaga terjadinya keseimbangan dalam keserasian dalam perkembangan intelektual, emosional dan sosial.[37]
H.    Tujuan dan Manfaat Program Akselerasi
1.      Tujuan umum
a.       Memberikan pelayanan terhadap peserta didik yang memiuliki karakteristik khusus dari aspek kognitif dan afektifnya.
b.      Memenuhi minat intelektual dan perspektif masa depan peserta didik.
2.      Tujuan khusus
a.       Agar peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa dapat menyelesaikan pendidikan lebih cepat.
b.      Memacu kualitas atau mutu siswa dalam meningkatkan kecerdasan spiritual, intelektual, dan emosional secara berimbang.[38] Sehingga intinya bakat intelektual siswa dapat tersalurkan dan mengembangkan dengan optimal. Sedangkan menurut Felhusen, Proctor dan Black (1986) akselerasi diberikan untuk memelihara minat siswa terhadap sekolah dan mendorong siswa agar mencapai prestasi akademis yang baik. [39]
3.      Manfaat Program Akselerasi
Selain banyak sekali tujuan diselenggarakan program akselerasi ada banyak juga mafaat dari terselenggaranya program akselerasi. Menurut Southern dan Jones (1991) menyebutkan beberapa keuntungan dari pelaksanaan program akselerasi bagi anak berbakat adalah ;
1.      Meningkatkan efisiensi
2.      Meningkatkan efektifitas
3.      Membuka siswa pada kelompok barunya.
4.      Ekonomis [40]

I.       Teknologi pembelajaran
Peradaban dunia dewasa ini mempunyai nilai yang seringkali selalu ditopangi oleh perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, komunikasi dan informasi [41], Hal ini membuat kebutuhan semakin simple, dunia semakin global dan sempit karena mudahnya dijangkau. Inilah fenomena globalisasi yang tak lepas dari adanya unsure integritas budaya, politik, informasi nasional antar bangsa yang merupakan implikasi dari pola demokrasi yang membutuhkan transparansi setiap konsep dunia global. Meskipun demokrasi menurut budi hanya untuk orang-orang pintar, hal ini menunjukkan akan urgensitas ilmu untuk memutuskan suatu opsi atas alternative -alternativ yang ada dalam kehidupan. [42]Ada dua hal yang menurut Badri yatim mengakibatkan munculnya asumsi berbagai bangsa,[43] pertama , sekurang-kurangnya sampai taraf tertentu subyek globalisasi adalah Negara-negara industry maju. Kedua, kecemasan atas pengaruh terutama yang negative dari globalisasi.
Setratifikasi social max Weber mempunya karakteristik terhadap teknologi yang besar, tinggi rendahnya nilai social dilihat dari adanya tingkat kemampuan teknik yang identik dengn nilai ekonomi yang tinggi, sehingga dalam ranah apapun urgensitas teknologi tidak bisa dipungkiri lagi akan ruang lingkup yang dimiliki. Terminology teknologi pembelajaran mengalami banyak perubahan hal ini sejalan dan searah dengan sejarah dan perkembangan dari teknologi itu sendiri [44] Teknologi pembelajaran tumbuh dari praktik pendidikan dan gerakan komunikasi audio visual yang terintegrasi dari tiga aliran, meliputi media pendidikan, psikologi pembelajaran dan pendekatan system pendidikan [45] sehingga pemanfaatannya dalam tiap metode akan terjadi secara efektif dan maksimal.[46]
Teknologi pembelajaran secara ruang lingkupa atau kawasan yang dijangkau ada 5 yakni :
a.       Desain
b.      Pengembangan
c.       Pemanfaatan
d.      Pengelolaan
e.       Penilaian [47]
Dengan adanya hubungan antar kawasan tersebut diatas teknologi pembelajaran sampai dengan masa definisi 1994 telah memiliki kepastian tentang ruang lingkup wilayah garapannya. Meski kedepannya jumlah kawasan beserta kategorinyaakan semakin berkembang, sejalan dengan perkembangan dalam bidang teknologi dan pendidikan, serta disiplin ilmu lainnya yang relevan, sebagai penopangnya sehingga setiap kawasan tidak berjalan sendiri-sendiri tetapi memiliki hubungan yang sinergis.[48] Ada dua karakteristik yang merupakan asas moral bagi ilmuwan dimana karakter ini harus konsisten dan berkesinambungan searah dengan berkembangnya pendidikan dan teknologi yakni : Meninggikan kebenaran dan pengabdian secara universal.
Pendidikan dan teknologi merupakan kerangka kebudayaan yang dapat dilihat, pertama sebagai kekuatan produksi, kedua sebagai ideologi yang didalam termasuk politik, ketiga sebagai kerangka kebudayaan modern, dan keempat mencari relevansi bagi pembangunan Indonesia[49] sehingga pendidikan dan teknologi memiliki kaitan struktur relation yang  jelas. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan dua hal yang tak terpisahkan dalam peranannya untuk memenuhi kebutuhan insani. Ilmu pengetahuan digunakan untuk mengetahui “apa” dan berpangkal pada yang ia ketahui, yang factual dan positivistic yang masuk dalam wilayah epistemology.[50] Sedangkan teknologi mengetahui “bagaimana” yang berkaitan dengan konstribusi ilmu pengetahuan terhadap sesuatu yang bernilai dimana pada ranah ini masuk pada wilayah aksiologi.[51]

KESIMPULAN

Pendidikan akselerasi  berangkat dari adanya multipotensi yang ada dalam peserta didik yang selalu berkembang mengikuti pola pendidikan yang membentuk pengetahuan serta mempercepat proses pembelajaran yang alamiah, yang didasarkan pada cara orang belajar secara alamiah.[52] Accelerated learning hanya mempunyai satu jawaban yaitu mendapatkan hasil. Accelerated learning harus dibedakan dengan pendekatan-pendekatan “kreatif” berisi kesenangan-kesenangan dan permainan yang penuh muslihat yang hanya menarik perhatian namun sering sia-sia
Daftar Pustaka

Abdul A’la, Mengawal Entitas Keislaman Indonesia di Era Globalisasi, AULA, TAB’AH 10/SNH XXXIV/OKTOBER 2012.
Jujun s. Suriasumantri,  Filsafat Ilmu Sebuah pengantar Populer, ( Jakarta : Pustaka sinar harapan.1995,
Dave Meier, The Accelerated Learning Hand Book, Panduan Kreatif Dan Efektif Merancang Program Pendidikan Dan Pelatihan, Bandung : PT. Mizan Pustaka.2004
SC. Utami Manandar, 1992, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah: Petunjuk Bagi Para dan orang Tua, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.
Reni Akbar-Hawadi, 2004, Akselerasi: A-Z Program Percepatan Belajar dan Anak Berbakat Intelektual, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.
George F. Kneller,  Logic And Language of education, John Willey and Sons in inc, New York, London, Sidney.1964.
Reni Akbar-Hawadi, , Kreativitas, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.2001
Lif khoiru ahmadi, hendro Ari setyono dkk, pembelajaran akselerasi, PT. Prestasi Pustaka, Jakarta.2011.
Collin Rose dan Maleolm J. Nochlos, 2003, Accelerated Learning For The 21th Century (Era Belajar Cepat Abad XXI), Bandung : Yogyakarta Nuansa Cendikia, 2003.
Direktorat Pembinaan Pendidikan Luar Biasa, Dirjenmandikdasmen, Depdiknas RI, 2007, 
Reni Akbar-Hamidi, Akselerasi: A-Z Program Percepatan Belajar dan Anak Berbakat Intelektual.
Ward V.S. Differential Education For The Gifted, ventura, California, 1980.
Reni Akbar-Hawadi, Akselerasi: A-Z Program Percepatan Belajar dan Anak Berbakat Intelektual.
Sutratinah Tritonegoro Anak Super Normal dan Program Pendidikannya, (PT. Bumi
Aksara, Jakarta,2001.



Postingan terkait: