PENDAHULUAN
Seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, maka secara otomatis pola pikir masyarakat
berkembang dalam setiap aspek. Hal ini sangat berbengaruh besar terutama dalam
dunia pendidikan yang menuntut adanya inovasi baru yang dapat menimbulkan
perubahan, secara kualitatif yang berbeda dengan sebelumnya. Tanggung jawab
melaksanakan inovasi diantaranya terletak pada penyelenggaraan pendidikan di
sekolah, dimana guru memegang peranan utama dan bertanggung jawab menyebarluaskan
gagasan baru, baik terhadap siswa maupun masyarakat melalui proses pengajaran
dalam kelas.
Pendidikan perlu mengantisipasi
dampak global yang membawa masyarakat berbasis pengetahuan dimana IPTEK sangat
berperan sebagai penggerak utama perubahan. Oleh karena itu, kurikulum dalam
pendidikan harus dikembangkan secara berkala dan berkesinambungan sejalan
dengan IPTEK. Perubahan yang terjadi pada kurikulum diharapkan dapat mencapai
tujuan pembelajaran dengan lebih baik lagi. Kurikulum yang diberlakukan sekarang
yaitu kurikulum 2006 (KTSP), diharapkan dapat berjalan secara operasional,
sehingga dapat memberikan kompetensi yang cukup bagi peserta didik untuk
mengembangkan dirinya, namun tidak menyimpang dari peraturan dan norma-norma
yang berlaku di masyarakat.
Perubahan-perubahan kurikulum dalam
setiap mata pelajaran, khususnya mata pelajaran PKn yang dalam KTSP ini
merupakan suatu mata pelajaran yang bertujuan untuk membentuk manusia Indonesia
seutuhnya yang berlandaskan pada Pancasila, UUD dan norma-norma yang berlaku di
masyarakat. Pembelajaran PKn diterapkan mulai dari dasar pendidikan formal
yaitu SD kelas 1. Kehadiran KTSP diharapkan dapat memberikan jawaban yang
konkrit terhadap mutu pendidikan di Indonesia. Adapun pembahasan mengenai isi
KTSP ini akan dibahas lebih lanjut dalam dua bahasan pokok yaitu : Analisis isi
KTSP yang meliputi kelebihan dan kelemahan KTSP dan Analisis proses belajar
mengajar pada pembelajaran PKn di kelas I SD, berdasarkan format observasi.
PEMBAHASAN
A.
Analisis Isi Kurikulum 2006 (KTSP)
Kurikulum merupakan seperangkat
perencanaan dan pengaturan mengenai tujuan isi dan bahan pengajaran serta cara
yang digunakan sebagai pedoman penyediaan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu.[1]
KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang diberlakukan Departemen
Pendidikan Nasional melalui Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP),
sesungguhnya dimaksudkan untuk mempertegas pelaksanaan KBK (Kurikulum Berbasis
Kompetensi) artinya kurikulum baru ini tetap memberikan tekanan pada
pengembangan kompetensi siswa.
KTSP untuk jenjang pendidikan dasar
dikembangkan oleh sekolah, komite sekolah dengan berpedoman pada standar isi
dan standar kompetensi lulusan serta panduan penyusunan kurikulum yang
diterbitkan oleh BSNP. Pengembangan KTSP berdasarkan prinsip bahwa peserta
didik memiliki potensi sentral untuk mengembangkan potensinya agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.[2]
Hal ini selaras dengan tujuan mata pelajaran PKn.
KTSP juga dikembangkan dengan
memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik serta kepentingan nasional
dan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,
dimana antara kepentingan nasional dan daerah harus saling mengisi serta jenis
pendidikan dengan tanpa membedakan suku, agama, dan antar golongan (SARA), adat
istiadat, status sosial, ekonomi dan gender.[3]
Sehingga sejalan dengan prinsip Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Adapun hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam penyusunan KTSP sebagaimana disebut Koentowibisono,[4] adalah
sebagai berikut :
1. Peningkatan iman dan takwa serta
akhlak mulia
Keimanan dan ketakwaan serta akhlak
mulia menjadi dasar pembentukan kepribadian peserta didik secara utuh.
Kurikulum disusun yang memungkinkan semua mata pelajaran dapat menunjang
peningkatan iman dan takwa serta akhlak yang mulia, terutama pada mata
pelajaran agama dan PKn.
2. Peningkatan potensi, kecerdasan
sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik
Pendidikan merupakan proses
sistematik untuk meningkatkan martabat manusia secara holistic yang
memungkinkan potensi diri (afektif, kognitif, psikomotorik) berkembang secara
optimal.
3. Perkembangan IPTEK dan Seni
Pendidikan perlu mengantisipasi
dampak global yang membawa masyarakat berbasis pengetahuan. Oleh karena itu
kurikulum harus dikembangkan secara berkala dan berkesinambungan sejalan dengan
IPTEK dan Seni.
4. Dinamika perkembangan global
Pendidikan harus menciptakan
kemandirian baik pada individu maupun bangsa yang sangat penting ketika dunia
digerakkan oleh pasar bebas.
5. Persatuan nasional dan
nilai-nilai kebangsaan
Pendidikan diarahkan untuk membangun
karakter dan wawasan kebangsaan peserta didik yang menjadi landasan penting
bagi upaya memelihara persatuan dan kesatuan bangsa. Oleh karena itu, kurikulum
harus mendorong berkembangnya wawasan dan sikap kebangsaan serta persatuan
nasional untuk mempererat keutuhan bangsa dalam wilayah NKRI.
6. Kondisi sosial budaya masyarakat
setempat
Kurikulum harus dikembangkan dengan
memperhatikan karakteristik sosial budaya masyarakat setempat dan menunjang
kelestarian keragaman budaya. Penghayatan dan apresiasi pada budaya setempat
harus lebih dahulu ditumbuhkan sebelum mempelajari budaya dari daerah dan
bangsa lain.
Hal-hal tersebut diatas mempunyai
prinsip dan tujuan yang sama dengan mata pelajaran PKn di sekolah dasar karena
secara ideal PKn membentuk warga negara yang memiliki wawasan berbangsa dan
bernegara serta nasionalisme yang tinggi.
B. Kelebihan Kurikulum 2006 (KTSP)
Setiap kurikulum yang diberlakukan
di Indonesia memiliki kelebihan masing-masing tergantung pada situasi dan
kondisi pada saat kurikulum diberlakukan. Kelebihan-kelebihan KTSP ini antara
lain :
1. Mendorong terwujudnya otonomi
sekolah dalam pendidikan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa salah
satu bentuk kegagalan pelaksanaan kurikulum di masa lalu adalah adanya
penyeragaman kurikulum diseluruh Indonesia, tidak melihat situasi riil
dilapangan, dan kurang menghargai potensi keunggulan lokal. Untuk itulah
kehadiran KTSP diharapkan dapat memberikan jawaban yang konkrit terhadap mutu
dunia pendidikan di Indonesia.[5]
Dengan semangat otonomi itu, sekolah bersama dengan komite sekolah dapat secara
bersama-sama merumuskan kurikulum sesuai dengan kebutuhan situasi dan kondisi
lingkungan.
2. Mendorong guru, kepala sekolah
dan pihak manajemen untuk semakin meningkatkan kreatifitasnya dalam
penyelenggaraan program pendidikan.
Dengan berpijak pada panduan KTSP
sekolah diberi kebebasan untuk merancang, mengembangkan, dan
mengimplementasikan kurikulum sekolah sesuai dengan situasi, kondisi dan
potensi keunggulan lokal yang bisa dimunculkan oleh sekolah.
3. KTSP sangat memungkinkan bagi
tiap sekolah untuk mengembangkan mata pelajaran tertentu bagi kebutuhan siswa.
KTSP menitikberatkan pada mata
pelajaran tertentu yang dianggap paling membutuhkan siswanya.[6]
Sebagai contoh sekolah yang berada dalam kawasan pariwisata dapat lebih
menfokuskan pada mata pelajaran bahasa Inggris atau mata pelajaran di bidang
kepariwisataan lainnya.
4. KTSP mengurangi beban belajar
siswa yang sangat padat dan memberatkan kurang lebih 20 persen.
Dengan diberlakukannya KTSP beban
belajar siswa berkurang karena KTSP lebih sederhana. Tetapi tetap memberikan
tekanan bagi perkembangan siswa. Alasan diadakannya pengurangan jam pelajaran
ini karena menurut pakar pendidikan anak bahwa jam pelajaran di sekolah-sekolah
selama ini terlalu banyak. Sehingga suasana yang tercipta pun terkesan sangat
formal. Akibat yang lebih jauh lagi dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak.[7]
Hal ini dirasakan oleh siswa SD yang masih anak-anak dan mereka membutuhkan
waktu bermain yang cukup untuk mengembangkan kepribadiannya secara alami.
5. KTSP memberikan peluang yang
lebih luas kepada sekolah-sekolah plus untuk mengembangkan kurikulum sesuai
dengan kebutuhannya.
C. Kelemahan kurikulum 2006 (KTSP)
Setiap kurikulum yang diberlakukan di
Indonesia disamping memiliki kelebihan juga memiliki kelemahan. Kelemahan-kelemahan
KTSP antara lain :[8]
1. Kurangnya SDM yang
diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada kebanyakan satuan pendidikan yang ada.
Pola penerapan KTSP terbentur pada
masih minimnya kualitas guru. Sebagian guru belum bisa diharapkan memberikan
kontribusi pemikiran dan ide-ide kreatif untuk menjabarkan panduan KTSP. Selain
itu juga disebabkan pola kurikulum lama yang terlanjur mengekang kreatifitas
guru.
2. Kurangnya ketersediaan
sarana dan prasarana pendukung sebagai kelengkapan dari pelaksanaan KTSP.
Ketersediaan sarana dan prasarana
yang lengkap merupakan salah satu syarat yang paling penting bagi pelaksanaan
KTSP. Sementara kondisi di lapangan menunjukkan masih banyak satuan pendidikan
yang minim alat peraga, laboratorium serta fasilitas penunjang lainnya.
3. Masih banyaknya guru yang belum memahami
KTSP secara komprehensif baik konsepnya, penyusunannya, maupun praktek
pelaksaannya di lapangan.
Masih rendahnya kuantitas guru yang
diharapkan mampu memahami dan menguasai KTSP dapat disebabkan karena pelaksanaan
sosialisasi masih belum terlaksana secara menyeluruh.
4. Penerapan KTSP yang
merekomendasikan pengurangan jam pelajaran berdampak pada pendapatan guru.
D. Model Pembelajaran PKn SD
Model
pembelajaran PKn SD yaitu, (1) model pembelajaran induktif dan deduktif,
(2) model pembelajaran ekspositori dan (3) model pembelajaran terpadu.
A. Model
pembelajaran Induktif dan Deduktif
1.
Pendekatan Induktif
Pendekatan
ini dikembangkan oleh filosof Perancis Bacon yang menghendaki penarikan
kesimpulan didasarkan atas fakta-fakta yang kongkrit sebanyak mungkin. Semakin
banyak fakta semakin mendukung hasil simpulan.[9] Langkah-langkah
yang harus dtempuh dalam model pembelajaran dengan pendekatan induktif yaitu :
(1) guru memilih konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan dengan pendekatan
induktif (2) guru menyajikan contoh-contoh khusus, prinsip, atau aturan yang
memungkinkan siswa memperkirakan sifat umum yang terkandung dalam contoh, (3)
guru menyajikan bukti yang berupa contoh tambahan untuk menunjang atau mengangkat
perkiraan, (4) menyimpulkan, memberi penegasan dari beberapa contoh kemudian
disimpulkan dari contoh tersebut serta tindak lanjut.
2.
Pendekatan Deduktif
Pendekatan
deduktif merupakan pendekatan yang mengutamakan penalaran dari umum ke khusus.
Langkah-langkah yang dapat Anda tempuh dalam model pembelajaran dengan
pendekatan deduktif dijelaskan sebagai berikut (1) guru memilih konsep,
prinsip, aturan yang akan disajikan, (2) guru menyajikan aturan, prinsip yang
berifat umum, lengkap dengan definisi dan contoh-contohnya, (3) guru menyajikan
contoh-contoh khusus agar siswa dapat menyusun hubungan antara keadaan khusus
dengan aturan prinsip umum yang didukung oleh media yang cocok, (4) guru
menyajikan bukti-bukti untuk menunjang atau menolak kesimpulan bahwa keadaan
umum itu merupakan gambaran dari keadaan khusus.[10]
B. Model
Ekspositori
Pendekatan
ekspositori merupakan suatu pendekatan yang menekankan pada interaksi guru
dengan siswa. Secara umum langkah-langkah pembelajaran yang didasarkan pada
pendekatan ekspositori dapat dijelaskan sebagai berikut : (1) guru menyiapkan
materi dan perlengkapan lain yang akan disampaikan, (2) apersepsi dengan
sedikit mengulangi pelajaran yang lalu (3) setelah itu guru menyampaikan konsep-konsep
materi (4) guru yang kreatif akan menyiapkan perlengkapan yang mendukung
seperti gambar, kaset, dan yang lain di sesuaikan dengan situasi dan kondisi
(5) guru mulai mengadakan pembelajaran, model ini yang aktif guru lebih lebih untuk
siswa SD kelas satu atau dua, anak masih malu-malu dan takut sehingga pembelajaran
tampak satu arah, (6) guru menyimpulkan, menegaskan dan menyetel kaset yang
sesuai dan memberikan tindak lanjut.
C. Model
Pembelajaran Terpadu.
Pembelajaran
terpadu adalah suatu pembelajaran yang mengkaitkan tema tema yang over
laping untuk dikemas menjadi satu tema besar kemudian dibahas dalam suatu
pembelajaran. Model pembelajaran terpadu merupakan model pembelajaran dengan
pendekatan yang menekankan pada aspek-aspek bersifat umum seperti thinking
skills, social skill, values and attitudes.[11]
Ada tiga
model pembelajaran terpadu, namun disini kita bahas tiga model, yaitu model
webbed, model connected dan model integrated.
1. Pembelajaran
Terpadu Model Connected
Pembelajaran
terpadu model connected, hanya memadukan topik-topik yang hampir sama dalam
satu mata pelajaran saja. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam model
pembelajaran keterhubungan sebagai berikut : (1) Guru menentukan tema-tema yang
dipilih dari silabus, (2)Guru mencari tema yang hampir sama/relevan dengan
tema-tema yang lain, (3) Tema-tema tersebut diorganisasikan pada tema induk
seperti pada gambar diatas yang cakupannya lebih luas, (4) Guru menjelaskan
materi yang terdiri dari beberapa tema diatas, (5) Guru mengadakan tanya jawab
tentang materi yang diajarkan, (6) Dengan bimbingan guru siswa membentuk
kelompok kecil, (7) Dengan bimbingan guru pula siswa diminta untuk mengerjakan
pertanyaan yang telah disiapkan dan mengerjakan tugas kelompok dari guru, (7)
Guru memberikan kesimpulan, penegasan, evaluasi secara tertulis dan sebagai tindak
lanjut guru menugaskan pada siswa untuk menyusun portofolio dan dikumpulkan minggu
depan.
2. Pembelajaran Terpadu Model Webbed
Dalam
model pembelajaran ini guru memilih tema yang sama atau hampir sama dari
beberapa standar kompetensi dengan lintas mata pelajaran atau pada bidang studi
yang berbeda. Misal PKn dengan IPS, IPA, Matematika, dan Bahasa Indonesia. Langkah-langkah
yang ditempuh dalam model pembelajaran jaring laba-laba sebagai berikut.: (1)
Guru menyiapkan tema utama seperti diri sendiri dalam perbuatan sehari-hari,
dan tema lain yang telah dipilih dari beberapa standar kompetensi lintas mata
pelajaran/bidang setudi, (2) Guru menyiapkan tema-tema yang telah terpilih, misalnya
tema matematika, kesenian, bahasa dan IPS yang sesuai dengan tema nilai juang
dalam perbuatan sehari-hari supaya tidak over laping, (3) Guru
menjelaskan tema-tema yang terkait sehingga materinya lebih luas, (4) Guru
memilih konsep atau informasi yang bisa mendorong belajar siswa dengan
pertimbangan lain yang memang sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran
terpadu.
3. Model Pembelajaran Terpadu Integrated.
Model integrated
yaitu pembelajaran yang menintegrasikan beberapa tema yang serumpun pada mata
pelajaran. Tema yang akan dipilih adalah Mengenal Pentingnya Alam Seperti Dunia
Tumbuhan Dan Hewan. Langkah langkah pembelajaran terpadu model integrated
sebagai berikut : (1) guru menentukan salah satu tema dari mata-pelajaran PKn
yang akan dipadukan dengan tema-tema pada mata pelajaran lain, (2) guru mencari
tema-tema dari mata-pelajaran lain yang memiliki makna yang sama, (3) guru
memadukan tema-tema dari beberapa matapelajaran yang dikemas menjadi satu tema
besar, (4) guru menyusun RPP yang terdiri dari gabungan konsep-konsep beberapa
mata-pelajaran, (5) guru menentukan alokasi waktu karena untuk pembelajaran ini
biasanya memerlukan waktu lebih dari satu kali pertemuan.
DAFTAR PUSTAKA
Haryati, Mimin. Model dan Teknik Penilaian Pada
Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : Gaung Persada, 2007.
Mulyadi, Usman, dkk. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum,
Jakarta : Bina Aksara, 1998.
Nurani, Yuliani. Strategi Pembelajaran. Jakarta
: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2003.
Panduan Lengkap KTSP. 2007.
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta:
Kalam Mulia, 2002.
Sa’dun, Akbar dkk. Laporan Penelitian Pengembangan
Model Pembelajaran Terpadu untuk PPKn SD, Malang : Lemlit Universitas
Negeri Malang, 2003.
Siswomiharjo, Koentowibisono. Pancasila Sebagai Dasar Etika
Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara. Makalah. Suscados PKn
Dirjen Dikti Depdiknas. Jakarta. 2005
Subroto, Darwanto Sastro. Telivisi Sebagai Media Pendidikan,
Yogyakarta : Duta Wacana University Press, 1992.
Sukmadinata,
Nana Sayodih. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung : Remaja
Rosdakarya, 2001
Wahid, Aliaras, dkk. Membangun Karakter dan Kepribadian
Melalui Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta : Graha Ilmu. 2006.