PENDAHULUAN
Menuntut ilmu (belajar)
merupakan sebuah kewajiban yang individual (‘ainy) bagi setiap manusia. Hal ini terbukti dengan adanya beberapa dalil yang
bersumber dari hadis atau al-Qur’an, diantaranya firman Allah,
يَـأَيُّهَاالَّذِيْنَ ءَامَنُوا إِذَاقِيْـلَ لَكُمْ
تَفَـسَّحُوْافِيْ الْمَجَلِسِ فَافْـسَحُوا يَفْـسَحِ اللهُ لَكُمْۖ وَإِذَا
قِيْـلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللهُ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا مِنْكُمْ
وَالَّذِيْنَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَتٍۗ وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبْيْرٌ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, apabila
dikatakan kepada kalian, ‘Berlapang-lapanglah dalam majelis,’ maka
lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untuk kalian. Dan apabila
dikatakan, ‘Berdirilah kamu,’ maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman diantara kalian dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui atas
apa yang kalian kerjakan.” (Qs. Al-Mujadilah: 11)
Dan sabda nabi,
وعن ابن عباس عن النبي صلى الله عليه وسلم قال:"طلب العلم فريضة على كل مسلم) "رواه
الطبراني(
Artinya: Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas bahwa Rosulullah
pernah bersabda “ menuntut ilmu hukumnya wajib bagi orang Muslim” (HR,
Thabrani)
Belajar merupakan
suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.
Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk peningkatan
seperti pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya,
keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya
penerimaannya, dan aspek yang ada pada individu. Belajar menurut R. Gagne adalah suatu proses untuk memperoleh
motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan dan tingkah laku[1]. Begitu juga belajar merupakan
perubahan yang relatif permanen atau perilaku potensial sebagai hasil dari
pengalaman.[2]
Jadi, belajar merupakan sebuah proses perubahan pada diri manusia yang dapat
dilihat dari tingkah lakunya yang merupakan hasil dari pengalaman.
Kegiatan pembelajaran
memiliki berbagai masalah-masalah yang memerlukan solusi. Permasalahan belajar
ini dapat diselesaikan dengan pendekatan secara psikologi.
Cabang psikologi yang
memgkaji belajar adalah psikologi pendidikan. psikologi pendidikan memiliki
beberapa pendekatan behaviorisme, kognitifisme, dan humanisme. Kajian pada
makalah ini hanya berfokus pada pendekatan behaviorisme. Pendekatan behavior
menitik-beratkan pandangannya pada aspek tingkah laku lahiriah manusia dan
hewan, pendekatan ini melahirkan beberapa teori–teori belajar. Salah satu teori
belajar behaviorisme adalah Systematic behavior
theory yang diperkenalkan oleh Clark Leonard Hull. dia sangat terpengaruh oleh teori
evolusi Charles Darwin. Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi, semua fungsi
tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga agar organisme tetap bertahan
hidup.
PEMBAHASAN
A. Riwayat Clark L Hull
Leonard Clark Hull dilahirkan di Akron,
New York pada 24 Mei 1884. Ia dibesarkan di Michigan, dan mendiami satu kelas
selama bertahun-tahun. Hull mempunyai masalah kesehatan di mata. Orang tuanya
miskin, dan Hull pernah menderita polio. Pendidikan yang ditempuhnya beberapa
kali terputus karena sakit dan masalah keuangan. Tetapi setelah lulus, dia
memenuhi syarat sebagai guru dan menghabiskan banyak waktunya untuk mengajar di
sekolah negeri yang kecil di Sickle, Michigan.
Setelah memperoleh
bachelor dan gelar master di Universitas Michigan, ia beralih ke psikologi, dan
menerima Ph.D. psikologi di tahun 1918 dari University of Wisconsin,[3]
dimana dia tinggal selama sepuluh tahun sebagai instruktur. Penelitian
doktornya pada "Aspek kuantitatif dari Evolution of Concepts" telah
diterbitkan dalam Psychological Monographs. Selama waktu itu, Hull mempelajari
efek dari merokok tembakau pada kinerja, yang kemudian dibahasnya pada beberapa
literatur yang disertai dengan pengujian, selanjutnya mulai penelitian tentang
saran dan hipnose. Pada 1929, Clark Hull melanjutkan penelitiannya di Yale
University dan mulai serius terhadap perkembangan teori perilakunya. Sampai
akhir karirnya, Hull dan mahasiswa didominasi behavioristik psikologi. Clark
Hull meninggal pada 10 Mei 1952, di New Haven, Connecticut[4].
Hull adalah seorang
tokoh teori belajar behavioristik. Hull tertarik dengan teori belajar yang
membuat dia menghasilkan beberapa buku yang berhubungan dengan teori belajar,
antara lain,
a.
Aptitude Testing (1928).
b.
Hypnosis and Deductive Theory: An
Experimental Approach (1933)
c.
Mathematico_Deductive Theory of
Role Learning: A Study in Scientific Methodology (1940)
d.
Principles of Behavior:
Introduction to Behaviory (1943)
e.
A Behavior System: An Introduction
to Behavior theory Concerning the individual organism (1952)
f.
Authobiography (1952), dimua dalam
A History of Psychology in Autobiograpy, Volume lV, hal. 143-162.
g.
Psychology of the Scientist: 4,
Passages From the “Idea Books” of Clark L Hull (1962), dimuat dalam Perceptual
and Motor Skills 15: 807-882[5]
B. Pengertian Behafiorisme
Al sulukiyah (behaviorisme) adalah teori perkembangan perilaku,
yang dapat diukur, diamati dan dihasilkan oleh respons pelajar terhadap
rangsangan. Tanggapan terhadap rangsangan dapat diperkuat dengan umpan balik
positif atau negatif terhadap perilaku kondisi yang diinginkan. Hukuman
kadang-kadang digunakan dalam menghilangkan atau mengurangi tindakan tidak
benar, diikuti dengan menjelaskan tindakan yang diinginkan. Menurut
teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan
output yang berupa respon. Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran
behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan
ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula
bila respon dikurangi atau dihilangkan (negative reinforcement) maka respon
juga semakin kuat.[6]
dalam pandangan Islam kita mengenal adanya istilah akhlaq,
dan akhlaq ini ada dua macam yaitu akhlaqul mahmudah (akhlaq yang terpuji) dan
akhlaqul madzmumah (akhlaq yang tercela), akhlaq dapat menjadi uswah bila
meminjam istilah bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara”Tut Wuri
Handayani; memberikan contoh dan mendorong dari belakang”, memurut Imam Syafi’i
“إبدء بنفسك” atau instropeksi diri, dengan demikian
antara stimulus (guru) dan respon (siswa/murid) harus sepadan, sebab pepatah
mengatakan “guru kencing berdiri murid kencing berlari”,
Sebagai sebuah contoh dalam proses pembelajaran, ketika guru
menugaskan untuk memahami, menghafal dan mempelajari terjemah serta tafsir
surat al-Ikhlas kemudian melarang siswa nya untuk pergi ke Dukun untuk meraih
sesuatu yang di inginkan, maka guru pun tentu jangan pergi ke Dukun untuk
meraih kekayaan, Firman Allah SWT dalam Al-
Qur’an:
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya,
ketika dia memberikan pelajaran kepadanya,”Wahai anakku! Janganlah engkau
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah kedzliman
yang besar”. (Luqman, 31 : 13).
Pendidikan behaviorisme merupakan kunci dalam mengembangkan
keterampilan dasar dan dasar-dasar pemahaman dalam semua bidang subjek
dan manajemen kelas. Ada ahli yang
menyebutkan bahwa teori belajar behavioristik adalah perubahan perilaku yang
dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret.
Ciri dari teori belajar behaviorisme adalah mengutamakan
unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan
lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya
latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar,mementingkan peranan kemampuan
dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan.
Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa tingkahlaku siswa merupakan
reaksi terhadap lingkungan dan tingkahl laku adalah hasil belajar.
C. Konsep dan teori
Clark L. Hull
mendasarkan teori belajarnya pada tingkah laku yang diselidiki dengan hubungan
perkuatan S-R. Metode yang digunakan merupakan Systematic behavior theory.
Teori dari Hull ini sebenarnya tidak jauh beda dengan teori belajar lainnya.
Beberapa persamaan teori belajar Hull dengan teori belajar sebelumnya adalah
sebagai berikut:
1. Berdasarkan asosiasi S-R
2. Berdasarkan cara melangsungkan hidup.
3. Berdasarkan kebutuhan biologis dan
pemenuhannya.
4. Orientasinya kepada teori Pavlov.
Hull juga
mengembangkan beberapa definisi yang menjadi teori utamanya, antara lain:
1) Kebutuhan (Need)
Kebutuhan merupakan
keadaan organisme yang menyimpang dari kondisi biologis optimum pada umumnya
yang digunakan untuk melangsungkan hidupnya. Jika kebutuhan tersebut timbul
maka organisme akan bertindak untuk memenuhi kebutuhannya, hal tersebut
dinamakan mereduksi kebutuhan dan teori belajarnya disebut teori reduksi
kebutuhan atau need reduction theory.
Dalam perjalanan
hidup manusia, Allah suda meletakkan teori mempertahankan hidup ini sejak
manusia masih berupa cairan seperma, bagaimana ribuan atau bahkan miliaran
seperma berlomba untuk sampai dan membuahi sel telur, maka yang terkuat dari
merekalah yang dapat lolos dari perlombaan ini dan meneruskan siklus kehidupan
manusia
2) Dorongan (Drive)
Kondisi kekosongan
ganda organisme sehingga mendorong untuk melakukan sesuatu. Istilah lain dari
dorongan adalah motiv. Adakalanya seseorang merasa ingin melakukan sesuatu
namun orang tersebut tidak memiliki dorongan untuk melakukannya.
3) Perkuatan (Reinforcement)
Sesuatu yang dapat
memperkuat hubungan stimulus dan respon terhadap stimulus tersebut dapat
mengurangi ketegangan kebutuhan. Perkuatan biasanya berupa hadiah Atau hukuman.
Isalm sendiri dalam
melestarikan syari’atnya banyak meletakkan unsur stimulus atau perkuatan hubungan stimulus dalam Al-Qur’an dan Hadist, diantaranya firman
Allah:
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ
أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا
أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ ِإِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا
وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ ِ جَزَاؤُهُمْ
عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ
فِيهَا أَبَدًا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ذَلِكَ لِمَنْ خَشِيَ
رَبَّهُ (البينة 8-6)
Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang kafir Yakni ahli kitab dan orang- rang
yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya mereka
itu adalah sebururk-buruknya makhluk. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah Sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi
Tuhan mereka ialah syurga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka
kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun
ridha kepadanya. yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut
kepada Tuhannya.
Dalam ayat di atas biasa kita simpulkan bahwa
Allah memberikan stimulus dan perkuatan hubungan stimulus (hadiah) yang berupa
paling baiknya manusia dan sorga yang begitu indah, untuk menciptakan sebuah respon
yang berupa hamba yang beriman dan senantia berbuat baik, begitu pula allah memberikan
stimulus dan perkuatan hubungan stimulus (hukuman) yang berupa paling buruknya
manusia dan neraka, untuk terciptanya (respon) hamba yang tidak kufur dan tidak membangkang kepadaNYA.
Dan sabda nabi:
َعَنْ عَبْدِ اَللَّهِ بْنِ عُمَرَ
-رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا-; أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: (
صَلَاةُ اَلْجَمَاعَةِ أَفْضَلُ مِنْ صَلَاةِ اَلْفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ
دَرَجَةً ) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ[7]
Artinya: Dari Abdullah Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu bahwa
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Sholat berjama'ah itu
lebih utama dua puluh tujuh derajat daripada sholat sendirian." Muttafaq
Alaihi.
Kebutuhan yang timbul
akan menyebabkan terbentuknya suatu perilaku yang akan mereduksi kebutuhan
secara berangsur-angsur yang dapat dipelajari responnya. Stimulus yang dapat
menimbulkan respon adalah stimulus yang mengenai saraf sensoris atau reseptor
kemudian menimbulkan impuls yang masuk afferent, yaitu saraf gerak dan dapat
mengaktifkan otot-otot maskuler.
S dengan huruf
besar merupakan stimulus dan obyeknya. S dengan huruf kecil merupakan
stimulus dalam organisme, stimulus yang sudah berupa impuls. Impuls merupakan
perangsang atau stimulus yang sudah ada dan bekerja dalam saraf. Dalam teori
kali ini yang akan kita pakai s dengan huruf besar.
Hull membedakan
tendensi untuk timbulnya R dan r. R untuk respon yang nampak,
faktual, dan r adalah predisposisi respon yang masih dalam aktivitas saraf. r
merupakan respon yang masih ada didalam organisme, jadi tidak nampak, tapi
mempengaruhi tingkah laku. Hull mengganti S-R menjadi SHR,
dimana H merupakan habit.
Hull membedakan
antara learning dengan performance. Tindakan dipengaruhi oleh banyak hal,
tetapi belajar hanya dipengaruhi oleh faktor jumlah waktu, respon khusus
terjadi karena kontinu dengan perkuatan. Menurut Hull tingkah laku bersumber
pada kebutuhan yang merupakan tuntutan hidup.
D. Postulat yang Diajukan Oleh Hull
`Hull
mengajukan enam belas postulat dalam cakupan enam hal yakni sebagia berikut:
a. Tanda-tanda
luar yang mendorong atau membimbing tingkah laku dan representasi neuralnya
atau saraf.
Postulat 1: Impuls saraf afferent dan efek
lanjutannya.
Jika
suatu perangsang mengenai reseptor, maka timbullah impuls saraf afferent dengan
cepat mencapai puncak intensitasnya dan kemudian berkurang secara
berangsur-angsur. Sesaat saraf afferent berisi impuls dan diteruskan kepada
saraf sentral dalam beberapa detik dan seterusnya timbul respon. S-R
diubah menjadi S-s-R atau S-s-r-R. Simbol s adalah impuls
atau stimulus trace dalam saraf sensoris, dan simbol r adalah impuls respon
yang masih dalam saraf fferent.
Postulat 2: (ŝ)Interaksi dorongan
sensoris (indrawi)
Impuls
dalam suatu saraf afferent dapat diteruskan ke satu atau lebih saraf afferent
lainnya. R timbul tidak hanya karena satu stimulus, tetapi lebih dari satu S
yang lalu terjadi kombinasi berbagai stimulus. Rumusnya akan berubah menjadi.
b. Respon
terhadap kebutuhan, hadiah dan kekuatan kebiasaan.
Postulat 3: Respon-respon bawaan terhadap
kebutuhan (tingkah laku yang tidak dipelajari)
Sejak
lahir organisme mempunyai hierarki respon penentu kebutuhannya yang timbul
karena ada rangsangan-rangsangan dan dorongan. Respon terhadap kebutuhan
tertentu bukan merupakan respon pilihan secara random, tetapi respon yang
memang ditentukan oleh kebutuhannya, misalnya mata kena debu maka mata berkedip
dan keluar air mata.
Postulat 4: Hadiah dan kekuatan kebiasaan;
kontiguitas dan Reduksi Dorongan sebagai kondisi-kondisi untuk belajar.
Kekuatan
kebiasaan akan bertambah jika kegiatan-kegiatan reseptor dan efektor terjadi
dalam persamaan waktu yang menyebabkan hubungan kontiguitif dengan hadiah
pertama dan hadiah kedua. Simbol kekuatan kebiasaan adalah SHR.
c. Stimulus
pengganti (ekuaivalen)
Postulat 5: Generalisasi stimulus,(penyamarataan)
Kekuatan
kebiasaan yang efektif timbul karena adanya kemiripan sebuah stimulus dengan
stimulus yang digunakan dalam training, hal ini juga mengindikasikan bahwa
pengalaman sebelumnya akan mempengaruhi proses belajar yang sekarang; artinya
proses belajar yang pernah terjadi dalam kondisi yang sama akan ditransfer ke
situasi belajar yang baru. Hull menyebut proses ini sebagai (kekuatan kebiasaan
yang digeneralisasikan SĤR)
d. Dorongan-dorongan
sebagai akitivator respon.
Postulat 6: Stimulus dorongan
Defesiensi
biologi dalam organisme akan menghasilkan Drive (D), dan setiap
dorongan diasosiasikan dengan stimuli spesifik. Contohnya adanya raasa perut
lapar yang mengiringi dorongan lapar, dan mulut kering, bibir kering,
tenggorokan kering yang mengiring dorongan haus. Adanya stimuli dorongan
spesifik memungkinkan kita untuk mengajari hewan agar berprilaku tertentu
didalama keadaan suatu dorongan dan berptilaku lain dalam keadaan dorongan
lain. Misalnya hewan bias diajarkan berbelok ke kanan dalam jalam berbentuk T
apabila ia lapar dan berbelok kekiri bila ia haus.
Postulat 7: Potensi reaksi yang ditimbulkan
oleh kebiasaan dan dorongan .
Potensi
reaksi adalah hasil dari adanya kekuatan kebiasaan (SHR)
dan dorongan (D) agar respon yang dipelajari terjadi, SHR
harus diaktifkan oleh D. dorongan tidak mengarahkan prilaku; ia hanya
membangkitkannya dan mengintensifkannya. Jadi seekor tikus tidak akan menekan
tuas makanan dalam kotak skinner untuk makan, ia hanya akan menekan tuas itu
saat ia lapar saja. Komponen dasar dari teori Hull ini dapa dikombinasikan
dalam rumus:
Potensi reaksi = SER =
SHR x D
Jadi,
potensi reaksi adalah fungsi dari seberapa sering respons diperkuat dalam
situasi itu dan sejauh mana dorongannya ada.
e. Faktor-faktor
yang melawan respon-respon
Postulat 8: Hambatan reaksi
Respon
memerlukan kerja, dan kerja menyebabakan keletihan. Keletihan pada akhirnya
akhirnya akan menghambat respon Reactive inhibition (hambatan reaktif IR)
Postulat 9: Hambatan yang dikondisikan
Kelelahan
adalah pendorong negatif, dan karenanya tidak memberikan respons akan
menghasilkan penguatan. Tdak member respon akan menyebabkan IR menghilang,
dan dapat mengurangi dorongan kelelahan. Respon untuk tidak merespon ini
disebut Conditionet inhibition (SIR)
(hambatan yang dikondisikan)
Ketika IR
dan SIR dikurangkan dari SER
hasilnya adalah effective reaction potential (potensi reaksi
efektif SȆR)
potensi reaksi efektif = SȆR
= (SHR x D-[ IR+ SIR])
Postulat 10: Osilasi (goncangan) hambatan.
Menurut
Hull, ada “potensi penghambat” yang bervariasi dari satu waktu ke waktu lainnya
dan menghambat munculnya respons yang telah dipelajari. “potensi penghambat”
ini dinamakan oscillation effect (efek guncangan SOR)
Efek
guncaangan ini menjelaskan mengapa respon yang sudah dipelajari mungkin muncul
pasa satu percobaan tapi tidak muncul pada percobaan selanjutnya. Perediksi
prilaku berdasarkan nilai SȆR akan
selalu dipengaruhi oleh nilai SOR yang
fluktuatif dan akan selalu bersifat probabilistic nilai SOR
harus dikurangi dari potensi reaksi efektif (SȆR)
yang menciptakan momentary effective reaction potential (SẾR)
(potensi reaksi efektif sementara).
potensi reaksi efektif sementara= SẾR
= (SHR x D-[ IR+ SIR])-
SOR
f. Bangkitnya
respon.
Postulat 11: Reaksi ambang perangsang
Nilai
potensi reaksi efektif sementara SẾR harus
lebih tinggi sebelum respon yang terkondisikan dapat muncul dinamakn reaction
threshold (ambang reaksi SLR) oleh karna itu
respon yang telah dipelajari akan muncul hanya jika SẾR
lebih brsar daripada SLR
Postulat 12: Kemungkinan reaksi diatas ambang
perangsang.
Kemungkinan
respon timbul karna fungsi normal dari potensi reaksi efektif melampaui reaksi
ambang perangsang.
Postulat 13: Latensi STR(keadaan
diam atau berhenti)
Makin
potensi reaksi efektif melampaui reaksi ambang perangsang makin pendek latensi
respon, artinya respon makin cepat timbul.
Postulat 14: Hambatan berhenti (ekstingsi)
Makin
besar potensi reaksi efektif, makin besar respon yang timbul tanpa perkuatan,
sebelum berhenti atau ekstingsi.
Postulat 15: Amplitudo respon (besarnya respon)
Besarnya
dorongan dilantari atau disebabkan oleh peningkatan kekuatan potensi efektif
reaksi dalam sistem saraf otonom.
Postulat 16: Respon-respon yang bertentangan
Jika
potensi-potensi reaksi kepada dua atau lebih respon-respon yang bertentangan
terjadi dalam organisme pada waktu yang sama, maka hanya reaksi yang mempunyai
potensi reaksi yang lebih besar akan terjadi responnya.
Hull mengajukan postulat-postulat tersebut
dengan maksud ingin mempelajari terbentuknya tingkah laku secara sistematis dan
matematis.[8]
Dari
enam belas postulat yang menjadi inti adalah postulat nomor empat, yakni
mengenai hadiah dan kekuatan kebiasaan. Jika suatu kegiatan efektor (r -
R) dan kegiatan reseptor (S-s) terjadi secara kontigu waktu dan
hal ini secara tepat berhubungan dengan pengurangan kebutuhan (G) atau
dengan suatu stimulus yang telah secara tetap berhubungan dengan kebutuhan,
hasilnya akan tetap meningkatkan kepada suatu kecenderungan bagi impuls
afferent untuk menimbulkan reaksi.Peningkatan dari hadiah yang berturut-turut memicu
terbentuknya kombinasi kekuatan kebiasaan yang bergantung kepada peningkatan
hadiah. Jika ditarik esensi teori belajar pada analisis Hull adalah operasi
dasar hadiah, pengaruh ulangan, dan gradiasi hadiah. Untuk merumuskan kembali
apa yang dimaksud di atas adalah sebagai berikut:
1)
Bahwa belajar bergantung kepada kontiguitas S
dan R yang berhubungan dengan hadiah dalam arti pereduksi kebutuhan. Hal
ini mirip dengan hukum efek dari Thorndike.
2)
Bahwa belajar digambarkan sebagai pertumbuhan
fungsi sederhana, adalah berdasarkan asumsi bahwa peningkatan kekuatan
kebiasaan dengan setiap hadiah adalah bagian tetap dari peningkatan sisa yang
dipelajari. Sebab makin kecil yang harus dikuasai pada awal belajar dan makin
kecil pada akhir belajar.
3)
Bahwa batas atas M asosiasi antara S dan
R bergantung kepada besarnya hadiah dan hadiah yang tertunda.
Hull
mengemukakan ada tiga fungsi yang berbeda mengenai dorongan:
a) Tanpa
adanya suatu dorongan tidak akan ada perkuatan primer, sebab perkuatan primer
akan menyebabkan penurunan cepat dari dorongan.
b) Tanpa
adanya dorongan tidak akan timbul respon, sebab dorongan akan mengaktivir
kebiasaan dalam potensi reaksi. Hull berasumsi bahwa dorongan akan
melipatgandakan kekuatan kebiasaan.
c) Tanpa
stimulus dorongan yang jelas, tidak akan terjadi regulasi kebiasaan dari
kebutuhan pada organisme, maka tidak ada cara untuk mempelajari.
E.
Pandangan
islam terhadap teori hull
Islam sejak empat belas abad yang lalu sudah memandang
factor lingkungan, teori pembiasaan (SHR) dan penguat
hubungan stimulus, (hadiah/hukuman) sangatlah penting dalam terciptanya sebuah
respon . Hal ini terbukti dengan adanya beberapa dalil Al-Quran dan hadits yang
berkenaan dengan semua itu, diantaranya, Ayat al-qur’an tentang lingkungan;
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#þqè% öä3|¡àÿRr& öä3Î=÷dr&ur #Y$tR $ydßqè%ur â¨$¨Z9$# äou$yfÏtø:$#ur $pkön=tæ îps3Í´¯»n=tB ÔâxÏî ×#yÏ© w tbqÝÁ÷èt ©!$# !$tB öNèdttBr& tbqè=yèøÿtur $tB tbrâsD÷sã
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap
apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan. (QS. At-Tahrim ayat 6).
Dan sabda
nabi tentang teori pembiasaan:
مـروا أولادكـم بـالصـلاة وهـم أبـنـاء سـبـع
سـنـيـن واضربـوهـم عـلـيـهـا وهـم أبـنـاء عـشـر سـنـيـن و فـرقـوا بـيـنـهـم فـى
الـمـضـا خـع . ( رواه أبـو داود([9]
Surulah anak-anak kalian untuk melaksanakan
shalat ketika mereka berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka apabila
meninggalkannya ketika mereka berumur sepuluh tahun, dan pisahkanlah tempat tidur
mereka” (H.R..Abǔ Dawǔd).
Dan firman allah tentang perkuatan hubungan
stimulus:
وَلِمَنْ
جَاءَ بِهِ حِمْلُ بَعِيرٍ وَأَنَا بِهِ زَعِيمٌ
“Dan bagi siapa
yang bisa mengembalikannya maka dia mendapatkan bahan makanan seberat beban
unta.” (QS. Yusuf: 72.)
Dalam pandangan islam, teori behaviorisme (as-sulukiyah) hull tidak sepenuhnya dapat diterima. Islam mengakui bahwa
lingkungan, pengulangan,
dan hadiah/hukuman memiliki pengaruh dalam
pembentukan pribadi anak. Ibn Maskawaih, Ibn Sina, dan Al Ghazali misalnya
mendukung paham tersebut. Para filusuf Islam tersebut berpendapat, bahwa jika semua
itu tidak berpengaruh pada
pembentukan pribadi manusia, maka kehadiran para Nabi menjadi sia-sia.
Kenyataan menunjukkan bahwa dengan kedatangan para Nabi, keadaan masyarakat
menjadi berubah dari keadaan yang tersesat menjadi lurus; dari keadaan berbuat
zalim menjadi berbuat baik; dari keadaan bodoh menjadi pandai; dari keadaan
biadab menjadi beradab dan seterusnya. Nabi Muhammad SAW semisal, beliau diutus
ke bumi tidak lain hanya untuk menyempurnakan akhlaq mulia.[10]
Namun dlm teori ini, terlihat dengan jelas bahwa pemikiran hull tidak sepenuhnya dapat diterima dalam ajaran Islam.
Pemikiran pendidikan tersebut hanya berdasarkan pada pandangan filsafat manusia
yang dilihat hanya dalam “segi luarnya saja”, dan kurang melihat dari segi
dalam diri manusia itu sendiri. Dalam pandangan behaviorisme hull, manusia dianggap sebagai tong kosong, makhluq yang tidak
berjiwa, atau seperti robot yang dapat digerakkan sepenuhnya oleh keinginan
sang profesor. Dan hal ini bertentangan dengan pandangan Islam yang
melihat manusia sebagai makhluq yang memiliki hati nurani, fikiran, perasaan,
dan kebebasan menentukan jalan hidupnya sendiri. Sedangkan kalau kita fahami,
bahwa pandangan hull hanya mendasarkan diri
tentang manusia, dan tidak dibarengi dengan pandangan tentang peranan Tuhan dalam pendidikan sebagaimana telah dikemukakan di atas. Hal ini menunjukkan
tentang kedangkalan pandangan behaviorisme hull.
KESIMPULAN
Teori behaviorisme menurut Hull dikelompokkan
dalam enam kategori dan 16 postulat.
1. Tanda-tanda luar yang
mendorong atau membimbing tingkah laku dan representasi neuralnya atau saraf,
2. Respon terhadap kebutuhan,
hadiah, dan kekuatan kebiasaan,
3. Stimulus pengganti (ekuaivalen),
4. Dorongan-dorongan sebagai akitivator respon,
5. Faktor-faktor yang melawan respon-respon,
6. Bangkitnya respon.
Tiga definisi yang menjadi teori utama
Hull
1.
Need
2.
Drive
3.
Reinforcemen
Reinforcement
adalah faktor penting dalam belajar yang harus ada. Namun fungsi reinforcement
bagi Hull lebih
sebagai drive reduction daripada satisfied factor.
Dalam
mempelajari hubungan S- R yang diperlu dikaji adalah peranan dari
intervening variable (atau yang juga dikenal sebagai unsur O (organisma).
Faktor O adalah kondisi internal dan sesuatu yang disimpulkan (inferred),
efeknya dapat dilihat pada faktor R yang berupa output. Karena pandangan
ini Hull
dikritik karena bukan behaviorisme sejati.
Proses
belajar baru terjadi setelah keseimbangan biologis terjadi. Di sini tampak
pengaruh teori Darwin
yang mementingkan adaptasi biologis organisma.
Daftar Pustaka
Abudin Nata, Pemikiran
Pendidikan Islam & Barat, Rajawali Pers, Jakarta: 2012
B.R. Hergenhahn dan
Matthew H. Olson, Theories of Learning, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2008
Djamarah, Syaiful
Bahri., Psikologi Belajar; Rineka Cipta, Jakarta, 1999
Hafidz Al hanafy syarah sunan ibnu majah Nizar
mustofa al baz, makkah mukarramah, 1999
Hergenhanh,
B.R. & H Olson Matthew.. An Introduction to Theories
of Learning. Fifth Edition. New York, 1997
Ladidlaus Naisaban. Para Pisikolog Temukan
Dunia: Riwayat Pikiran, Dan Karya Grasindo, Bandung, 1997
M. Saekhan Muchith, Pembelajaran
Kontekstual. Rasail Media Group, Semarang, 2008
Mustofa al ‘arowi fiqhu tarbiyatul abna’ dar
majid ‘usairy, bairut, 1998