Pendahuluan
Dalam
pembelajaran sering kali digunakan beberapa istilah yang pada dasarnya
dimaksudkan untuk menjelaskan cara, tahapan, atau pendekatan yang dilakukan
oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Istilah strategi,metode atau
teknik sering digunakan secra bergantian walaupun pada dasarnya istilah
tersebut memiliki perbedaan satu sama lainya.Teknik pembelajaran seringkali
disamakan artinya dengan metode pembelajaran. Padahal metode dan teknik adalah
suatu hal yang berbeda. Tehnik adalah cara yang dilakukan seseorang
dalam rangka mengimplementasikan suatu metode.[1]
Proses
belajar mestinya berjalan menyenangkan untuk anak-anak didik. Ini adalah hal
yang sesungguhnya sangat mendasar dari sebuah proses belajar. Quantum Learning
merupakan strategi belajar yang bisa digunakan oleh siapa saja selain sisiwa
dan guru karena memberikan gambaran untuk mendalami apa saja dengan cara mantap
dan berkesan. Caranya, seorang pembelajar harus mengetahui terlebih
dahulu gaya belajar, gaya berpikir, dan situasi dirinya.
Dengan begitu, pembelajar akan dengan cepat mendalami sesuatu. Banyak orang
yang telah merasakan hasilnya setelah mengkaji sesuatu dengan cara Quantum
Learning. Segalanya dapat dengan mudah, cepat, dan mantap dikaji dan didalami dengan
suasana yang menyenangkan.
Dalam
makalah ini akan dijelaskan lebih lanjut tentang model pembelajaran Quantum
Learning yaitu pengertian, prinsip-prinsip serta kelebihan dan kekurangan dari
model pembelajaran ini.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Quantum Learning
Quantum
Learning ialah pengajaran yang dapat mengubah suasana belajar yang menyenangkan
serta mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi sesuatu yang akan
bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang lain. Quantum Learning merupakan
suatu pembelajaran yang mempunyai misi utama untuk mendesain suatu proses
belajar yang menyenangkan yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa.
Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang
mempengaruhi kesuksesan siswa.[2]
Quantum
learning ialah kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh proses belajar yang dapat
mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu
proses yang menyenangkan dan bermanfaat. Beberapa teknik yang dikemukakan
merupakan teknik meningkatkan kemampuan diri yang sudah populer dan umum
digunakan. Namun, Bobbi DePorter mengembangkan teknik-teknik yang
sasaran akhirnya ditujukan untuk membantu para siswa menjadi responsif dan
bergairah dalam menghadapi tantangan dan perubahan realitas. Quantum learning muncul
dari upaya Georgi Lozanov, pendidik berkebangsaan Bulgaria yang melakukan
eksperimen yang disebutnya suggestology (suggestopedia).[3]
Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi
belajar, dan set iap detil apa pun memberikan sugesti positif atau negatif.
Untuk mendapatkan sugesti positif, beberapa teknik
digunakan. Para murid di dalam kelas dibuat menjadi nyaman. Musik
dipasang, partisipasi mereka didorong lebih jauh. Poster-poster besar, yang
menonjolkan informasi, ditempel. Guru-guru yang terampil dalam seni pengajaran
sugestif bermunculan.
Selanjutnya
Porter dkk mendefinisikan quantum learning sebagai “interaksi-interaksi yang
mengubah energi menjadi cahaya.” Mereka mengumpamakan kekuatan energi sebagai
bagian penting dari tiap interaksi manusia. Dengan mengutip rumus klasik E =
mc2, mereka alihkan ihwal energi itu ke dalam analogi tubuh manusia yang
“secara fisik adalah materi”. Termasuk konsep-konsep kunci dari teori dan
strategi belajar, seperti: teori otak kanan/kiri, teori otak triune (3 in 1),
pilihan modalitas (visual, auditorial, dan kinestik), teori kecerdasan ganda,
pendidikan holistik, belajar berdasarkan pengalaman, belajar dengan simbol
(metaphoric learning), simulasi/permainan.[4]
Beberapa
hal yang penting dicatat dalam quantum learning adalah sebagai
berikut. Para siswa dikenali tentang “kekuatan pikiran” yang tak
terbatas. Ditegaskan bahwa otak manusia mempunyai potensi yang sama dengan yang
dimilliki oleh Albert Einstein. Selain itu, dipaparkan tentang bukti fisik dan
ilmiah yang memberikan bagaimana proses otak itu bekerja. Melalui hasil
penelitian Global Learning, dikenalkan bahwa proses belajar itu mirip
bekerjanya otak seorang anak 6-7 tahun seperti spons menyerap berbagai fakta,
sifat-sifat fisik, dan kerumitan bahasa yang kacau dengan cara yang
menyenangkan dan bebas. Bagaimana faktor-faktor umpan balik dan rangsangan dari
lingkungan telah menciptakan kondisi yang sempurna untuk belajar apa saja. Hal
ini menegaskan bahwa kegagalan, dalam belajar, bukan merupakan rintangan.
Keyakinan untuk terus berusaha merupakan alat pendamping dan pendorong bagi
keberhasilan dalam proses belajar. Setiap keberhasilan perlu diakhiri dengan
kegembiraan dan tepukan.”[5]
Berdasarkan
penjelasan mengenai apa dan bagaimana unsur-unsur dan struktur otak manusia
bekerja, dibuat model pembelajaran yang dapat mendorong peningkatan kecerdasan
linguistik, matematika, visual/spasial, kinestetik/perasa, musikal,
interpersonal, intarpersonal, dan intuisi. Bagaimana mengembangkan fungsi motor
sensorik (melalui kontak langsung dengan lingkungan), sistem emosional-kognitif
(melalui bermain, meniru, dan pembacaan cerita), dan kecerdasan yang lebih
tinggi (melalui perawatan yang benar dan pengondisian emosional yang sehat).[6]
Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli selama bertahun-tahun dipercayai
otak manusia terdiri dari dua bagian yaitu otak kanan dan dan kiri yang
mempunyai kemampuan berbeda-beda. Bagaimana memanfaatkan cara berpikir dua
belahan otak kiri dan kanan. Proses berpikir otak kiri (yang bersifat logis,
sekuensial, linear dan rasional), misalnya, dikenakan dengan proses
pembelajaran melalui tugas-tugas teratur yang bersifat ekspresi verbal,
menulis, membaca, asosiasi auditorial, menempatkan detil dan fakta, fonetik,
serta simbolisme.
Proses
berpikir otak kanan (yang bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan
holistik), dikenakan dengan proses pembelajaran yang terkait dengan pengetahuan
nonverbal (seperti perasaan dan emosi), kesadaran akan perasaan tertentu
(merasakan kehadiran orang atau suatu benda), kesadaran spasial, pengenalan
bentuk dan pola, musik, seni, kepekaan warna, kreatifitas dan visualisasi.
Semua
itu, pada akhirnya, tertuju pada proses belajar yang menargetkan tumbuhnya
“emosi positif, kekuatan otak, keberhasilan, dan kehormatan diri.” Keempat
unsur ini bila digambarkan saling terkait. Dari kehormatan diri, misalnya,
terdorong emosi positif yang mengembangkan kekuatan otak, dan menghasilkan
keberhasilan, lalu (kembali lagi) kepada penciptaan kehormatan diri.
Dari
proses inilah, Quantum Learning menciptakan konsep motivasi,
langkah-langkah menumbuhkan minat, dan belajar aktif. Membuat simulasi konsep
belajar aktif dengan gambaran kegiatan seperti: “belajar apa saja dari setiap
situasi, menggunakan apa yang Anda pelajari untuk keuntungan Anda, mengupayakan
agar segalanya terlaksana, bersandar pada kehidupan.” Gambaran ini disandingkan
dengan konsep belajar pasif yang terdiri dari: “tidak dapat melihat adanya
potensi belajar, mengabaikan kesempatan untuk berkembang dari suatu pengalaman
belajar, membiarkan segalanya terjadi, menarik diri dari kehidupan.”
Dalam
kaitan itu pula, antara lain, quantum learning mengonsep bagaimana menata lingkungan belajar yang tepat. Penataan
lingkungan ditujukan kepada upaya membangun dan mempertahankan sikap positif.
Sikap positif merupakan aset penting untuk belajar. Peserta didik dikondisikan
ke dalam lingkungan belajar yang optimal
baik secara fisik maupun mental. Dengan mengatur lingkungan belajar demikian
rupa, para pelajar diharapkan mendapat langkah pertama yang efektif untuk
mengatur pengalaman belajar.
Penataan
lingkungan belajar ini dibagi dua yaitu: lingkungan mikro dan lingkungan makro.
Lingkungan mikro ialah tempat peserta didik melakukan proses belajar (bekerja
dan berkreasi). Quantum learning menekankan penataan cahaya, musik, dan desain
ruang, karena semua itu dinilai mempengaruhi peserta didik dalam menerima,
menyerap, dan mengolah informasi. Ini tampaknya yang menjadi kekuatan
orisinalitas quantum learning. Akan tetapi, dalam kaitan pengajaran umumnya di
ruang-ruang pendidikan di Indonesia, lebih baik memfokuskan perhatian
kepada penataan lingkungan formal dan terstruktur seperti: meja, kursi, tempat
khusus, dan tempat belajar yang teratur. Target penataannya ialah menciptakan
suasana yang menimbulkan kenyamanan dan rasa santai. Keadaan santai mendorong
siswa untuk dapat berkonsentrasi dengan sangat baik dan mampu belajar dengan
sangat mudah. Keadaan tegang menghambat aliran darah dan proses otak bekerja
serta akhirnya konsentrasi siswa.
Lingkungan
makro ialah dunia yang luas. Peserta didik diminta untuk menciptakan ruang
belajar di masyarakat. Mereka diminta untuk memperluas lingkup pengaruh dan
kekuatan pribadi, berinteraksi sosial ke lingkungan masyarakat yang
diminatinya. Semakin siswa berinteraksi dengan lingkungan, semakin mahir
mengatasi sistuasi-situasi yang menantang dan semakin mudah Anda mempelajari
informasi baru. Setiap siswa diminta berhubungan secara aktif dan mendapat
rangsangan baru dalam lingkungan masyarakat, agar mereka mendapat pengalaman
membangun gudang penyimpanan pengertahuan pribadi. Selain itu, berinteraksi
dengan masyarakat yang berarti mengambil peluang-peluang yang akan datang, dan
menciptakan peluang jika tidak ada, dengan catatan terlibat aktif di dalam tiap
proses interaksi tersebut (untuk belajar lebih banyak mengenai sesuatu). Pada
akhirnya, interaksi ini diperlukan untuk mengenalkan siswa kepada kesiapan diri
dalam melakukan perubahan. Mereka tidak boleh terbenam dengan situasi status
quo yang diciptakan di dalam lingkungan mikro. Mereka diminta untuk melebarkan
lingkungan belajar ke arah sesuatu yang baru. Pengalaman mendapatkan sesuatu
yang membuat nyaman dan siswa merasa dihargai.
Quantum
Learning
merupakan pengubahan belajar menjadi meriah dengan segala nuansanya. Dan juga
menyertakan segala kaitan, interakasi dan perbedaan yang memaksimalkan momen
belajar. Dengan demikian, Quantum Learning berfokus pada hubungan dinamis dalam
lingkungan kelas-interaksi yang mendirikan landasan dan kerangka untuk belajar.
Quantum
learning
merupakan penerapan cara belajar baru yang lebih melihat kemampuan siswa
berdasarkan kelebihan atau kecerdasan yang dimilikinya. Quantum berarti
percepatan atau lompatan. Kerangka pemikiran yang dibangun oleh ciri
pembelajaran quantum learning ini adalah adanya sikap positif yang dibangun
dalam diri siswa, dengan meyakinkan siswa bahwa setiap manusia mempunyai
kekuatan pikiran yang tidak terbatas. Dengan mempercayai kekuatan pikiran,
kita dapat mengetahui dalil tentang otak, bahwa otak harus dilatih dan tidak
masalah jika harus digunakan secara terus menerus. Kita hanya tinggal memilih
saja, ingin memanfaatkan organ yang paling penting dalam hidup ini atau
mengabaikannya sehingga menjadi tidak berguna.
Saat
kita belajar adalah saat yang harus dibangun sebagai sesuatu yang menyenangkan.
Maksudnya yaitu ada manfaat yang kita dapat dari hasil belajar. Ketika kita
merasa bahwa ada man faat yang kita dapat dari belajar, maka dapat dikatakan
proses belajar yang telah kita jalani memperoleh keberhasilan. Bagaimana proses
belajar yang baik? Proses belajar yang baik harus dirasakan sebagai sesuatu
yang menyenangkan, oleh karena itu guru harus mencari cara terbaik untuk
membuat siswa merasa nyaman dan bersahabat ketika melakukan kegiatan belajar
mengajar. Ada beberapa fase belajar yang dominan dalam hidup kita yang
menunjukan masa-masa dimana belajar merupakan suatu kebutuhan dan paksaan bagi
kita. Masa-masa awal belajar dimulai pada umur satu tahun, fase dimana kita mau
tidak mau belajar untuk berjalan. Umur dua tahun yaitu fase belajar
berkomunikasi karena keinginan dalam diri untuk bisa berbicara dengan orang
lain. Pada umur lima tahun, kita sudah mulai tahu sekitar 90%
kata-kata yang kita dengar dari orang lain. Enam tahun, fase kita belajar
membaca dan masa-masa penurunan semangat belajar adalah ketika umur tujuh tahun,
fase dimana kita mulai menganggap belajar sebagai sesuatu yang menyebalkan dan
menakutkan. Oleh sebab itu pada masa ini peran orangtua dan guru sangat
dibutuhkan.
Pendayagunaan
otak sangat berpengaruh terhadap tipe belajar yang ditunjukkan oleh seorang
anak. Hal itu dapat dilihat dari seberapa aktif dan pasif-kah partisipasi
seorang anak dalam menikmati kegiatan belajar yang dilakukannya. Perbedaan yang
mencolok diantara keduanya yaitu, pada tipe anak yang belajar aktif, ia akan
belajar apa saja dari setiap situasi yang ada, memanfaatkan apa yang dipelajari
sebagai keuntungan kita, selalu proaktif, dan bersandar pada kehidupan.
Sedangkan tipe paasif merupakan kebalikkan dari tipe aktif. Hal ini bisa
dibilang merupakan hal yang negatif, karena seorang anak tidak melihat
kesempatan belajar yang ada, selalu mengabaikan peluang berkembang dari apa
yang dipelajarinya, reaktif, dan menarik diri dari kehidupan.
Oleh
sebab itu, ada baiknya mengenai betapa pentingnya manfaat belajar harus
disampaikan kepada peserta didik sehingga siswa tahu apa saja hal-hal positif
yang ia peroleh dari belajar. Dan juga agar siswa nantinya meningkatkan
kemampuan belajarnya untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih luas, sehingga
akan timbul pilihan hidup yang lebih banyak, maka akhirnya akan timbul rasa
percaya diri yang menjadi kekuatan pribadinya. Untuk menciptakan rasa percaya
diri tersebut dapat dilakukan dengan cara yang sangat mudah, yaitu setiap
selesai atau berhasil mengerjakan suatu tugas, kita bisa merayakannya. Karena
perayaan memberikan perasaan keberhasilan, kesempurnaan, kepercayaan diri, dan
motivasi untuk langkah berikutnya.
Selain
faktor internal tersebut, faktor eksternal sangat diperlukan guna menunjang
motivasi belajar seorang siswa.[7] Dalam
hal ini penataan ruang belajar sangat berpengaruh kenyamanan belajar siswa.
Penataan lingkungan belajar meliputi perabotan, pencahayaan, musik, alat bantu
visual, penempatan, temperature, tanaman, kenyamanan yang diciptakan oleh siswa
maupun guru, dan suasana hati yang timbul dari semuanya itu. Kondisi belajar
yang menyenangkan dapat juga dilakukan di rumah. Misalnya belajar sambil
mendengarkan musik. Keuntungan yang diperoleh dari hal ini yaitu denyut nadi
dan tekanan darah menjadi turun dan gelombang otak menjadi lambat sehingga kita
akan merasa tenang dan rileks.
Mudah
saja menemukan gaya belajar yang kita miliki, karena cara belajar
yang kita miliki merupakan gabungan dari cara kita menyerap informasi, cara
mengatur informasi, dan cara mengolah informasi yang kita dapat. Jika belajar
dilakukan dengan bergantung pada kecerdasan anak, maka akan dapat dikelompokkan
modalitas belajar, diantaranya yaitu dengan cara melihat (visual), dengan cara
mendengar (auditorial), dan dengan cara melalui gerakan (kinestetik). Atau ada
cara belajar terbaru yang saat ini sudah diaplikasikan oleh berbagai kalangan
yaitu yang biasa kita kenal dengan sebutan mind-mapping (peta pikiran).[8] Banyak
manfaat dari mind-mapping ini, salah satu diantaranya yaitu
dapat mempermudah dan meringkas materi yang banyak muatannya.
B.
Prinsip-Prinsip Dalam Quantum Learning
Quantum
Learning memiliki lima prinsip atau kebenaran tetap. Prinsip-prinsip
ini dianggap sebagai dasar dari belajar seorang guru. Prinsip-prinsip
tersebut adalah :
a. Segalanya berbicara
Segalanya dari
lingkungan kelas hingga bahasa tubuh guru, dan kertas yang guru bagikan hingga
rancangan pelajaran guru, semuanya mengirim pesan tentang belajar.
b. Segalanya bertujuan
Semua yang
terjadi dalam pengubahan guru mempunyai tujuan.
c. Pengalaman sebelum pemberian nama
Otak kita
berkembang pesat dengan adanya rangsangan kompleks, yang akan menggerakkan rasa
ingin tahu. Oleh karena itu, proses belajar paling baik terjadi ketika siswa
telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama-nama untuk apa yang
mereka pelajari.
d. Akui setiap usaha
Belajar
mengandung resiko. Belajar berarti melangkah keluar dari kenyamanan. Pada saat
siswa mengambil langkah itu. Mereka patut mendapat pengakuan atas kecakapan dan
kepercayaan diri mereka.
e. Jika layak dipelajari, maka layak pula
dirayakan.
Perayaan adalah
sarapan pelajar sang juara. Perayaan adalah umpan balik mengenai kemajuan dan
meningkatkan assosiasi emosi positif dengan belajar.
Konsep kunci dalam Quantum Learning dari berbagai teori dan
strategi belajar yang digunakan antara lain:
a. Teori otak kanan kiri
b. Teori otak triune
(3 in 1)
c. Pilihan modalitas (visual,
auditorial dan kinestetik)
d. Teori kecerdasan ganda
e. Pendidikan holistic (menyeluruh)
f. Belajar berdasarkan pengalaman
g. Belajar dengan simbol (metaphoric
learning)
h. Simulasi / permainan
i.Peta Pikiran (mind
mapping)
Unsur-unsur
dalam Quantum Learning Model terdapat dalam 2 kategori, yaitu konteks dan isi.
Guru sebagai konduktor dari siswa-siswa yang sedang belajar, harus mengubah
banyak bagian. Bagian konteks meliputi pengubahan suasana, landasan, lingkungan
dan rancangan belajar. Sedangkan bagian isi meliputi pengubahan penyajian
informasi/materi, fasilitas, ketrampilan belajar untuk belajar, dan ketrampilan
hidup.
Hampir
mirip dengan proses accelerated learning, pemercepatan belajar: yakni, proses
belajar yang memungkinkan siswa belajar dengan kecepatan yang mengesankan, dengan
upaya yang normal, dan dibarengi kegembiraan. Suasana belajar yang efektif
diciptakan melalui campuran antara lain unsur-unsur hiburan, permainan, cara
berpikir positif, dan emosi yang sehat.
Quantum
learning mencakup aspek-aspek penting dalam program neurolinguistik (NLP),
yaitu suatu penelitian tentang bagaimana otak mengatur informasi. Program ini
meneliti hubungan antara bahasa dan perilaku dan dapat digunakan untuk
menciptakan jalinan pengertian siswa dan guru. Para pendidik dengan
pengetahuan NLP mengetahui bagaimana menggunakan bahasa yang positif untuk
meningkatkan tindakan-tindakan posistif – faktor penting untuk merangsang
fungsi otak yang paling efektif. Semua ini dapat pula menunjukkan dan
menciptakan gaya belajar terbaik dari setiap orang.
C.
Kelebihan Dan Kelemahan` Quantum Learning
1. Kelebihan.
Pembelajaran
quantum menekankan perkembangan ketrampilan dan akademis. Dari sebuah
pengalaman yang diselenggarakan oleh Learning Forum di Supercamp yang
mempraktekkan pembelajaran quantum ternyata murid-muridnya mendapat nilai yang
lebih baik, lebih banyak berpartisipasi dan merasa lebih bangga pada diri
mereka sendiri. Dalam pendekatan pembelajaran quantum, pendidik mampu menyatu
dan membaur pada dunia peserta didik sehingga pendidik bisa lebih memahami
peserta didik dan ini menjadi modal utama yang luar biasa untuk mewujudkan
metode yang lebih efektif yaitu metode belajar-mengajar yang lebih
menyenangkan.
Model
pembelajarannyapun lebih santai dan menyenangkan karena ketika belajar sambil
diiringi musik. Hal ini untuk mendukung proses belajar karena musik akan bisa
meningkatkan kinerja otak sehingga diasumsikan bahwa belajar dengan diiringi
musik akan mewujudkan suasana yang lebih menenangkan dan materi yang
disampaikan lebih mudah diterima.
Pada
pembelajaran quantum, objek yang menjadi tujuan utama adalah siswa. Maka dari
itu guru mengupayakan berbagai interaksi dan menyingkirkan hambatan belajar
dengan cara yang tepat agar siswa dapat belajar secara mudah dan alami. Semua
itu adalah bertujuan untuk melejitkan prestasi siswa.
Quantum
learning sebagai salah satu metode belajar dapat memadukan antara berbagai
sugesti positif dan interaksinya dengan lingkungan yang dapat mempengaruhi
proses dan hasil belajar seseorang. Lingkungan belajar yang menyenangkan dapat
menimbulkan motivasi pada diri seseorang sehingga secara langsung dapat
mempengaruhi proses belajar. Metode Quantum Learning dengan teknik peta pikiran
(mind mapping) memiliki manfaat yang sangat baik untuk meningkatkan potensi
akademis (prestasi belajar) maupun potensi kreatif yang terdapat dalam diri
siswa.[9]
2. Kelemahan
a.
Memerlukan dan menuntut keahlian dan
keterampilan guru lebih khusus.
b.
Memerlukan proses perancangan dan persiapan
pembelajaran yang cukup matang dan terencana dengan cara yang lebih baik.
c.
Adanya keterbatasan sumber belajar, alat
belajar, dan menuntut situasi dan kondisi serta waktu yang lebih banyak.
D.
Paradigma Belajar
Model Quantum Learning
Dalam belajar model Quantum Learning agar dapat
berjalan dengan benar ini paradigma yang harus dianut oleh
siswa dan guru adalah sebagai berikut :
a.
Setiap orang adalah guru dan
sekaligus murid sehingga bisa saling berfungsi sebagai fasilitator.
b.Bagi
kebanyakan orang belajar akan sangat efektif jika dilakukan dalam suasana yang
menyenangkan, lingkungan dan suasana yang tidak terlalu formal, penataan duduk
setengah melingkar tanpa meja, penataan sinar atau cahaya yang baik sehingga
peserta merasa santai dan relak.
c. Setiap
orang mempunyai gaya belajar, bekerja dan berpikir yang unik dan
berbeda yang merupakan pembawaan alamiah sehingga kita tidak perlu merubahnya
dengan demikian perasaan nyaman dan positif akan terbentuk dalam menerima
informasi atau materi yang diberikan oleh fasilitator.
d.
Modul pelajaran tidak harus rumit
tapi harus dapat disajikan dalam bentuk sederhana dan lebih banyak kesuatu
kasus nyata atau aplikasi langsung.
e. Dalam
menyerap dan mengolah informasi otak menguraikan dalam bentuk simbol atau
asosiatip sehingga materi akan lebih mudah dicerna bila lebih banyak disajikan
dalarn bentuk gambar, diagram, flow atau simbol.
f. Kunci
menuju kesuksesan model quantum learning adalah latar belakang(background) musik
klasik atau instrumental yang telah terbukti memberikan pengaruh positip dalarn
proses pembelajaran. Musik klasik dapat meningkatkan kemampuan mengingat,
mengurangi stress, meredakan ketegangan, meningkatkan energi dan membesarkan
daya ingat. Musik menjadikan orang lebih cerdas (Jeannete Vos).
g.Penggunaan
Warna dalam model quantum learning dapat meningkatkan daya tangkap dan ingat
sebanyak 78%.
h.Metoda
peran dimana peserta berperan lebih aktif dalam membahas materi sesuai dengan
pengalamannya melalui pendekatan terbalik yaitu membuat belajar serupa bekerja
(pembelajaran orang dewasa)
i. Sistim
penilaian yang disarankan untuk abad 21 dalam pembelajaran adalah 50% penilaian
diri sendiri, 30% penilaian teman, 20% penilaian trainer atau atasan (Jeannette
Vos.
j. Umpan
balik yang positif akan mampu memotivasi anak untuk berprestasi namun umpan
balik negative akan membuat anak menjadi frustasi. Ini berdasar hasil riset
pakar masalah kepercayaan diri, Jack Carfiled pada tahun 1982.
100 anak ditunjuk oleh periset selam sehari. Hasilnya, bahwa setiap anak
rata-rata menerima 460 komentar negative dan hanya 75 komentar positif.
KESIMPULAN
Banyak
pendekatan yang ada beserta model-modelnya yang kita ketahui, akan tetapi
menurut penulis tidak ada satupun yang paling baik ataupun paling ideal untuk
digunakan. Melihat lagi pada situasi dan kondisi bagaimana siswa tsb, keadaan
sekolahnya dan aspek-aspek lain yang mempengaruhinya.Tidak bisa kita memvonis
langsung mana model dan pendekatan yang paling baik sebelum memperhatikan
aspek2 di atas. Terlebih lagi dalam kenyataan membutuhkan banyak
kombinasi-kombinasi dari model atau pendekatan yang akan digunakan satu sama
lain saling mempengaruhi tentunya.
Quantum Learning merupakan teknik
pembelajaran maupun pelatihan yang menggunakan metodologi berdasarkan teori‑teori
pendidikan seperti Accelerated Learning (Lozanov), Multiple Intelligences
(Gardner), Neuro Linguistic Programming atau NLP (Grinder & Bandler),
Experential Learning (Hahn), Socratic Inquiry, Cooperative Learning (Johnson
& Johnson) dan Elements of Effective Instruction (Hunter) menjadi
sebuah paket multisensori, multi kecerdasan dan kompatibel dengan cara bekerja
otak yang mampu meningkatkan kemampuan dan kecepatan belajar. Percepatan
belajar (accelerated learning) dikembangkan untuk
menyingkirkan hambatan yang menghalangi proses belajar alamiah dengan secara
sengaja menggunakan musik, mewarnai lingkungan sekeliling, menyusun bahan
pengajaran yang sesuai, cara efektif penyajian, modalitas belajar serta
keterlibatan aktif dari peserta.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad dan Joko, Model Belajar Mengajar,
1997, Bandung: Pustaka Setia.
Bobbi Porter. De dan Mike Hernacki. Quantum
Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, 2003, Bandung: Kaifa.
Gordon, Dryden. Revolusi Cara
Belajar : The Learning Revolution Bagian I, 2003 ,Bandung. Kaifa.
Sugiarto, Mengoptimalkan Daya Kerja Otak
Dengan Berfikir Holistik dan Kreatif, 2004,Jakarta Gramedia Pustaka
Utama.
Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhinya, 2003, Jakarta: Rineka Cipta.
Tony Buzan. dan Barry.. Memahami Peta
Pikiran : The Mind Map Book, 2004,Batam: Interaksa.
Tony Buzan, mind map: Untuk Meningkatkan Kreativitas, 2004,
Jakarta: Gramedia pustaka Utama.
Zainal
Aqib, Model-Model, Media Dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif),
2013, Bandung, Yrama widya.