Model Pembelajaran Terpadu



MODEL PEMBELAJARAN TERPADU

PENDAHULUAN
Sebelum memasuki bangku sekolah, anak terbiasa memandang dan mempelajari segala peristiwa yang terjadi di sekitarnya atau yang dialaminya sebagai suatu  kesatuan yang utuh (holistik), mereka tidak melihat semua itu secara parsial (terpisah-pisah). Sayangnya, ketika memasuki situasi belajar secara formal di bangku sekolah dasar, mereka disuguhi oleh berbagai ilmu atau mata pelajaran yang terpisah satu sama  lain sehingga mereka terkadang mengalami kesulitan untuk memahami fenomena yang terjadi di lingkungan masyarakat dan alam sekitarnya. Penyelenggaraan pendidikan dengan menekankan pada pembelajaran yang memisahkan penyajian antar satu mata pelajaran dengan  mata pelajaran lainnya akan mengakibatkan permasalahan yang cukup serius terutama bagi siswa usia sekolah dasar.
Pembelajaran yang memisahkan secara tegas penyajian mata pelajaran-mata pelajaran tersebut hanya akan membuahkan kesulitan bagi setiap anak karena hanya akan memberikan pengalaman belajar yang bersifat  artificial  atau pengalaman belajar yang dibuat -buat. Oleh karena itu, proses pembelajaran pada satuan pendidikan sekolah dasar, terutama untuk kelas-kelas awal, harus memperhatikan karakteristik anak yang akan menghayati pengalaman belajar tersebut sebagai satu kesatuan yang utuh. Pengemasan pembelajaran harus dirancang secara tepat karena akan berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman belajar anak. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual baik di dalam maupun antar matapelajaran, akan memberi peluang bagi terjadinya pembelajaran yang efektif dan lebih bermakna (meaningful learning).
Pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep merupakan pendekatan pembelajaran yang melibatkan  beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi anak. Pembelajaran terpadu diyakini sebagai pendekatan yang berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak. Pembelajaran terpadu secara efektif akan membantu menciptakan kesempatan yang luas bagi siswa untuk melihat dan membangun konsep-konsep yang saling berkaitan. Dengan demikian, memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami masalah yang kompleks yang ada di lingkungan sekitarnya dengan pandangan  yang utuh. Dengan pembelajaran terpadu ini siswa diharapkan memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi, mengumpulkan, nilai dan menggunakan informasi yang ada di sekitarnya secara bermakna. Hal itu dapat diperoleh tidak saja melalui pemberian pengetahuan baru kepada siswa melainkan juga melalui kesempatan memantapkan dan menerapkannya dalam berbagai situasi baru yang semakin beragam.

PEMBAHASAN 

A.  Pengertian Pembelajaran Terpadu
Pembelajaran terpadu adalah pembelajaran yang menggabungkan kompetensi dasar yang saling berkaitan menjadi satu dan dijadikan sebagai sebuah materi atau tema dalam pembelajaran dan tidak memisah-misahkan mata pelajaran.
Beberapa pengertian dari pembelajaran terpadu yang dikemukakan oleh beberapa orang pakar pembelajaran terpadu diantaranya :
Menurut Cohen dan Manion (1992) dan Brand (1991), terdapat tiga kemungkinan variasi pembelajaran terpadu yang berkenaan dengan pendidikan yang dilaksanakan dalam suasana pendidikan progresif yaitu kurikulum terpadu (integrated curriculum), hari terpadu (integrated day), dan pembelajaran terpadu (integrated learning). Kurikulum terpadu adalah kegiatan menata keterpaduan berbagai materi mata pelajaran melalui suatu tema lintas bidang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna sehingga batas antara berbagai bidang studi tidaklah ketat atau boleh dikatakan tidak ada. Hari terpadu berupa perancangan kegiatan siswa dari sesuatu kelas pada hari tertentu untuk mempelajari atau mengerjakan berbagai kegiatan sesuai dengan minat mereka. Sementara itu, pembelajaran terpadu menunjuk pada kegiatan belajar yang terorganisasikan secara lebih terstruktur yang bertolak pada tema-tema tertentu atau pelajaran tertentu sebagai titik pusatnya (center core / center of interest).
Menurut Prabowo pembelajaran terpadu adalah suatu proses pembelajaran dengan melibatkan/mengkaitkan berbagai bidang studi. Dan ada dua pengertian yang perlu dikemukakan untuk menghilangkan kerancuan dari pengertian pembelajaran terpadu di atas, yaitu konsep pembelajaran terpadu dan IPA terpadu.[1]
Menurut Prabowo dalam bukunya Nana Syaodih Sukmadinata pembelajaran terpadu merupakan pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi. Pendekatan belajar mengajar seperti ini diharapkan akan dapat memberikan pengalaman yang bermakna kepada anak didik kita. Arti bermakna disini dikarenakan dalam pembelajaran terpadu diharapkan anak akan memperoleh pemahaman terhadap konsep-konsep yang mereka pelajari dengan melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah mereka pahami.[2]
Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan belajar mengajar yang memperhatikan dan menyesuaikan dengan tingkat perkembangan anak didik (Developmentally Appropriate Practical). Pendekatan yang berangkat dari teori pembelajaran yang menolak drill-system sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual anak.[3]
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan terpadu ini diharapkan akan dapat memperbaiki kualitas pendidikan dasar, terutama untuk mencegah gejala penjejalan kurikulum dalam proses pembelajaran di sekolah. Dampak negatif dari penjejalan kurikulum akan berakibat buruk terhadap perkembangan anak. Hal tersebut terlihat dengan dituntutnya anak untuk mengerjakan berbagai tugas yang melebihi kapasitas dan kebutuhan mereka. Mereka kurang mendapat kesempatan untuk belajar, untuk membaca dan sebagainya. Disamping itu mereka akan kehilangan pengalaman pembelajaran alamiah langsung, pengalaman sensorik dari dunia mereka yang akan membentuk dasar kemampuan pembelajaran abstrak[4]

B.  Landasan Teoritik dan Empirik
Pembelajaran terpadu dikembangkan dengan landasan pemikiran Progresifisme, Kontruktifisme, Developmentally Appropriate Practice (DAP), Landasan Normatif dan Landasan Praktis.[5]
Aliran  progresifisme menyatakan bahwa pembelajaran seharusnya berlangsung secara alami, tidak artifisial. Pembelajaran di sekolah tidak seperti keadaan dalam dunia nyata sehingga tidak memberikan makna kepada kebanyakan siswa.
Pembelajaran terpadu juga dikembangkan menurut paham Kontruktifisme yang menyatakan bahwa pengetahuan dibentuk sendiri oleh individu dan pengalaman merupakan kunci utama dari belajar bemakna. Belajar bermakna tidak akan terwujud hanya dengan mendengarkan ceramah atau membaca buku tentang pengalaman orang lain. Mengalami sendiri merupakan kunci untuk kebermaknaan.
Prinsip utama yang dikembangkan dalam pembelajaran terpadu adalah Developmentally Appropriate Practice (DAP). Dalam DAP ini dinyatakan bahwa pembelajaran harus disesuaikan dengan perkembangan usia dan individu yang meliputi perkembangan kognisi, emosi, minat, dan bakat siswa.
Pembelajaran terapadu juga dilandasi oleh Landasan Normatif da Landasan PraktisLandasan Normatif menghendaki bahwa, pembelajaran terpadu hendaknya dilaksanakan berdasarkan gambaran ideal yang ingin dicapai oleh tujuan-tujuan pembelajaran. Sedangkan Landasan Praktis mengharapkan bahwa  pembelajaran terpadu dilaksanakan dengan memperhatikan situasi dan kondisi praktis yang berpengaruh terhadap kemungkinan pelaksanaannya mencapai hasil yang optimal.[6]

C.  Prinsip-prinsip Pembelajaran Terpadu
Berikut ini dikemukakan pula prinsip-prinsip dalam pembelajaran terpadu yaitu meliputi : 1) prinsip penggalian tema, 2) prinsip pelaksanaan pembelajaran terpadu, 3) prinsip evaluasi dan 4) prinsip reaksi.[7]
        1        Prinsip penggalian tema antara lain :
a). Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan memadukan banyak bidang studi,
b). Tema harus bermakna artinya bahwa tema yang dipilih untuk dikaji harus memberikan bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya
c). Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis anak.
d). Tema yang dikembangkan harus mampu mewadahi sebagian besar minat anak,
e). Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan penstiwa-peristiwa otentik yang terjadi dalam rentang waktu belajar,
f). Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan kurikulum yang berlaku, serta harapan dari masyarakat,
g). Tema yang dipilih hendaknya juga mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar.
        2        Prinsip pelaksanaan terpadu di antaranya :
a). guru hendaknya jangan menjadi “single actor“ yang mendominasi pembicaraan dalam proses belajar mengajar,
b).  pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas  yang menuntut adanya kerjasarna kelompok,
c).  guru perlu akomodatif terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak terpikirkan dalam poses perencanaan.
        3        Prinsip evaluatif adalah :
a). memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri di samping bentuk evaluasi lainnya,
b).  guru perlu mengajak siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah dicapai berdasarkan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan yang telah disepakati dalam kontrak.
        4        Prinsip reaksi, dampak pengiring (nurturan efek) yang penting  bagi perilaku secara sadar belum tersentuh oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar. Karena itu, guru dituntut agar mampu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran sehingga tercapai secara tuntas tujuan-tujuan pembelajaran. Guru harus bereaksi terhadap reaksi siswa dalam semua “event“ yang tidak diarahkan ke aspek yang sempit tetapi ke suatu kesatuan utuh dan bermakna. Pembelajaran terpadu memungkinkan hal ini dan guru hendaknya menemukan kiat-kiat untuk memunculkan kepermukaan hal-hal yang dicapai melalui dampak pengiring. [8]

D.  Kurikulum Pembelajaran Terpadu
Pembelajaran terpadu ini lebih mengacu pada kurikulum Integrade Curriculum secara istilah  Integrade memiliki sinonim dengan perpaduan, penyatuan, atau penggabungan, dari dua obyek atau lebih. Sejalan dengan itu pengertian integrasi menurut Poerwardarminta adalah penyatuan supaya menjadi satu kebulatan atau menjadi utuh.
Dalam integrated curriculum, pelajaran dipusatkan pada suatu masalah atau topik tertentu, misalnya suatu masalah dimana semua mata pelajaran dirancang dengan mengacu pada topik tertentu 

E.  Pentingnya Pembelajaran Terpadu
Pembelajaran Terpadu memiliki arti penting dalam kegiatan belajar mengajar. Ada beberapa alasan yang mendasarinya, antara lain:
a.    Dunia anak adalah dunia nyata
Tingkat perkembangan mental anak selalu di mulai dengan tahap berpikir nyata. Dalam kehidupan sehari-hari, mereka tidak melihat mata pelajaran berdiri sendiri. Mereka melihat obyek atau peristiwa yang di dalamnya memuat sejumlah konsep/materi beberapa mata pelajaran. Misalnya saat berbelanja di pasa, mereka akan dihadapkan dengan suatu perhitungan (MTK), transaksi jual beli (ijab dan qobul) (PAI), aneka ragam makanan sehat (IPA), dialog tawar menawar (B. Indonesia), harga naik turun (IPS), dll.   
b.    Proses pemahaman anak terhadap suatu konsep dalam suatu peristiwa/obyek lebih terorganisir
c.    Pembelajaran akan lebih bermakna
d.   Memberi peluang siswa untuk mengembangkan kemampuan diri
Pengajaran terpadu memberi peluang siswa untuk mengembangkan tiga ranah sasaran pendidikan secara bersamaan yakni meliputi sikap (jujur, teliti, tekn, terbuka terhadap gagasan ilmiah), keterampilan (memperoleh, memanfaatkan, dan memilih informasi, menggunakan alat, bekerja sama, dan kepemimpinan), dan ranah kognitif (pengetahuan).
e.    Memperkuat kemampuan yang diperoleh
f.     Efisiensi waktu
Pengembangan model terpadu pada bidang studi pendidikan agama Islam menggunakan tema dengan menyajikannya secara terpadu dengan unsur aqidah akhlak, al-Qur’an Hadis, fiqh dan tarikh. Jika diaplikasikan di tingkat MI (Madrasah Ibtida’iyah); guru akan banyak menghemat waktu dan siswa tidak melihat mata pelajaran berdiri sendiri karena dengan pembelajaran terpadu ini dapat mencakup seluruh mata pelajaran  PAI tersebut, misalnya; menjelaskan tentang kurban dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah, hukum kurban, ketentuan kurban, hal-hal yang disunnahkan ketika berkurban, pembagian daging kurban, hikmahnya dll (Fikih), mengaitkan keutamaan bersedekah kepada fakir miskin dan anak yatim untuk mendekatkan diri kepada Allah/beribadah, menjadi orang yang dermawan , (Aqidah Akhlak), mengaitkan dengan ayat al-Qur’an surat ad-Duha yang mengandung perintah supaya mensyukuri nikmat yang diberikan Allah dengan cara bersedekah/memberi kepada fakir miskin dan anak yatim, menyertakan hadis tentang keutamaan memberi (al-Qur’an hadist) menceritakan sejarah awal mulanya kurban pada zaman nabi Ismail (SKI).

F.   Karakteristik Pembelajaran Terpadu
Menurut IIF Khoirun Ahmadi DKK mengemukakan bahwa ciri pembelajaran terpadu yakni:
1.     Pembelajaran berpusat pada anak (student centered),
2.    proses pembelajaran yang mengutamakan pemberian pengalaman langsung,
3.    pemisahan antar bidan studi tiak terlihat jelas.
4.    Menyajikan konsep dari berbagai bidang sudi dalam suatu proses pembelajaran.
5.    mempunyai sifat luwes
6.    memberikan hasil yang dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.[9]
Sejalan dengan itu Depdikbud mengemukakan beberapa ciri pembelajaran terpadu, yaitu Holistik, Bermakna, Otentik, aktif.[10]
a.      Holistik, suatu peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran terpadu dikaji dari beberapa bidang studi sekaligus untuk memahami suatu fenomena dari segala sisi.
b.     Bermakna, keterkaitan antara konsep-konsep lain akan menambah kebermaknaan konsep yang dipelajari dan diharapkan anak mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan masalah-masalah nyata di dalam kehidupannya.
c.      Otentik, siswa memahami secara lansung konsep dan prinsip yang mereka pelajari sehingga siswa memahami betul dari hasil belajarnya sendiri. apa yang dipelajari oleh siswa adalah suatu fakta, kenyataan, dan peristiwa, bukan merupakan informasi yang sifatnya abstrak dari guru. Informasi dan pengetahuan yang diperoleh sifatnya otentik.
d.     Aktif, pembelajaran terpadu dikembangkan melalui pendekatan diskoveri-inquiri. Peserta didik terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran yang secara tidak langsung dapat memotivasi anak untuk belajar.[11]

G. Waktu Pembelajaran Terpadu[12]
Waktu pembelajaran terpadu bisa bermacam-macam yaitu :
1.    pembelajaran terpadu yang dilaksanakan pada waktu tertentu, yaitu apabila materi yang dijalankan cocok sekali diajarkan secara terpadu;
2.    Pembelajaran terpadu bersifat temporer, tanpa kepastian waktu dan bersifat situasional, dimana pelaksanaannya tidak mengikuti jadwal yang teratur, pelaksanaan pembalajaran terpadu secara spontan memiliki karakteristik dengan kegiatan belajar sesuai kurikulum yang isinya masih terkotak-kotak berdasarkan mata pelajaran. Walaupun demikian guru tetap harus merencanakan keterkaitan konseptual atau antar pelajaran, dan model jaring laba-laba memungkinkan dilaksanakan dengan pembelajaran terpadu secara spontan (tim pengembang PGSD, 1996);
3.    Ada pula yang melaksanakan pembelajaran terpadu secara periodik, misalnya setiap akhir minggu, atau akhir catur wulan. Waktu-waktunya telah dirancang secara pasti;
4.    Ada pula yang melaksanakan pembelajaran terpadu sehari penuh. Selama satu hari tidak ada pembelajaran yang lain, yang ada siswa belajar dengan yang diinginkan. Siswa sibuk dengan urusannya masing-masing.
H.      Langkah-Langkah Pembelajaran Terpadu
Pada dasarnya langkah-langkah pembelajaran terpadu mengikuti tahap-tahap yang dilalui dalam setiap model pembelajaran yang meliputi tiga tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi.[13] Berkaitan dengan itu maka sintak model pembelajaran terpadu dapat di reduasikan dari berbagai model pembelajaran langsung (Direct Intruction), model pembelajaran kooperatif, maupun model pembelajaran berdasarka masalah (problem based intructions).
Dengan demikian sintaks pembelajaran terpadu dapat bersifat luwes dan fleksibel. Artinya bahwa, sintak dalam pembelajaran terpadu dapat diakomodasi dari berbagai model pembelajaran yang dikenal dengan istilah setting atau merekontruksi.
Sedangkan menurut Hadi Subroto dalam merancang pembelajaran terpadu sedikitnya empat hal yang perlu di perhatikan sebagai berikut: 1) menentukan Tujuan, 2) menentukan materi/media, 3) menyusun skenario KBM, 4) menentukan evaluasi.[14]
1.    Tahap perencanaan
a.    Menentukan jenis mata pelajaran dan jenis keterampilan yang dipadukan
b.   Memilih kajian materi, standar kompetensi, kompotensi dasar dan indikator
c.    Menentukan sub keterampilan yang di padukan
d.   Merumuskan indikator hasil belajar
e.    Menentukan langkah-langkah pembelajaran.
2.    Tahap Pelaksanaan
3.    Tahap Evaluasi

Sementara itu menurut Prabowo langkah-langkah pembelajaran terpadu yaitu:[15]
a.    Tahap perencanaaan
1)   Menetukan KD
2)   Menentukan indikator dan hasil belajar
b.   Langkah yang ditempuh guru
1)   Menyampaikan konsep pendukung yang harus di kuasai siswa
2)   Menyampaikan konsep-konsep pokok yang akan di kuasai siswa
3)   Menyampaikan keterampilan proses yang akan di kembangkan
4)   Menyampaikan alat dan bahan yang di butuhkan.
5)   Menyamapaikan pertannyaan kunci
c.    Tahap Pelaksanaan
1)   Pengelolaan kelas
2)   Kegiatan proses
3)   Kegiatan pencatatan data
4)   Diskusi
d.   Evaluasi
1)   Evaluasi proses
a)        Ketepatan hasil pengamatan
b)        Ketepatan penyusunan alat dan bahan
c)        Ketepatan menganalisa data
2)   Evaluasi hasil
Ø Penguasaan konsep-konsep sesuai indikator
3)   Evaluasi psikomotorik
Ø Penguasaan penggunaan alat ukur

I.         Berbagai Model Pembelajaran Terpadu
Ditinjau dari cara memadukan konsep, keterampilan, topik, dan unit tematisnya, menurut seorang ahli yang bernama Robin Fogarty (1991) terdapat sepuluh cara atau model dalam merencanakan pembelajaran terpadu. Kesepuluh cara atau model tersebut adalah: (1) fragmented, (2) connected, (3)nested, (4) sequenced, (5) shared, (6) webbed, (7) threaded, (8)  integrated, (9)  immersed, dan (10)  networked[16]. Secara singkat kesepuluh
Cara atau model tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.
1.  Model Penggalan (Fragmented)
Model  fragmented  ditandai oleh ciri pemaduan yang  hanya terbatas pada  satu mata pelajaran saja. Misalnya, dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, materi pembelajaran tentang menyimak, berbicara,  membaca, dan menulis dapat dipadukan dalam materi pembelajaran keterampilan berbahasa. Dalam proses pembelajarannya, butir -butir materi tersebut dilaksanakan secara terpisah-pisah pada jam yang berbeda-beda. Untuk membantu Anda memahami model ini, coba perhatikan gambar atau ilustrasi di bawah ini.



2.  Model Keterhubungan (Connected)
Model  connected  dilandasi oleh anggapan bahwa butir-butir pembelajaran dapat dipayungkan pada induk mata  pelajaran tertentu.  Butir-butir pembelajaran kosakata, struktur,  membaca dan mengarang misalnya, dapat dipayungkan pada  mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Penguasaan  butir-butir pembelajaran tersebut merupakan keutuhan dalam membentuk kemampuan berbahasa dan bersastra. Hanya saja pembentukan pemahaman, keterampilan dan pengalaman secara utuh tersebut tidak berlangsung secara otomatis. Karena itu, guru harus menata butir-butir pembelajaran dan proses pembelajarannya secara terpadu.  Untuk membantu Anda memahami model ini, coba perhatikan gambar atau ilustrasi di bawah ini
K



F
1
B


K

B

F



3.  Model Sarang (Nested)
Model  nested  merupakan pemaduan berbagai bentuk penguasaan konsep keterampilan melalui sebuah  kegiatan pembelajaran. Misalnya, pada satuan jam tertentu seorang guru memfokuskan kegiatan pembelajaran pada pemahaman tata bentuk kata, makna kata, dan  ungkapan dengan saran pembuahan keterampilan dalam mengembangkan daya imajinasi, daya berpikir logis, menentukan ciri bentuk dan makna kata-kata dalam puisi, membuat ungkapan dan menulis puisi. Pembelajaran berbagai bentuk penguasaan konsep dan keterampilan tersebut keseluruhannya tidak harus dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Keterampilan dalam mengembangkan daya imajinasi dan berpikir logis dalam hal ini disikapi sebagai bentuk keterampilan yang tergarap saat siswa memakai kata-kata, membuat ungkapan dan mengarang puisi.  Penanda terkuasainya keterampilan tersebut dalam hal ini ditunjukkan oleh kemampuan mereka dalam membuat ungkapan dan mengarang puisi.  Untuk membantu Anda memahami model ini, coba perhatikan gambar atau ilustrasi di atas.

4.  Model Urutan/Rangkaian (Sequenced)
Model sequenced  merupakan model pemaduan topik-topik antarmata pelajaran yang  berbeda secara paralel. Isi  cerita dalam roman sejarah misalnya, topik pembahasannya secara paralel atau dalam jam yang  sama dapat dipadukan dengan ikhwal sejarah perjuangan  bangsa, karakteristik kehidupan sosial masyarakat pada periode tertentu maupun topik yang menyangkut perubahan makna kata.  Topik-topik tersebut dapat dipadukan pembelajarannya pada alokasi jam yang sama.  Untuk membantu Anda memahami model ini, coba perhatikan gambar atau ilustrasi di atas.


5.  Model Bagian (Shared)
Model  shared  merupakan bentuk pemaduan pembelajaran akibat adanya “overlapping” konsep  atau ide pada dua mata pelajaran atau lebih. Butir-butir pembelajaran tentang kewarganegaraan dalam PPKN  misalnya, dapat bertumpang tindih dengan butir pembelajaran  dalam Tata Negara, PSPB, dan sebagainya.

6.  Model Jaring Laba-laba (Webbed
Selanjutnya, model yang paling populer adalah model  webbed. Model ini bertolak dari pendekatan tematis sebagai  pemadu bahan dan kegiatan pembelajaran. Dalam hubungan  ini tema dapat mengikat kegiatan pembelajaran baik dalam  mata pelajaran tertentu maupun lintas mata pelajaran.  Untuk membantu Anda memahami model ini, coba perhatikan gambar atau ilustrasi di bawah ini.

7.  Model Galur (Threaded)
Model  threaded  merupakan model pemaduan bentuk keterampilan misalnya, melakukan prediksi dan  estimasi dalam matematika, ramalan terhadap kejadian- kejadian, antisipasi terhadap cerita dalam novel, dan sebagainya. Bentuk  threaded  ini berfokus pada apa  yang diesbut  meta-curriculum. Untuk membantu Anda memahami model ini, coba perhatikan gambar atau ilustrasi di bawah ini.
8.  Model Keterpaduan (Integrated)
Model  integrated  merupakan pemaduan sejumlah  topik dari mata pelajaran yang berbeda, tetapi esensinya sama  dalam sebuah topik tertentu. Topik evide nsi yang semula  terdapat dalam mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, Pengetahuan Alam, dan Pengetahuan Sosial, agar tidak membuat muatan kurikulum berlebihan cukup diletakkan dalam mata pelajaran tertentu, misalnya Pengetahuan Alam. Contoh lain, dalam teks membaca yang merupakan bagian mata pelajaran Bahasa Indonesia, dapat dimasukkan butir pembelajaran yang dapat dihubungkan dengan Matematika, Pengetahuan Alam, dan sebagainya. Dalam hal ini diperlukan penataan area isi bacaan yang lengkap sehingga dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan berbagai butir pembelajaran dari berbagai mata pelajaran yang berbeda tersebut. Ditinjau dari penerapannya, model ini sangat baik dikembangkan di SD.  Untuk membantu Anda memahami model ini, coba perhatikan gambar atau ilustrasi di bawah ini.

9.  Model Celupan (Immersed)
Model  immersed  dirancang untuk membantu siswa dalam menyaring dan memadukan berbagai pengalaman dan pengetahuan dihubungkan dengan medan pemakaiannya. Dalam hal ini tukar pengalaman dan pemanfaatan pengalaman sangat diperlukan dalam  kegiatan pembelajaran. Untuk membantu Anda memahami model ini, coba perhatikan gambar atau ilustrasi di bawah ini.

10.  Model Jaringan (Networked)
Terakhir, model  networked  merupakan model  pemaduan pembelajaran  yang mengandaikan kemungkinan pengubahan konsepsi, bentuk pemecahan masalah,  maupun tuntutan bentuk keterampilan baru setelah siswa mengadakan studi lapangan dalam situasi, kondisi, maupun konteks yang berbeda-beda. Belajar disikapi sebagai proses yang ber langsung secara terus-menerus karena adanya hubungan timbal balik antara pemahaman dan kenyataan yang dihadapi siswa. Untuk membantu Anda memahami model ini, coba perhatikan gambar atau ilustrasi di bawah ini

J.    Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Terpadu
Pembelajaran terpadu memiliki kelebihan yaitu sebagai berikut:
Pengalaman dan kegiatan belajar peserta didik akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan anak.
1.    Kegiatan yang dipilih dapat disesuaikan dengan minat dan kebutuhan peserta didik.
2.    Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi peserta didik sehingga hasil belajar akan dapat bertahan lebih lama.
3.    Pembelajaran terpadu menumbuh kembangkan keterampilan berpikir dan sosial peserta didik.
4.    Pembelajaran terpadu menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis dengan permasalahan yang sering ditemui dalam kehidupan/lingkungan riil peserta didik.
5.    Jika pembelajaran terpadu dirancang bersama, dapat meningkatkan kerja sama antar guru bidang kajian terkait, guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik, peserta didik/guru dengan nara sumber; sehingga belajar lebih menyenangkan, belajar dalam situasi nyata, dan dalam konteks yang lebih bermakna.
Di samping ada kelebihan di atas, pembelajaran terpadu memiliki kelemahan, terutama dalam pelaksanaannya, yaitu pada perancangan dan pelaksanaan evaluasi yang lebih banyak menuntut guru untuk melakukan evaluasi proses, dan tidak hanya evaluasi dampak pembelajaran langsung saja. Puskur, Balitbang Diknas mengidentifikasi beberapa kelemahan pembelajaran terpadu antara lain dapat ditinjau dari beberapa aspek, yaitu sebagai berikut.
1. Aspek Guru
Guru harus berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi, keterampilan metodologis yang handal, rasa percaya diri yang tinggi dan berani mengemas dan mengembangkan materi. Secara akademik, guru dituntut untuk terus menggali informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan dan banyak membaca buku agar penguasaan bahan ajar tidak terfokus pada bidang kajian tertentu saja.
2. Aspek Peserta Didik
Pembelajaran terpadu memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet. Semua ini akan menunjang, memperkaya, dan mempermudah pengembangan wawasan. Bila sarana ini tidak dipenuhi, maka penerapan pembelajaran terpadu juga akan terlambat.
3. Aspek Kurikulum
Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman peserta didik (bukan pada pencapaian target penyampaian materi). Guru perlu diberi kewenangan dalam mengembangkan materi, metode, penilaian keberhasilan pembelajaran peserta didik.
4. Aspek Penilaian
Pembelajaran terpadu memerlukan cara penilaian yang menyeluruh (komprehensif), yaitu menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dari beberapa bidang kajian terkait yang dipadukan.
5. Aspek Suasana Pembelajaran
Pembelajaran terpadu berkecenderungan mengutamakan salah satu bidang kajian dan ‘tenggelam’nya bidang kajian lain. Dengan kata lain, pada saat mengerjakan sebuah tema, maka guru berkecenderungan menekankan atau mengutamakan substansi gabungan tersebut sesuai dengan pemahaman, selera, dan latar belakang pendidikan guru itu sendiri.

KESIMPULAN

Pembelajaran terpadu adalah pembelajaran yang menggabungkan kompetensi dasar yang saling berkaitan menjadi satu dan dijadikan sebagai sebuah materi atau tema dalam pembelajaran dan tidak memisah-misahkan mata pelajaran.
Pembelajaran terpadu dikembangkan dengan landasan pemikiran Progresifisme, Kontruktifisme, Developmentally Appropriate Practice (DAP), Landasan Normatif dan Landasan Praktis.
Prinsip-prinsip dalam pembelajaran terpadu yaitu meliputi : 1) prinsip penggalian tema, 2) prinsip pelaksanaan pembelajaran terpadu, 3) prinsip evaluasi dan 4) prinsip reaksi.
Depdikbud mengemukakan beberapa ciri pembelajaran terpadu, yaitu Holistik, Bermakna, Otentik, aktif.
Hadi Subroto dalam merancang pembelajaran terpadu sedikitnya empat hal yang perlu di perhatikan sebagai berikut: 1) menentukan Tujuan, 2) menentukan materi/media, 3) menyusun skenario KBM, 4) menentukan evaluasi.
Macam -macam model pembelajaran terpadu adalah: Model Penggalan (Fragmented), Model Keterhubungan (Connected), Model Sarang (Nested), Model Urutan/Rangkaian (Sequenced), Model Bagian (Shared), Model Galur (Threaded), Model Keterpaduan (Integrated), Model Celupan (Immersed), Model Jaringan (Networked),
Pembelajaran terpadu memiliki kelebihan yaitu: Kegiatan yang dipilih dapat disesuaikan dengan minat, kegiatan belajar lebih bermakna, menumbuh kembangkan keterampilan berpikir dan sosial peserta didik, menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis dengan permasalahan yang sering ditemui dalam kehidupan/lingkungan riil peserta didik. meningkatkan kerja sama antar guru bidang kajian terkait, guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik, peserta didik/guru dengan nara sumber; sehingga belajar lebih menyenangkan, belajar dalam situasi nyata, dan dalam konteks yang lebih bermakna.


DAFTAR PUSTAKA

DepdiknasPembelajaran Terpadu D-II PGSD dan S-2 Pendidikan Dasar. Jakarta: Depdiknas. 1996.

Khoiru, IIF Ahmadi. DKK., Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu. Jakarta: Prestasi Pustaka. 2011.

Robin Fogarty,How to Integrated the Curricula. Palatine, Ilinois: IRI/ Skylight Publishing, Inc swiminb.

Syaodih, Nana Sukmadinata. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2002.

Trianto. Model Pembelajaran  Terpadu dalam teori dan praktek. Jakarta: Prestasi Pusaka. 2007.

Uno, Hamzah B. Perencanaan pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2008.

Postingan terkait: