Tafsir Fi Zilal Al-Qur’an


    1.      Nama Penulis
Kitab Tafsir Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n dikarang oleh ulama’ besar yang bernama        Sayyid  ibn  Qut}b  Ibrahim Husain Syaz}illi.[1] Nama singkat beliau adalah Sayyid Qut}b

2.      Nama Kitab Tafsir
Kitab Tafsir yang dikarangnya Sayyid Qut}b diberi nama  Tafsir Fi> Z{ila>l  al-Qur’a>n

3.      Nama Kota Penerbit
Kitab Tafsir Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n diterbitkan di Beirut

4.      Nama Penerbit
Kitab Tafsir Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n diterbitkan oleh penerbit Da>r al-Shuru>q

5.      Jumlah Jilid Dan Halaman
Kitab Tafsir Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n terdiri dari 6 jilid. Adapun jumlah halaman dalam  setiap jilidnya adalah sebagai berikut:[2]
·                  Jilid 1 :
Halaman 1-611 Terdiri dari Surat Al-Fatihah- Jus 4 (al-Nisa>’ ayat    23)
Jilid 2 :
Halaman 615- 1170 Terdiri dari Juz 5 (Surat al-Nisa>’ ayat 24) sampai Juz 7 (Surat al-An’a>m ayat 111)
·                               Jilid 3 :
Halaman 1179- 1826 Terdiri dari Juz 8 (Surat al-An’a>m ayat 111) sampai Juz 11 ( Surat Yunus ayat 109)
·                   Jilid 4 :
Halaman 1839 – 2537 Terdiri dari Juz 12 (Surat Hud ayat 1) sampai Juz 18 (Surat al-Nu>r ayat 64)
·                                Jilid 5 : 
Halaman 2543- 3234 Terdiri dari Juz 19 (Surat al-Furqa>n ayat 1) sampai Juz 25 ( Surat al-Ja>thiyah ayat 37)
·                   Jilid 6 :
Halaman 3251- 4012 Terdiri dari Juz 26 (Surat al-ah}qa>f ayat 1) sampai Surat al-Na>ss ayat 6



6.      Riwayat Hidup Penulis
Al-Maqhfurulahu  al-‘Arif  billah  as-Syahid  Sayyid  Qutb  bin Ibrahim telah dilahirkan pada tanggal 9 Oktober tahun 1906 di Kampung Musyah, daerah Asyut, Egypt dalam  satu  keluarga  yang  kuat  mematuhi  ajaran  agama  dan  mempunyai kedudukan yang terhormat di kampung itu.
Ayah beliau bernama  Haji Qutb Ibrahim adalah seorang ulama’ yang sangat disehani oleh masyarakat. Ayah beliau adalah anggota Hizbu al-Wat}oni (partai Nasionalis) Beliau sangat peduli dengan kehidupan kaum fakir miskin. Setiap  tahun  beliau  merayakan peringatan hari besar Islam dengan kegiatan pengajian dan khataman  al-Quran  di  rumahnya  terutama  di  bulan  Ramadhan.  Ibunya  juga seorang yang bertaqwa dan sangat mencintai  al-Quran. Ketika khataman al-Quran  diadakan  di  rumahnya,  ia  mendengar  dengan  penuh  khusyu’, dengan  seluruh  perasaan  dan  jiwanya.  Pemandangan  ini  begitu  melekat dalam  ingatan  anaknya  Sayyid  Qutb  yang  masih  kecil  di  waktu  itu  dan menjadi kenangan yang manis dalam usia selanjutnya sehingga beliau pernah berangan-angan mempunyai suara yang merdu dan indah seperti para qari agar mampu membacakan al-Qur’an untuk diperdengarkan  kepada  ibunya  yang  menyintai al-Qur’an, tetapi beliau tidak sadar bahwa takdir ilahi tidak melahirkannya untuk  menjadi  seorang  qari  yang  bersuara  emas,  tetapi menjadi seorang muffasir yang agung di zamannya. Beliau  telah  menghafal  al-Qur’an  sejak  dalam  usianya  belum sepuluh tahun. Dengan begitu beliau telah merealisasikan cita-cita dan impian ayah dan ibu yang disayanginya.
Adapun latar belakang pendidikan agama Islam yang dianutnya  adalah sebagai berikut: beliau h}antam al-Qur’an sejak berusia 10 tahun, sayyid akan mengikuti pendapatnya. Pendidikan formal pertama yang dilaluinya adalah kuttab (sekolah agama) di desanya, dia segera pindah ke sekolah pemerintah dan lulus pada 1918M. Quthb pindah ke al-Hulwan (terletak di pinggirab anarki. Dia tinggal beserta namanya.[3]
Ayahnya dipanggil ke hadirat Yang Mahkuasa ketika ia sedang kuliah. Tak lama kemudian (1941), ibunya pun menyusul kepergian suaminya. Wafatnya dua orang yang dicintainya itu membuatnya merasa kesepian. Tetapi di sisi lain, keadaan ini justru memberikan pengaruh positif dalam karya tulis dan pikirannya.
Selama masa anak- anak dan remaja,  beliau  telah memperlihatkan  tanda- tanda   kecerdasan  yang  tinggi  dan  bakat-bakat yang  cemerlang  yang  menarik  perhatian  para  guru,  disamping  memperlihatkan  kegemaran  membaca,  keberanian mengemukakan  pertanyaan-pertanyaan  dan  mengeluarkan  pendapat-pendapat yang berdasarkan nas} al-Qur’an.
Beliau  sentiasa  mempelajari  al-Quran  sehingga  beliau  memasuki Perguruan Tinggi  Darul ‘Ulum sebuah perguruan tinggi Islam dan sastera Arab yang terkenal di seluruh dunia Islam, di mana kefahaman al-Qur’aniyah dan pemikiran  Islamiyah  beliau  semakin  subur  dan  terasah.  Setelah menamatkan  perguruan  tingginya,  beliau  mendedikasikan  diri  di  bidang pendidikan  dan  penulisan  sehingga  akhirnya  dipindah  ke  bahagian  Kementerian Pelajaran di Kairo
Pada tahun yang sama, sewaktu bekerja sebagau pengawas sekolah Departemen Pendidikan, ia mendapat tugas belajar ke Amerika Serikat untuk memperdalam pengetahuannya di bidang pendidikan selama dua tahun. Ia membagi waktu studinya anatara Wilson’s Teacher’s College di Washington, Greeley College di Colorado, dan Stanford University di California. Ia juga mengunjungi banyak kota besar di Amerika Serikat serta berkunjung ke Inggris, Swiss, dan Italia. Tidak seperti rekan-rekan seperjalannya, keberangkatan ke Amerika itu ternyata memeberikan modal yang besar pada dirinya dalam menumbuhkan kesadaran dan semangat Islami yang sebenrnya, terutama sesudah ia melihat bangsa Amerika berpesta pora atas meninggalnya al-Imam Hasan al-Banna pada awal tahun 1949.
Hasil studi dan pengalamnya selama di Amerika Serikat itu meluaskan wawasan pemikirannya mengenai problem-problem sosial kemasyarakatan yang di tumbuhi oleh pemahaman materealisme yang gersang akan paham ketuhanan. Ketika kembali ke Merir, ia semakin yakin bahwa Islamlah yang sanggup menyelamatkan manusia dari paham materalisme sehingga terlepas dari cengkraman materi yang ak pernah terpuaskan.
Ia kembali ke Mesir dan bergabung dengan kelompok pergerakan Ihkwanul Muslimin. Di sanalah Sayyid Qutb benar-benar mengaktualisasikan dirinya. Dengan kapasitas dan ilmunya, tak lama namanya meroket dalam pergerakan itu. Tapi pada tahun 1951, pemerintahan Mesir mengeluarkan larangan dan pembubaran ikhwanul muslimin.[4]
Saat itu Sayyid Qutb menjabat sebagai anggota panitia pelaksana program dan ketua lembaga dakwah. Selain dikenal sebagai tokoh pergerakan , Qutb juga dikenal sebagai seorang penulis dan kritikus sastra. Kalau di Indonesia semacam H.B. Jassin lah. Banyak karyanya yang telah dibukukan. Ia menulis tentang banyak hal, mulai dari sastra, politik sampai keagamaan.Empat tahun kemudian, tepatnya Juli 1954, Sayyid menjabat sebagai pemimpin redaksi harian Ikhwanul Muslimin. Tapi harian tersebut tak berumur lama, hanya dua bulan tajam karena dilarang beredar oleh pemerintah. Tak lain dan tak bukan sebabnya adalah sikap keras, pemimpin redaksi, Sayyid Qutb yang mengkritik keras Presiden Mesir kala itu, Kolonel Gamal Abdel Naseer. Saat itu Sayyid Qutb mengkritik perjanjian yang disepakati antara pemerintahan Mesir dan negara Inggris. Tepatnya 7 Juli 1954. Sejak saat itu, kekejaman penguasa bertubi-tubi diterimanya. Setelah melalui proses yang panjang dan rekayasa, Mei 1955, Sayyid Qutb ditahan dan dipenjara dengan alasan hendak menggulingkan pemerintahan yang sah. Tiga bulan kemudian, hukuman yang lebih berat diterimanya, yakni harus bekerja paksa di kamp-kamp penampungan selama 15 tahun lamanya. Berpindah-pindah penjara, begitulah yang diterima Sayyid Qutb dari pemerintahnya kala itu.[5]
Hal itu terus di alaminya sampai pertengahan 1964, saat presiden Irak kala itu melawat ke Mesir. Abdul Salam Arief, sang presiden Irak, memminta pada pemerintahan Mesir untuk membebaskan Sayyid Qutb tanpa tuntutan. Tapi ternyata kehidupan bebas tanpa dinding pembatas tak lama dinikmatinya. Setahun kemudian, pemerintah kembali menahannya tanpa alasan yang jelas. Kali ini justru lebih pedih lagi, Sayyid Qutb tak hanya sendiri. Tiga saudaranya dipaksa ikut serta dalam penahanan ini. Muhammad Qutb, Hamidah dan Aminah, serta 20.000 rakyat Mesir lainnya. Alasannya seperti semua, menuduh Ikhwanul Muslimin membuat gerakan yang berusaha menggulingkan dan membunuh Presiden Naseer. Ternyata, berjuang dan menjadi orang baik butuh pengorbanan. Tak semua niat baik dapat diterima dengan lapang dada. Hukuman yang diterima kali ini pun lebih berat dari semua hukuman yang pernah diterima Sayyid Qutb sebelumnya. Ia dan dua kawan seperjuangannya dijatuhi hukuman mati.
Hari Senin, Tanggal 13 Jamadil Awal 1386 bersamaan 29 Agustus 1966, beliau dijatuhi hukuman gantung setelah dinyatakan  bersalah oleh "Mahkamah Tentera" yang telah didirikan  oleh kerajaan revolusi di zaman itu. Mahkamah ini mempunyai sejarah pengadilan yang hitam dan banyak mengorbankan orang- orang yang tak berdosa. Hukuman gantung tetap dilaksanakan secara mendadak ke atas beliau tanpa menghiraukan bantahan dunia Islam dan menolak secara tidak sopan telegram rayuan peribadi dari Raja Saudi Almarhum Faisal Ibn Abdul Aziz di mana baginda merayu supaya beliau dibebaskan dari hukuman gantung dan baginda bersedia memberi apa pun yang dituntut oleh kerajaan Mesir.[6]

7.      Kitab Yang Dikarang Sayyid Qutb
Sayyid  ibn  Qut}b  Ibrahim tidak hanya menulis kitab Tafsir Fi> D{ila>l al-Qur’a>n, tetapi beliau telah menghasilkan karya- karya yang lain. Diantara kitab karangan beliau adalah:[7]
·                at-Taswir al-Fanni fil-Qur’an (cerita Keindahan dalam Al-Qur’an)
·                 Musyaahidat al-Qiyamah fil-Qur’an (hari kebangkitan dalam Al-Qur’an).
·                Pada tahun 1948, ia menerbitkan karya monumentalnya: al-’Adaalah al-Ijtimaa’iyah fil-islam (keadilan Sosial dalam Islam),
·                kemudian disusul Fi Zhilaalil-Qur’an (Di bawah Naungan Al-Qur’an) yang di selesaikannya di dalam penjara.
·                as-Salaam al-’Alami wal-Islam (Perdamaian Internasional dan Islam) yang di terbitkan tahun 1951,
·                an-Naqd al-Adabii Usuuluhu wa Maanaahijuhuu (Kritik Sastra, Prinsip Dasar, dan Metode-Metode),
·                Ma’rakah al-Islaam war-Ra’simaliyah (Perbenturan Islam dan Kaptalisme) yang di ternitkan tahun 1951,
·                Fit-Tariikh, Fikrah wa Manaahij (Teori dan Metode dalam Sejarah),
·                al-Mustaqbal li Haadzad-Diin (Masa Depan Berada di Tangan Agama Ini),
·                Nahw Mujtnama’ (Perwujudan Masyarakat Islam),
·                Ma’rakatuna ma’al_yahuud (Perbenturan Kita Dengan Yahudi),
·                 al-Islam wa Musykilah al-Hadaarah (Islam dan Problem-Problem Kebudayaan) terbit tahun 1960,
·                Hadza ad-Diin (Inilah Agama) terbit tahun 1955,
·                dan Khashais at-Tashawwur al-Islami wa Muqawwamatahu (Ciri dan Nilai Visi Islam) yang terbit tahun 1960.
·                Ma’aalim fith-Thariq (petunjuk Jalan) yang terit tahun 1964
·                Dan kitab lainnya.
8.      Analisis Terhadap Kitab Tafsir
Kitab Tafsir Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n karangan Sayyid Qut}b adalah karya sastra yang terasa asing bagi kehidupan manusia khususnya umat Islam di kala itu. Belum pernah ada penafsir yang menggunakan metode yang seperti itu sebelumnya. Beliau selalu memberikan prolog terhadap surat yang akan ditafsirinya sebagai pendahuluan atas surat tersebut. Dalam pendahuluan itu, beliau menjelaskan tema yang terkandung dalam ayat-ayat pada surat tersebut serta memberikan jawaban atas permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengannya. Kemudian beliau menjabarkan kata-perkata atau lafadz-perlafadz dalam surat tersebut. Sayyid Qut{b banyak menghindari pembahasan lafdz yang membahas hal- hal yang gelap. Beliau juga sangat menghindari kisah- kisah israiliyat. Struktur kata yang terdapat dalam Tafsir Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n ini belum ada dalam kitab tafsir sebelumnya.
Pemikiran Sayyid Qut}b dalam menafsirkan ayat- ayat al-Qur’an syarat akan pengaruh pergolakan politik dan social saat beliau hidup. Sayyid Quthb hidup di zaman penguasa-penguasa Islam yang amat zholim. Saking zholimnya, mereka memaksa umat ini hidup dengan sisitem jahiliyah yang mereka import dari Barat yang sangat bertentangan dengan al-Qur’an. Sehingga sangat sulit membedakan antara yang haq dan yang bathil
Tafsir Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n adalah kiatb tafsir yang ditulis oleh beliau ketika sedang menjalani hukuman di balik penjara akaibat pertentangannya dengan rezim yang berkuasa pada saat itu. Pada saat terjadinya pertentangan antara gerakan ikhwan al-Muslimin dengan rezim Gamal abdul al-Nasir yang berkuasa, sayyid Qut}b diajukan ke pengadilan sehingga beliau mendapat hukuman penjara 15 tahun.[8] Namun kitab tafsir inipun yang membuat beliau dibebaskan dari penjara setelah kitab beliau dibawa oleh pimpinan Iraq yang saat itu berkunjung ke Mesir dan meminta presiden Mesir Gamal Abdul al-Nasir untuk membebaskan sayyid Qut}b. meskipun pada akhirnya beliau dijebloskan ke penjara lagi akibat dakwahnya, hingga beliau mendapat eksekusi mati di tahun 1966.[9]
Menurut Manna’ Khalil al-Qat}t}a>n, Tafsir Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n adalah tafsir  yang berisi petunjuk kehidupan yang lengkap di bawah sinar al-Qur’an dan petunjuk Islam. Umat Islam dianggap oleh sayyid Qut}b sedang berada di bawah kesengsaraan yang disebabkan berbagai faham dan aliran yang merusak, serta disebabkan pula oleh pertarungan dan pertumpahan darah yang tiada henti.[10]
Fi Zilal Quran bermaksud "In the Shade of Quran" atau "Di bawah bayangan Al Quran". uniknya tafsir ini beliau  ditulis dengan tinta derita sengsara yang begitu pahit akibat penindasan dan permainan politik yang zalim di zaman itu (Presiden Jamal Abdul Nasir memerintah). beliau telah menghadapi penyeksaan fisik yang kejam hingga membuatkan seluruh fikiran, tenaga dan energi beliau tertumpu hanya pada Allah S.W.T dan kepada penghayatan al-Quran. di mana beliau hidup di bawah bayangan al-Quran dengan seluruh jiwanya sebagai seorang pendakwah.
Tafsir ini juga berbeda dari tafsir-tafsir yang lain kerana beliau menggunakan satu methode pentafsiran membersihkan pentafsiran Al Quran dari pembicaraan sampingan dan selingan yang tidak disarankan oleh nas-nas al-Quran. oleh itu, beliau menjauhkan tafsirnya dari perbahasan mengenai bahasa ,ilmu kalam dan ilmu fiqh. Beliau telah menulis tafsir ini sebanyak 2 kali yaitu yang pertama ia menulis dengan tinta seorang alim, dan kali kedua dia menulis dengan darah syuhada'.

9.      Madzhab Dari Penafsir Dan Penafsirannya
Sayyid Qut}b adalah pembaharu dalam islam, beliau aktiv dalam organisasi ikhwan al-Muslimin yang peduli dengan masalah kenegaraan, sehingga seringkali progamnya berlawanan/ sengaja menentang rezim yang berkuasa di Mesir. Perlawanan beliau karena penguasa sangat d}alim dan sangat memuja peradaban barat yang sudah berlawanan dengan nilai-nilai ketauhidan. Hingga pada ahirnya, beliau dijebloskan ke penjara. Dalam penjara beliau mengarang kitab tafsir ini kurang lebih selama 8 tahun lamanya. Corak penafsirannya banyak terpengaruh oleh keadaan perpolitikan dan social masyarakat yang sudah sangat carut marut, mirip dengan keadaan di masa jahiliyyah.

10.  Metode Kitab Tafsir
Tafsir Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n adalah kitab tafsir yang ditulis dengan menggunakan metode Tahli>li.  Metode Tahli>li atau yang lebih dikenal dengan metode analitis  adalah metode manafsirkan ayat- ayat al-Qur’an dengan memaparkan segala aspek yang terkandung di dalam ayat-ayat yang ditafsirinya serta menerangkan makna- makana yang tercakup di dalamnya sesuai dengan keahlian dan kecenderungan mufassir.[11]
Bukti bahwa Tafsir Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n menggunakan metode Tahli>ly adalah:
1)      penafsiran ayat disampaikan sesuai urutan ayat al-Qur’an dimulai dari surat al-Fa>tihah ayat pertama sampai surat al-Na>s ayat terakhir.
2)      Penafsiran ayat tidak dikelompokkan menurut tema tertentu sebagaimana metode Maudlu’I dan tidak pula membandingkan berbagai pendapat ulama’ tentang ayat yang ditafsirinya sebagaimana metode Muqa>ran serta tidak menjelaskan secara global ayat yang ditafsiri sebagaimana metode Ijma>li.
3)      Penjelasan dalam tiap ayat sangat lebar dan luas, tidak hanya makna yang tersurat saja, makna tersiratpun kadangkala dibahas sesuai dengan latar belakang keilmuan penafsir. Misal dalam menafsirkan surat al-Fa>tih}ah ayat 6 yang berbunyi:
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (6 [الفاتحة
         “Tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus” jalan yang lurus ditafsiri sebagai jalan yang penuh kejujuran, jalan yang selalu diberi hidayah dari Allah, jalan yang terpeliharanya rahmat dari Allah SWT. Kemudian Sayyid Qut}b menjelaskan macam- macam hidayah dan kegunaan hidayah bagi kehidupan seseorang.
4)       Salah satu ciri metode Tahli>ly adalah penafsir menjelaskan kaitan ayat dengan ayat yang lain baik sebelum mapun sesudahnya (muna>sabah)[12], terlihat dari setiap ahir penjelasan ayat, sayyid Qut}b menjelaskan maksud dari ayat sesudahnya. Misal dalam akhir penjelasan ayat ke-6 surat al-Fa>tihah tertulis: Ayat  yang berikut menjelaskan sifat jalan yang lurus itu.

11.  Asas Penafsiran
Adapun asas penafsiran yang digunakan oleh Sayyid Qut}b dalam Tafsir Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n adalah menggabungkan corak tafsir bi al-Ma’thur dan bi al-Ra’yi. Tafsir bi al-Ma’thur adalah menafsirkan ayat al-Qur’an dengan nas} baik nas} al-Qur’an maupun hadith nabi Muhammad SAW.[13] Dan Tafsir bi al-Ra’yi adalh penafsiran al-Qur’an yang bertitik tolak dari ijtihadnya penafsir sendiri yang berdasarkan pada dasar-dasar yang sahih dan kaidah yang tepat.[14]
Contoh penafsiran surat al-Fa>tih}ah ayat ke-5, bi al-Ra’yi terlihat dari dijabarkannya aqidah-aqidah pokok sebagai penghambaan seseorang kepada Allah SWT sebagai pencipta manusia itu sendiri, dan bukan kepada peraturan-peraturan dan undang-undang yang notabene adalah ciptaan manusia, serta bukan pula kepada tokoh-tokoh yang kadang dhalim kepada Penciptanya, dan bukan kepada dongeng-dongeng atau aliran-aliran yang kian carut marut.
Dalam ayat yang sama, bi al-Ma’thur terlihat dari dicantumkannya lafadz Surat al-Baqarah ayat 249 dan Surat al-Jathiah ayat 13 sebagai korelasi penafsiran Surat al-Ba>qarah ayat 5.

12.   Komentar Pribadi
Kitab Tafsir Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n karya besar Sayyid Qut}b adalah buku tafsir ini memiliki hujjah yang kuat. Selain itu, bahasanya yang indah begitu menyentuh hati dan menggelorakan semangat jiwa untuk mengamalkan ajaran-ajaran Islam sekaligus memperjuangkannya. Kiatb tafsir ini merupakan karya masa Modern bukan ditulis pada berabad-abad yang lampau, atau dikenal dengan kitab kontemporer sehingga isinya benar-benar actual dan masih relevan dengan perkembangan zaman dewasa ini.
Adapun beberapa kelebihan dari kitab Tafsir Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n adalah:
1.      Berdasarkan dalil naqli, yaitu disandarkan pada al-Qur’an dan al-Sunnah dan riwayat-riwayat yang lain. Kaidah penafsiran bebas dari pembahasan kebahasaan, ilmu kalam dan ilmu fiqh yang banyak sekali perdebatan di kalangan ulama’ tentang hal tersebut. Kaidah penafsirannya juga sanagat menghindari cerita-cerita israiliyat sebagaimana yang lumrah digunakan oleh penafsir yang lain.
2.      Penafsirannya jelas dan terpadu. Dalam kitab Tafsir Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n ayat al-Qur’an dijelaskan dengan penjelasan yang detail, dan tersusun dengan padu padan yang baik. Artinya ayat yang satu pastilah tafsirannya terkait dengan ayat yang lain baik dengan ayat sebelumnya maupun ayat yang sesudahnya.
3.      Penggunaan bahasa dalam kitab Tafsir Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n sangat indah syarat makna sehingga siapaun yang membaca kan terpesona.

   Daftar Pustaka

Al-Qat}t}a>n, Manna’ Khalil.  Maba>h}ith fi> ‘Ulu>mi al-Qur’a>n.Mesir: Masyu>rat al-‘Isyri  al-Hadith, 1973.
Al-Rumi, Fahd bin Abd. Rahman. ‘Ulu>mu al-Qur’an: Studi Kompleksitas al-Qur’an. Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1997.Al-S}abuni,  Muhammad Aly. Pengantar Study al-Qur’an (al-Tibya>n fi> ‘Ulu>mi al-Qur’a>n. Bandung: PT. al-Ma’arif, 1996.  cet. 4.
Baidan, Nashruddin.  Metode Penafsiran al-Qur’an. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2002) cet.1.
Esposito, Jhon L. Ensiklopedi Dunia Islam Modern. Bandung: Mizan, 2001. Jilid V.
Hasan, Ilyas. Para Perintis Zaman Baru Islam. Bandung: Mizan, 1996. cet. 2.
Qut}b, Sayyid. Tafsir Fi> D{ila>l al-Qur’a>n. Da>r al-Shuruq, 2012.
Syaefuddin, Didin.  Biografi intelektual 17 Tokoh. Jakarta: Grasindo, 2003.

al-Qat           


Postingan terkait: