Tes Obyektif Assesmen Pembelajaran




PENDAHULUAN

Tes berasal dari kata “testum” dari bahasa Perancis yang berarti piring untuk menyisihkan logam mulia dari material lain seperti pasir, batu, tanah, dan sebagainya. Istilah itu kemudian diadopsi dalam psikologi dan pendidikan untuk menjelaskan sebuah alat yang digunakan untuk melihat anak-anak yang merupakan “logam mulia” di antara anak yang lain.
Tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensia, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
Dengan demikian, tes merupakan prosedur sistematis. Butir-butir tes disusun menurut cara dan aturan tertentu, prosedur administrasi dan pemberian angka (scoring) harus jelas dan spesifik, dan setiap orang yang mengambil tes harus mendapat butir-butir yang sama dan dalam kondisi yang sebanding. Tes berisi sampel perilaku. Populasi butir tes yang bisa dibuat dari suatu materi tidak terhingga jumlahnya. Keseluruhan butir itu mustahil dapat seluruhnya tercakup dalam tes. Kelayakan tes lebih tergantung kepada sejauh mana butir-butir di dalam tes mewakili secara representatif kawasan (domain) perilaku yang diukur. Butir-butir tes menghendaki subjek agar menunjukkan apa yang diketahui atau apa yang dipelajari subjek dengan cara menjawab butir-butir atau mengerjakan tugas yang dikehendaki oleh tes. Respon subjek atas tes merupakan perilaku yang ingin diketahui dari penyelenggaraan tes.
Di dalam kelas, tes merupakan salah satu alat evaluasi untuk menggali informasi tentang sejauhmana penguasaan anak terhadap suatu materi (mastering test). Tes diadministrasikan untuk mengetahui performansi maksimum. Tes hasil belajar adalah suatu prosedur sistematik untuk mengetahui jumlah bahan yang dipelajari oleh seorang siswa
Jadi, tes berfungsi sebagai “alat timbang” untuk mengetahui “bobot” kemampuan yang dimiliki anak.Tes dapat dikelompokkan dalam beberapa kategori. Berdasarkan bentuk pertanyaannya, tes dapat berbentuk objektif dan esai.

PEMBAHASAN
A.      Pengertian Tes Obyektif
Tes obyektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara obyektif hal ini memang dimaksud untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari bentuk tes esai. Sebagaimana nama yang digunakannya, soal objektif adalah soal yang tingkat kebenarannya objektif. Oleh karenanya, tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif
Dalam penggunaan tes obyektif  ini jumlah soal yang diajukan jauh lebih banyak dari pada tes esai. Kadang-kadang untuk tes yang berlangsung selama 60 menit dapat deberikan 30-40 buah soal[1]
B.       Kebaikan Tes Obyektif
1.    Mengandung lebih banyak segi-segi yang positif, misalnya lebih representativ mewakili isi dan bahan, lebih obyektif, dapat dihindari campur tangannya unsure-unsur subyektif baik dari segi siswa maupun segi guru yang memeriksa.
2.    Lebih mudah dan cepat cara memeriksanya karena dapat menggunakan kunxi tes bahkan alat-alat hasil teknologi.
3.    Pemeriksaan dapat diserahkan orang lain.
4.    Dalam pemeriksaan tidak ada unsur subyektif yang mempengaruhi.[2]

C.      Kelemahan Tes Obyektif
1.    Persiapan untuk menyusun jauh lebuh sulit dari pada tes esai karena bentuk soalnya banyak dan harus teliti untuk menghindari kelemahan-kelemahan yang lain.
2.    Soal-soal cenderung merupakan untuk mengungkap ingatan dan daya pengenalan kembali saja, dan sukar untuk mengukur proses mental yang tinggi.
3.    Banyak kesempatan untuk maen untung-untungan.
4.    Kerja sama antar siswa pada waktu mengerjakan soal lebih terbuka.[3]
Tes obyektif dapat berbentuk jawaban singkat, benarsalah, menjodohkan dan pilihan ganda dengan berbagai variasi: biasa, hubungan antar hal, kompleks, analisis kasus, grafik dan gambar tabel.

D.      Cara Mengatasi Kelemahan Tes Obyektif
a)    Kesulitan menyusun tes obyektif dapat diatasi dengan jalan banyak berlatih terus menerus hingga betul-betul mahir.
b)   Menggunakan tabel spesifikasi untuk mengatasi kelemahan nomor satu dan dua.
c)    Menggunakan norma (Standart) penilaian yang memperhitungkan faktor tebakan (Quessing) yang bersifat spekulatif tersebut.

E.       Macam-macam Tes Obyektif

1)      Bentuk Tes Benar Salah (True-False Test)
Tes benar salah adalah bentuk tes yang mengajukan beberapa pernyataan yang bernilai benar atau salah. Biasanya ada dua pilihan jawaban yaitu huruf B yang berarti pernyataan tersebut benar dan S yang berarti pernyataan tersebut salah. Tugas peserta tes adalah menentukan apakah pernyataan tersebut benar atau salah.[4]


Contoh :
B S : Ibukota Peru berjumlah lima buah.
B S : Manado adalah Ibukota propinsi Sulawesi Utara
B S : Menunaikan ibadah haji merupakan rukun islam yang kelima

Kelebihan Tes Benar Salah:
Ø  Dapat mencakup bahan yang luas dan tidak memakan tempat yang banyak
Ø  Mudah dalam penyusunannya
Ø  Petunjuk mengerjakannya mudah dimengerti
Ø  Dapat digunakan berkali-kali
Ø  Objektif
Ø  Praktis
Kelemahan Tes Benar Salah:
Ø  Mudah ditebak
Ø  Banyak masalah yang tidak dapat dinyatakan hanya dengan kemungkinan benar atau salah
Ø  Reliabilitasnya rendah.
Ø  Hanya dapat mengungkapkan daya ingat dan pengenalan kembali

2)      Bentuk Pilihan Ganda (Multiple Choice Test)
Tes pilihan ganda merupakan tes yang menggunakan pengertian/ pernyataan yang belum lengkap dan untuk melengkapinya maka kita harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban benar yang telah disiapkan.[5]

Apabila dilihat konstruksinya maka tes pilihan ganda terdiri dari dua hal pokok yaitu stem atau pokok soal dengan 4 atau 5 alternatif jawaban. Satu di antara alternatif jawaban tersebut adalah kunci jawaban. Alternatif jawaban selain kunci disebut dengan pengecoh (distractor). Semakin banyak alternatif jawaban yang ada (misalnya 5) maka probabilitas menebaknya akan semakin kecil.
Contoh :
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat dengan memubuhkan tanda silang (X) pada huruf A,B,C,D atau E.
Pada saat manakah bacaan talbiyah dibaca oleh para jama’ah haji?[6]
a.         Sa’i
b.         Wukuf
c.         Thawaf
d.        Berangkat ke arofah
e.         Ihram                                                                                (Kunci : A)

Namun ada beberapa model tes multiple choice diantaranya :
a.       Model melengkapi lima pilihan
b.      Model asosiasi dengan lima /empat pilihan
c.       Model melengkapi berganda
d.      Model analisis hubungan antar hal
e.       Model analisis kasus
f.       Model Hal kecuali
g.      Model hubungan dinamik
h.      Model Pemakaian diagram, grafik, peta atau gambar.


3)          Menjodohkan (Matching Test)
Menjodohkan terdiri atas satu sisi pertanyaan dan satu sisi jawaban, setiap pertanyaan mempunyai jawaban pada sisi sebelahnya. Siswa ditugaskan untuk memasangkan atau mencocokkan,
Contohnya :
soal
jawaban
1.      shalat sunnah yang dilaksanakan untuk di turunkan hujan……C……      
2.      shalat sunnah yang dilaksanakan pada bulan malam hari di bulan ramadhan
a.       Tarawih
b.      Rawatib
c.       Istisqa’

Kelebihan Menjodohkan (Matching Test)
-          Dipergunakan untuk menilai bermacam-macam hal, misalnya: problem atau masalah dan penyelesaiannya, sebab akibat, istilah dan definisinya, dsb.
-          Relatif mudah disusun.
-          Jika disusun dengan baik, maka faktor menerka-nerka dapat dihilangkan.
-          Dapat dinilai dengan mudah, cepat dan objektif.

Kelemahan    Menjodohkan (Matching Test)
-          Sukar menyusun test jenis ini yang benar-benar baik.
-          Untuk menilai ingatan saja.
-          Pengarahan jawaban sering terjadi
-          Memakan banyak waktu dan tenaga untuk menyusunnya.[7]
4)          Tes Melengkapi (Complementary Test)
Tes isian terdiri dari kalimat yang dihilangkan (diberi titik-titik). Bagian yang dihilangkan ini yang diisi oleh peserta tes merupakan pengertian yang diminta agar pernyataan yang dibuat menjadi pernyataan yang benar.
            Contoh:
1. Yang merupakan nama asli dari Sultan Hamengkubuwono X adalah …..
2. Para filsuf zaman modern menegaskan bahwa pengetahuan tidak berasal dari
3. Lembaga keilmuan terkenal di masa kejayaan Khalifah al-Ma’mun bernama,,,,,,,,,,,,
4. Buku al-Syifa’ adalah merupakan ensiklopedia tentang,,,,,,,,,,,,,,,,
5)      Tes Obyektif Bentuk Isian (Fill in Test)
Tes obyektif dalam bentuk isian dan biasanya berbentuk cerita atau karangan. Kata-kata penting dalam cerita atau karangan beberapa diantaranya dikosongkan, sedangkan tugas testee mengisi bagian yang dikosongkan.[8]
Contoh :
Petunjuk : isilah titik-titik berikut ini dengan jawaban yang tepat!
Pengertian pendidikan islam menurut zakiyah darajat………………..1); selanjutnya zakiyah darajat merumnuskan tujuan pendidikan islam, yaitu…………..2).dst.
Keunggulan : Dengan menggunakan tes obyektif bentuk fill in maka masalah yang diujikan tertuang secara keseluruhan dalam konteksnya, butir-butir item tes ini berguna untuk mengungkap pengetahuan testee secara bulat/utuh mengenai suatu bidang, cara penyusunan item mudah.
Kelemahan :    Cenderung lebih banyak mengungkap aspek pengetahuan atau pengenalan saja, karena tes tertuang dalam rangkaian cerita maka banyak memakan tempat, kurang komprehensif sebab hanya dapat mengungkap sebagian saja dari bahan yang seharusnya diteskan, terbuka peluang bagi testee untuk bermain tebak terka.

KESIMPULAN
Tes berfungsi sebagai “alat timbang” untuk mengetahui “bobot” kemampuan yang dimiliki anak.Tes dapat dikelompokkan dalam beberapa kategori. Berdasarkan bentuk pertanyaannya, tes dapat berbentuk objektif dan esai.
Tes obyektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara obyektif hal ini memang dimaksud untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari bentuk tes esai. Sebagaimana nama yang digunakannya, soal objektif adalah soal yang tingkat kebenarannya objektif. Oleh karenanya, tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif
Dari berbagai kelemahan dalam menggunakan tes obyektif dapat di atasi dengan tiga cara :
d)   Kesulitan menyusun tes obyektif dapat diatasi dengan jalan banyak berlatih terus menerus hingga betul-betul mahir.
e)    Menggunakan tabel spesifikasi untuk mengatasi kelemahan nomor satu dan dua.
f)    Menggunakan norma (Standart) penilaian yang memperhitungkan faktor tebakan (Quessing) yang bersifat spekulatif tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Hamalik Oemar Tehnik Pengukuran Dan Evaluasi Pendidikan,Bandung, Mandar Maju : 2001
Sujono Anas Pengantar Evaluasi Pendidikan Yogyakarta, PT raja Grafindo Persada : 2012
Arikunto S. Dasar - Dasar Evaluasi Pendidikan Yokyakarta. Bumi Aksara : 2006
Sulistyorini Evaluasi Pendidikan Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Teras. Yogyakarta : 2009
Syamsuri Pendidikan Agama Islam Untuk SMA, Jakarta, Erlangga : 2007



Postingan terkait: