Pembelajaran Langsung (Direct Intruction)



       A.    PENDAHULUAN
Dalam implementasi kurikulum, model, pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, karena suatu model tertentu yang digunakan dalam implementasikan kurikulum membawa implikasi terhadap penggunaan pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran tertentu pula.
Salah satu komponen penting dalam kurikulum  pembelajaran adalah model pembelajaran. Karena melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik  mendapatkan  informasi,  ide,  keterampilan,  cara  berfikir,  dan mengekspresikan  ide.  Model  pembelajaran  berfungsi  pula  sebagai pedoman  bagi  para  perancang  pembelajaran  dan  para  guru  dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.
Menurut  Arends,  model pembelajaran  mengacu  pada  pendekatan  yang  akan  digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan  pembelajaran,  lingkungan  pembelajaran,  dan  pengelolaan kelas. Model pembelajaran berarti pula adalah pola yang menggambarkan urutan alur tahap-tahap keseluruhan yang pada umumnya disertai dengan serangkaian kegiatan pembelajaran. Pola urutan dari macam-macam model pengajaran memiliki komponen yang sama. Salah satu dari model pembelajaran adalah model pembelajaran langsung.[1]
Model pengajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah.
Kita sering mendengar atau membaca bahkan menggunakan istilah model pembelajaran langsung, akan tetapi dalam prakteknya, model pembelajaran yang digunakan tidak sesuai dengan teorinya. Hal ini dapat disebabkan karena kurang pahamnya guru dalam mempelajari model pembelajaran langsung. Untuk itulah dalam makalah ini akan dijelaskan tentang model pembelajaran langsung meliputi pengertian, unsur-unsur pembelajaran langsung, tahap-tahap pembelajaran langsung, kelebihan dan kekurangan pembelajaran langsung dan contoh aplikasi pembelajaran langsung

B.     PENGERTIAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG
Menurut Arend, Model pembelajaran langsung adalah Salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah.[2]  Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan sesuatu. Dan  pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan tentang sesuatu dapat berupa fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi.[3]
Ada beberapa istilah lain yang digunakan untuk menggambarkan model pembelajaran langsung diantaranya adalah active teaching (pengajaran aktiv) dengan tokohnya Good dan Grows (1983) yang melaksanakan progam Missouri Mathematics Effektiveness Study, dimana dalam studi ini 40 orang guru dibagi menjadi 2 kelompok. Salah satu kelompok mendapatkan latihan active teaching sementara kelompok lainnya terus mengajar seperti sebelumnya. Studi ini menemukan bahwa siswa dari kelompok pertama mendapatkan skor lebih tinggi dalam tes prestasi dan muridnya terlibat aktiv di kelas dibanding siswa murid kelompok kedua.[4] Disebut pembelajaran aktiv karena dalam model ini siswa diharapkan dan dituntut untuk aktiv dalam pembelajaran terutama pada fase latihan terbimbing dan latihan mandiri. Kemampuan siswa dalam fase ini menentukan keberhasilan hasil belajar siswa.
Model pembelajaran langsung juga disebut dengan Explicit Instruction. Model ini pertama kali diperkenalkan oleh Rosenshine dan Steven pada tahun 1986. Explicit instruction menekankan strategi demonstrasi oleh guru, strategi latihan terpadu, dan praktek mandiri atau penerapan strategi belajar. Explicit Instruction menurut Kardi dapat berbentuk “ceramah,  demonstrasi, pelatihan atau praktik, dan kerja kelompok ” Explicit Instruction”digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh guru kepada siswa.[5] Dalam model ini kejelasan intruksi guru kepada siswa sangat menentukan keberhasilan pembelajaran. Begitu pula keseriusan siswa dalam mendemonstrasikan materi turut andil mempengarui.
Termasuk model pembelajaran langsung adalah  Mastery teaching yaitu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.  Model ini merupakan  bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher centered approach).[6] Dikatakan demikian, sebab guru memegang peran yang sangat dominan. Melalui model ini guru menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur dengan harapan materi pelajaran yang disampaikan itu dapat dikuasai siswa dengan baik.
Seringkali penggunaan pengetahuan prosedural memerlukan penguasaan pengetahuan prasyarat yang berupa pengetahuan deklaratif. Para guru selalu menghendaki agar siswa-siswa memperoleh kedua macam pengetahuan tersebut, supaya mereka dapat melakukan suatu kegiatan dan melakukan segala sesuatu dengan berhasil.
Jadi, model pembelajaran Langsung (Direct Intruction) juga dikenal dengan Istilah lain yang sering dipergunakan ialah, ceramah, pengajaran aktif (active Teaching), mastery teaching, dan explicit instruction.[7] Dalam model Pengajaran langsung juga dikenal dengan sebutan whole Class Teaching ( pengajaran seluruh kelas), yaitu mengacu pada gaya mengajar dimana dimana guru terlibat aktiv mengusung isi pelajaran kepada muridnya dengan mengajarkan secara langsung kepada seluruh kelas.[8]

C.    LANDASAN TEORI PEMBELAJARAN LANGSUNG
Pemikiran mendasar dari model pembelajaran langsung adalah bahwa siswa belajar dengan mengamati secara selektif, mengingat dan menirukan tingkah laku guru. Atas dasar pemikiran tersebut hal penting yang harus diingat dalam menerapkan model pembelajaran langsung adalah menghindari penyampaian yang terlalu kompleks.
Diantara teori- teori belajar yang melandasi model pembelajaran Langsung adalah:
1.      Teori Perkembangan Jean Piaget
Menurut Jean Piaget kemampuan untuk bergaul dengan hal-hal yang lebih abstrak  diperlukan untuk mencernakan gagasan- gasan dalam  berbagai mata pelajaran akademik.[9] Piaget meyakini bahwa pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya perubbahan perkembanagn peserta didik.
Dalam pembelajaran langsung guru menjelaskan materi dan melakukan pelatihan terbimbing serta memberikan kesempatan siswa untuk mengadakan pelatihan mandiri sehingga siswa dapat menemukan pengalaman- pengalaman nyata tentang suatu materi tertentu.
2.      Teori Belajar Sosial Albert Bandura
Pemodelan merupakan konsep dasar dari teori belajar sosial yang digagas Albert Bandura. Menurut Bandura sbagian besar manusi belajar melalui pengamatan secara selektiv dan mengingat tingkah laku orang lain.[10]
Seorang belajar menurut Teori ini, dilakukan dengan mengamati tingkah laku orang lain ( model), hasil pengamatan itu kemudian dimantapkan dengan cara menghubungkan pengalaman baru dengan pengalaman sebelumnya atau mengulang-ulang kembali. Dengan jalan ini memberikan kesempatan kepada orang tersebut untuk mengekspresikan tingkah laku yang dipelajarinya. Dalam pembelajaran langsung pada fase kedua guru mendemonstrasikan pembelajaran sehingga siswa mendapat pengalaman pembelajaran yang benar dan pada fase kedua pengalaman yang telah diperoleh dipraktekkan siswa, meskipun tetap dalam pengawasan guru.

D.    TAHAP-TAHAP PEMBELAJARAN LANGSUNG
Salah satu karakteristik dari suatu model pembelajaran adalah adanya sintaks atau tahapan-tahapan pembelajaran yang harus diperhatikan guru. Adapun Tahapan atau sintaks model pembelajaran langsung menurut Bruce dan Weil (1996), sebagai berikut:[11]
Tahap Pertama : Orientation (Orientasi). Sebelum menyajikan dan menjelaskan materi baru, akan sangat menolong siswa jika guru memberikan kerangka pelajaran dan orientasi terhadap materi yang akan disampaikan. Bentuk-bentuk orientasi dapat berupa: (1) kegiatan pendahuluan untuk mengetahui pengetahuan yang relevan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa; (2) mendiskusikan atau menginformasikan tujuan pelajaran; (3) memberikan penjelasan/arahan mengenai kegiatan yang akan dilakukan; (4) menginformasikan materi/konsep yang akan digunakan dan kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajaran; dan(5) menginformasikan kerangka pelajaran.
Tahap Kedua: Presentation (Presentasi). Pada fase ini guru dapat menyajikan materi pelajaran baik berupa konsep-konsep maupun keterampilan. Penyajian materi dapat berupa: (1) penyajian materi dalam langkah-langkah kecil sehingga materi dapat dikuasai siswa dalam waktu relatif pendek;(2) pemberian contoh-contoh konsep; (3) pemodelan atau peragaan keterampilan dengan cara demonstrasi atau penjelasan langkah-langkah kerja terhadap tugas; dan (4) menjelaskan ulang hal-hal yang sulit.
Tahap Ketiga : Structured Practice (Latihan terstruktur). Pada fase ini guru memandu siswa untuk melakukan latihan-latihan. Peran guru yang penting dalam fase ini adalah memberikan umpan balik terhadap respon siswa dan memberikan penguatan terhadap respon siswa yang benar dan mengoreksi respon siswa yang salah.
Tahap keempat: Guided Practice (Latihan terbimbing). Pada fase ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih konsep atau keterampilan. Latihan terbimbing ini baik juga digunakan oleh guru untuk mengases/menilai kemampuan siswa untuk melakukan tugasnya. Pada fase ini peran guru adalah memonitor dan memberikan bimbingan jika diperlukan.
Tahap Kelima: Independent Practice (Latihan mandiri). Pada fase ini siswa melakukan kegiatan latihan secara mandiri, fase ini dapat dilalui siswa jika telah menguasai tahap-tahap pengerjaan tugas 85-90% dalam fase bimbingan latihan.
Sedangkan Borich mengemukakan sintak dalam pembelajaran langsung adalah sebagai berikut:[12]
1.      Reviu Harian
·         Pengecekan pekerjaan yang lalu
·         Pengarahan ulang
2.      Penyajian bahan baru
·         Memberi pandangan umum
·         Menjabarkan langkah khusus
3.      Membimbing kegiatan siswa
·         Memberikan penegasan
·         Memberikan umpan balik khusus
·         Mengecek pengertian
·         Melanjutkan kegiatan
4.      Memberikan koreksi dan umpan balik
·         Memberi koreksi
·         Memberi umpan balik
5.      Memberi latihan Bebas
6.      Reviuw Mingguan dan Bulanan
Sejalan dengan Hal tersebut di atas, Soeparman Kardi dan M. Nur mengelompokkan sintake dalam pembelajaran langsung ke dalam 5 Fase yaitu:[13]
Fase- Fase
Perilaku Guru
Fase 1
Menyampaikan Kompetensi dan Tujuan Pembelajaran serta mempersiapkan siswa
Guru menjelaskan kompetensi dan tujuan pembelajaran, informasi latar be;lakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar
Fase 2
Mendemonstrasikan pengetahuan/ keterampilan
Guru mendemonstraasikan pengetahuan / keterampilan yang benar atau menyajikan informasi tahap demi tahap
Fase 3
Membimbing Pelatihan
Guru merencanakan dan memberikan bimbingan pelatihan awal
Fase 4
Mengecek Pemahaman dan memberi Umpan Balik
Guru mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, serta memberikan umpan balik
Fase 5
Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan
Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan  dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih komplek dalam kehidupan sehari-hari
Penjelasan dari Tabel Fase dan peran guru dalam Pembelajaran Langsung di atas adalah:
a.         Fase 1 = Memberitahukan Tujuan dan menyiapkan siswa
Kegiatan ini dilakukan untuk menarik dan memusatkan perhatian siswa, serta memotivasi mereka untuk berperan serta dalam pelajaran. (1) kegiatan pendahuluan  untuk  mengetahui  pengetahuan  yang  relevan  dengan  pengetahuan yang  telah  dimiliki  siswa; (2) mendiskusikan  atau  menginformasikan  tujuan pelajaran;  (3)  memberikan  penjelasan/arahan  mengenai  kegiatan  yang  akan dilakukan;  (4)  menginformasikan  materi/konsep  yang  akan  digunakan  dan kegiatan  yang  akan  dilakukan  selama  pembelajaran;  dan(5)  menginformasikan kerangka pelajaran.
b.        Fase 2 = Presentasi dan Demonstrasi
Ada dua pengetahuan yang diberikan guru kepada siswa, Pertama, Pengetahuan Deklaratif yaitu guru mempresentasikan informasi kepada siswa, keberhasilannya terletak pada kemampuan guru dalam memberikan informasi dengan jelas dan spesifik kepada siswa.[14]
Kedua, Pengetahuan Prosedural yakni guru mendemonstrasikan suatu konsep atau keterampilan dengan berhasil. Dalam hal ini guru perlu sepenuhnya menguasai konsep atau keterampilan yang akan didemonstrasikan, dan berlatih melakukan demonstrasi untuk menguasai komponen-komponenya.[15]

c.         Fase 3 = menyediakan latihan terbimbing
Prinsip-prinsip yang digunakan sebagai acuan bagi guru dalam melakukan pelatihan terbimbing adalah:[16]
v Tugasi siswa melakukan latihan singkat, sederhana dan bermakna
v Berikan pelatihan sampai benar- benar menguasai konsep
v Guru harus pandai mengatur waktu selama pelatihan
v Perhatikan tahap-tahap awal pelatihan
d.        Fase 4 = Mengecek Pemahaman dan memberi Umpan balik
Pengecekan dan pemberian umpan balik dapat berupa pertanyaan kepada siswa dan siswa memberi jawaban. Kemudian guru merespon kembali jawaban siswa tersebut. Cara lain adalah dengan tes lisan maupun tertulis.
Agar umpan balik lebih efektif, ada beberapa hal yang patut dipertimbangkan, yaitu: [17]
v Berikan umpan balik sesegera mungkin setelah latihan
v Upayakan agar umpan balik jelas dan spesifik
v Konsentrasikan pada tingkah laku bukan maksud
v Jaga umpan balik sesuai dengan tingkat perkembangan siswa
v Berikan pujian pada hasil yang baik
v Jika umpan balik negative, tunjukkan bagaimana melakukan yang benar
v Bantu siswa memusatkan perhatian pada “proses” bukan “hasil”
v Ajari siswa cara memberikan umpan balik kepada diri sendiri dan bagaimana menilai keberhasilan kinerjanya.
e.         Fase 5 = memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan (mandiri) dan penerapannya
Latihan mandiri yang diberikan kepada siswa sebagai fase akhir pelajaran pengajaran langsung adalah pekerjaan rumah. Pekerjaan rumah dan latihan mandiri dapat digunakan untuk memperpanjang waktu belajar.[18]
Sebelum melaksanakan pembelajaran langsung guru perlu merencanakan proses pembelajaran. Adapun tugas-tugas perencanaan guru adalah :[19]
a.    Merumuskan Tujuan
Tujuan yang baik perlu berorientasi pada siswa yang spesifik, mengandung uraian yang jelas tentang situasi penilaian (kondisi evaluasi), dan mengandung tingkat ketercapaian kinerja yang diharapkan (kriteria keberhasilan).
b.    Memilih Isi
Bagi guru pemula yang masih dalam proses penguasaan sepenuhnya materi ajar, disarankan agar dalam memilih materi ajar mengacu pada kurikulum yang berlaku, dan buku ajar tertentu.[20]
c.    Melakukan Analisis Tugas
Analisis tugas ini adalah alat yang digunakan oleh guru untuk mengidentifikasi dengan presisi yang tinggi hakikat yang setepatnya dari suatu keterampilan atau butir pengetahuan yang terstruktur dengan baik, yang akan diajarkan oleh guru.
d.   Merencanakan Waktu dan Ruang
Ada dua hal yang harus diperhatikan oleh guru:
·         Memastikan bahwa waktu yang disediakan sepadan dengan bakat dan kemampuan siswa
·         Memotivasi siswa agar mereka tetap melakukan tugas-tugasnya dengan perhatian yang optimal.

E.     KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PEMBELAJARAN LANGSUNG
Menurut Sudrajat, model  explicit instruction  memiliki  kelebihan dan kelemahan. Kelebihan model explicit instruction :[21]
1.  Dengan model pembelajaran langsung, guru mengendalikan isi materi dan  urutan  informasi  yang  diterima  oleh  siswa  sehingga  dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa.
2.  Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil.
3.  Dapat digunakan untuk menekankan poin-poin penting atau kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi siswa sehingga hal-hal tersebut dapat diungkapkan.
4.  Dapat  menjadi  cara  yang  efektif  untuk  mengajarkan  informasi  dan pengetahuan faktual yang sangat terstruktur.
5.  Merupakan  cara  yang  paling  efektif  untuk  mengajarkan  konsep  dan keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi rendah.
6.  Dapat menjadi cara untuk menyampaikan informasi yang banyak dalam waktu yang relatif singkat yang dapat diakses secara setara oleh seluruh siswa.
7.  Memungkinkan  guru  untuk  menyampaikan  ketertarikan  pribadi mengenai mata pelajaran (melalui presentasi yang antusias) yang dapat merangsang ketertarikan dan dan antusiasme siswa.
Sedangkan kelemahan model Direct instruction :
1.  Model pembelajaran langsung bersandar pada kemampuan siswa untuk mengasimilasikan  informasi  melalui  kegiatan  mendengarkan, mengamati,  dan  mencatat.  Karena  tidak  semua  siswa  memiliki keterampilan dalam hal-hal tersebut, guru masih harus mengajarkannya kepada siswa.
2.  Dalam model pembelajaran langsung, sulit untuk mengatasi perbedaan dalam  hal  kemampuan,  pengetahuan  awal,  tingkat  pembelajaran  dan pemahaman, gaya belajar, atau ketertarikan siswa.
3.  Karena siswa hanya memiliki sedikit ksesempatan untuk terlibat secara aktif, sulit  bagi  siswa untuk  mengembangkan keterampilan sosial  dan interpersonal mereka.
4.  Karena  guru  memainkan  peran  pusat  dalam  model  ini,  kesuksesan strategi pembelajaran ini bergantung pada image guru. Jika guru tidak  tampak  siap,  berpengetahuan,  percaya  diri,  antusias,  dan  terstruktur, siswa dapat menjadi bosan, teralihkan perhatiannya, dan pembelajaran mereka akan terhambat.
5.  Terdapat beberapa bukti penelitian bahwa tingkat struktur dan kendali guru  yang  tinggi  dalam  kegiatan  pembelajaran,  yang  menjadi karakteristik  model  pembelajaran  langsung,  dapat  berdampak  negatif terhadap  kemampuan  penyelesaian  masalah,  kemandirian,  dan keingintahuan siswa.
Berdasarkan kutipan diatas, maka penggunaan  model  Direct  instruction dalam proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan tersktruktur dimana isi materi penuh disampaikan kepada anak didik dalam waktu yang relatif singkat dan  guru  yang  memiliki  persiapan  yang  matang  dalam  penyampaian  pelajaran dapat  menarik  perhatian  siswa.  Namun  tidak  dipungkiri  bahwa  model  Direct instruction  memiliki  kelemahan  yaitu  ruang  untuk  siswa  aktif  memang  terlalu sempit  yang  berdampak  tidak  mengembangkan  keterampilan  sosial  siswa. Walaupun  Direct  instruction  memiliki  kelemahan  tidak  mengembangkan keterampilan sosial  siswa tetapi  itu tidak menjadi  penghalang karena  guru akan berperan aktif dalam proses pengembangan diri setiap siswa untuk memperoleh hasil yang baik dengan menggunakan pembelajaran ini. 

F.     CONTOH APLIKASI PEMBELAJARAN LANGSUNG
Banyaknya  model  pembelajaran  yang  dikembangkan  para pakar tersebut tidaklah berarti semua pengajar menerapkan semuanya untuk  setiap  mata  pelajaran  karena  tidak  semua  model  cocok  untuk setiap  topik  atau  mata  pelajaran.  Ada  beberapa  hal  yang  perlu dipertimbangkan dalam memilih model pembelajaran, yaitu: 1) tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, sifat bahan/materi ajar, 2) Kondisi siswa, 3) Ketersediaan sarana-prasarana belajar.
Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam pembelajaran langsung:
1.      Menyampaikan tujuan danmempersiapkan siswa.
2.      Mendemontrasikan pengetahuan dan keterampilan.
3.      Membimbing pelatihan.
4.      Mengecek dan memberikan umpan balik.
5.      Memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan.
Berpijak pada penjelasan di atas, maka rumpun mata pelajaran yang sesuai untuk model pembelajaran langsung adalah MIPA (matematika, Fisika, Kimia). Sedangkan pada Mata Pelajaran Agama Islam, maka Materi yang cocok dengan pembelajaran langsung ini diantaranya:
§ Materi Sholat
§ Materi Taharah
§ Materi Wudlu dan Tayammum
§ Materi ibadah haji
§ Dan lain-lain
Contoh aplikasi Direct Teaching pada Pembelajaran Agama Islam materi Wudlu bagi siswa SD kelas 2
1.    Fase Pertama, guru menyampaikan tujuan pembelajaran agar siswa mampu menyebutkan tata cara berwudlu dan mempraktekkannya dengan benar. Pada tahap ini guru memberikan deskripsi tentang pengertian wudlu, syarat sah dan syarat wajib berwudlu, rukun dan sunnah wudlu serta hal-hal yang membatalkan wudlu.
2.    Fase Kedua, guru mendemonstrasikan cara berwudlu melalui tepuk wudlu dan praktek langsung
3.    Fase Ketiga, guru membimbing dalam pelatihan berwudlu dengan memberikan instruksi bertahap. Siswa mempraktekkan gerakan wudlu secara bersama- sama, tahap demi tahap sesuai intruksi guru. Guru memastikan gerakan siswa tepat sesuai aturan yang benar.
4.    Fase Keempat, guru mengecek pemahaman siswa dan memberi umpan balik tentang materi wudlu yang diberikan. Misalnya dengan memberikan seatwork (latihan-latihan soal) atau workbook (lembar kerja) seputar materi wudlu. Cara lain dengan Tanya jawab sesuai materi.
5.    Fase kelima, guru memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dengan melalui tugas rumah mengamati orang tua berwudlu setiap sebelum sholat dan menirunya.

    PENUTUP
Model pembelajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedur yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah.
 Adapun langkah atau sintaks dari pembelajaran langsung adalah:
Fase 1.   Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa.
Fase 2.      Mendemontrasikan pengetahuan dan keterampilan.
Fase 3.      Membimbing pelatihan.
Fase 4.      Mengecek dan memberikan umpan balik.
Fase 5.      Memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan.
Pembelajaran langsung mempunyai keunggulan namun disisi lain ada keterbatasan pada model ini. Diantaranya Relatif banyak materi  yang bisa tersampaikan, dan Untuk hal-hal yang sifatnya prosedural, model ini akan relatif mudah diikuti.
Pemikiran mendasar dari model pembelajaran langsung adalah bahwa siswa belajar dengan mengamati secara selektif, mengingat dan menirukan tingkah laku gu ru. Atas dasar pemikiran tersebut hal penting yang harus diingat dalam menerapkan model pembelajaran langsung adalah menghindari penyampaian yang terlalu kompleks
Diantara Kekurangan/kelemahan model pembelajaran langsung adalah jika terlalu dominan pada ceramah, maka siswa merasa cepat bosan.
Sebagai guru, hendaknya kita mempelajari berbagai macam model-model pembelajaran dengan sungguh-sungguh, sehingga kita dapat mengaplikasikannya dalam pembelajaran yang akan kita alami kemudian hari. Model pembelajaran sangat penting karena dapat mempengaruhi keberhasilan pengajaran bagi guru, dan belajar bagi siswa. Penggunaan model harus disesuaikan dengan keadaan sekolah, keadaan guru, keadaan  siswa, serta materi/kurikulum yang ada.


DAFTAR PUSTAKA
Bruce Joyce,  Marsha Weil and Emily Calhoun, Models Of Teaching, (PHI Learning, tt
Hakim, Lukmanul, Perencanaan Pembelajaran, Bandung: CV. Wacana Prima, 2009
Kardi, Soeparman dan Mohammad Nur, Pengajaran Langsung, Surabaya: PSMS Unesa, 2004
Majid, Abdul, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: Rosda Karya, 2009
Muijs, Daniel dan David Reynold, Terj. Nelly Prajitno, Effective Teaching,Teori dan Aplikasi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008
Prihatin, Eka, Guru Sebagai Fasilitator, (Bandung: Karsa Mandiri Persada, 2008
Sanjaya, Wina , Strategi Pembelajaran, (Bandung: Kencana Prenada Media Group, 2008
Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran, Bandung: CV Wacana Prima, 2009
Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivitis. (Jakarta:Prestasi Pustaka, 2011)
Trianto, Model Pembelajaran dalam Teori dan Praktek. jakarta:Prestasi Pustaka Publisher, 2007
Widianingsih, Dedeh, Perencanaan Pembelajaran, Bandung: Rizqi Press, 2010


Postingan terkait: