Makalah Aliran Syi'ah

BAB 1

PENDAHULUAN 

A.LATAR BELAKANG 

            Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk muslim terbanyak di dunia. jumlah penduduk muslim yang banyak juga mengakibatkan banyaknya aliran-aliran yang menjadi bagian dari negeri seribu pulau ini. Salah satu aliran yang sering diperdebatkan kebenarannya adalah aliran syiah. Aliran syiah mendapat banyak soroton kebenarannya di beberapa kalangan ulama sunni indonesia. Mereka beranggapan bahwa ajaran syiah bertentangan dengan ajaran yang rasulullah ajarkan. 

            Pada perkembangannya, aliran ini semakin di sudutkan oleh pertentangan-pertentangan yang datang silih berganti. Kebencian hingga berujung pembubaran dan pembakaran rumah ibadah maupun lembaga dalam naungan syiah mengakibatkan pertanyaan khusus bagi benak masyarakat muslim umum mengenai kebencian tersebut. Dinamakan kelompok atau aliran syiah karena mereka terkenal sebagai pendukung, pengikut, dan berpihak kepada sahabat Ali bin Abi Tholib. kemudian menyatakan bahwa Ali lebih utama memegang kepemipinan kaum muslimin dibandingkan para sahabat lainya. Seirig berjalanya waktu maka munculah beberapa tokoh dalam aliran syi’ah dan berkembangnya sekte-sekte dari aliran syi’ah, diantaranya ada empat sekte besar yaitu Kaisaniyah, Zaidiyah, Imamiyah, dan kaum gulat. 

             Adapun setiap aliran juga menerapkan pokok-pokok ajaran, dan pada aliran syi’ah ini salah satu ajaran pokoknya yaitu mereka tidak percaya adanya roh tuhan menetes ke dalam tubuh Ali bin Abi Tholib, seperti kepercayaan orang-orang saba’iyah. Pada kesempatan pembahasan makalah kali ini kami akan membahas tentang pengertian, latar nelakang, tokoh-tokohnya, sekte sektenya hingga pokok pokok pemikirannya. Sehingga dalam pembahasan ini semoga dapat memberikan pemahaman singkat mengenai syiah yang sbenarnya.

BAB II 

PEMBAHASAN 

A. PENGERTIAN ALIRAN SYI’AH 

            Menurut bahasa Syi’ah adalah pengikut, pendukung, partai atau kelompok, sedangkan secara istilah adalah sebagian kaum muslim yang dalam bidang keagamaannya selalu merujuk pada keturunan Nabi Muhammad SAW. Poin penting dalam doktrin Syi’ah adalah bahwa segala petunjuk agama bersumber dari ahl al-bait. Mereka menolak petunjuk-petunjuk keagamaan dari para sahabat yang bukan ahl al-bait atau para pengikutnya.(Dabashi, 1995: 55) 

            Menurut Thabathbai, istilah Syi’ah untuk pertama kali di tujukan pada para pengikut Ali. Para pengikut Ali yang disebut Syi’ah Ali diantaranya adalah Abu Dzar Al-Giffari, Miqad bin AL-Aswad, dan Ammar bin Yassir.(Thabathbai, 1989: 37&71) 

            Pengertian di atas hanya merupakan dasar yang membedakan Syi’ah dengan kelompok islam lainnya. Meskipun demikian pengertian di atas merupakan titik tolak penting bagi aliran Syi’ah dalam mengembangkan dokrin-dokrinnya yang meliputi segala aspek kehidupan seperti imamah, taqiyah, mut’ah, dan sebagainya. 

B. ASAL-USUL MUNCULNYA SYI’AH 

            Secara umum kemunculan aliran Syi’ah berawal setelah wafatnya rasulullah SAW. Ali bin Abi Thalib meyakini bahwa dialah penerus kepemimpinan rasulullah yang selanjutnya. Mengenai kemunculan Syi’ah dalam sejarah, terdapat perbedaan pendapat di kalangan para ahli: 

Menurut Abu Zahrah, Syi’ah mulai muncul pada masa akhir pemerintahan Usman bin Affan kemudian berkembang pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib.(Zahrah, 1996: 34) 

Menurut Watt, Syi’ah muncul ketika peperangan Ali dan Mu’awiyah yang dikenal dengan perang siffin berlangsung. Dalam peperangan ini, sebagai respon atas penerimaan Ali terhadap sengketa yang ditawarkan Mu’awiyyah, diberitakan pasukan Ali terpecah menjadi dua, yang mana salah satu kelompok mendukung sikap Ali, sedangkan yang lain menolak sikap Ali, kedua hal tersebut dinamakan Syi’ah dan Khawarij.(Watt, 1987: 10) 

Menurut kalangan Syi’ah sendiri, bahwa kemunculan Syi’ah berkaitan dengan masalah kekhalifaan setelah Nabi Muhammad wafat. Kepemimpinan Ali dalam pandangan Syi’ah sejalan dengan isyarat-isyarat Nabi pada masa hidupnya. Pada awal kenabian, ketika Nabi Muhammad. Diperintahkan menyampaikan dakwah kepada kerabatnya, yang pertama menerima dakwah tersebut adalah Ali bin Abi Thalib. Nabi bercerita bahwa orang yang pertama kali menerima ajakannya untuk menjadi penerus dan pewarisnya. Selain itu, Ali juga orang menunjukkan perjuangan dan pengabdian yang luar biasa.(Nasution, 1992: 904) 

            Bukti utama tentang sahnya Ali sebagai penerus Nabi adalah pada peristiwa Ghadir Khumm.1 Diceritakan bahwa ketika Nabi kembali dari haji yang terakhir kalinya, disuatu padang pasir yang bernama Ghadir Khumm, Nabi memilih Ali sebagai penggantinya pada massa yang penuh sesak. 2 Pada peristiwa itu,Nabi tidak menetapkan Ali sebagai penggantinya namun juga, menjadikan Ali sebagai pelindung umatnya. 

            Perbedaan para pendapat dikalangan para ahli mengenai aliran Syi’ah merupakan suatu hal yang wajar. Para ahli berpegang teguh pada fakta sejarah perbedaan dalam islam yang memang mulai mencolok pada masa pemerintahan Usman bin Affan dan memperoleh momentum yang paling kuat pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib, tepatnya setelah perang siffin. 

            Syi’ah mendapatkan pengikut yang banyak pada masa dinasti Amawwiyah. Menurut Abu Zahrah hal tersebut akibat dari perlakuan kasar dan kejam terhadap ahl al-bait. Diantara bentuk kekerasan tersebut adalah perlakuan Bani Umayyah. Yang pernah memerintahkan pasukannya yang di pimpin oleh Ibn Ziyyad untuk memenggal kepala Husein bin Ali di karbala. 

            Kekejaman sekeji ini menyebabkan para kaum muslimin mengikuti alira tersebut dan menaruh simpati terhadap tragedi yang menimpa ahl al-bait. Dalam perkembangannya, selain memperjuangkan hak kekhalifaan dihadapan dinasti Ammawiyah dan Abbasiyah, Syi’ah juga mengembangkan dokrin-dokrin sendiri yang mempunyai lima rukun iman, yakni; tauhid, nubuwah, ma’ad, imamah, dan adl. Dalam Ensiklopedi islam indnesia bahwa perbedaan antara Sunni dan Siy’ah terletak pada doktrin imamah. 

C. TOKOH ALIRAN SYI’AH 

1. Abdullah bin saba’ 

            Abdullah bin saba’juga dikenal dengan nama panggilan Ibnu Saudah merupakan seorang Rabbi Yahudi yang masuk Islam pada masa Khalifah Utsman bin Affan dan kemudian menyulut pemberontakan terhadap khalifah waktu itu, serta kemudian diriwayatkan oleh sebagian sejarawan muslim sebagai pendiriSyi'ah. 

D. SEKTE-SEKTE DARI ALIRAN SYI’AH 

            Dalam perkembangannya aliran syiah memiliki empat sekte besar yaitu Kaisaniyah, Zaidiyah, Imamiyah dan Ghullat. 

1. Al-Kaisaniyah 

            Kaisaniyah adalah sebuah sekte yang meyakini bahwa kepemimpinan setelah Ali bin Abi Thalib beralih ke anaknya Muhammad bin Hanafiyah. Para ahli berselisih pendapat mengenai pendiri Syiah Kaisaniyah ini, ada yang berkata ia adalah Kaisan bekas budak Ali bin Abi Thalib r.a. Ada juga yang berkata bahwa ia adalah Almukhtar bin Abi Ubaid yang memiliki nama lain Kaisan. 

            Diantara ajaran dari Syiah Kaisaniyah ini adalah, mengkafirkan khalifah yang mendahului Imam Ali r.a dan mengkafirkan mereka yang terlibat perang Sifin dan Perang Jamal (Unta), dan Kaisan mengira bahwa Jibril a.s mendatangi Almukhtar dan mengabarkan kepadanya bahwa Allah Swt menyembunyikan Muhammad bin Hanafiyah. Sekte Kaisaniyah ini terbagi menjadi beberapa kelompok, namun kesemuanya kembali kepada dua paham yang berbeda yaitu: 

1. Meyakini bahwa Muhammad bin Hanafiyah masih hidup.

2. Meyakini bahwa Muhammad bin Hanafiyah telah tiada, dan jabatan kepemimpinan beralih kepada yang lainnya. 

Pokok-pokok ajaran Syi’ah al-Kaisaniyah anatara lain: 

a. Mereka tidak percaya adanya roh Tuhan menetes ke dalam tubuh Ali ibn Abi Thalib, seperti kepercayaan orang-orang Saba’iyah. 

b. Mereka mempercayai kembalinya imam (raj’ah) setelah meninggalnya. Bahkan kebanyakan pengikut al-Kaisaniyah percaya bahwa Muhammad Ibn Hanafiyah itu tidak meninggal, tetapi masih hidup bertempat di gunung Radlwa. 

c. Mereka menganggap bahwa Allah Swt. itu mengubah kehendak-Nya menurut perubahan ilmu-Nya. Allah Swt. Memerintah sesuatu, kemudian memerintah pula kebalikannya. 

d. Mereka mempercayai adanya reinkarnasi (tanasukh al-arwah). 

e. Mereka mempercayai adanya roh.(Nasir, 2010: 82) 

2. Az-Zaidiyah 

            Zaidiyah adalah sekte dalam Syi'ah yang mempercayai kepemimpinan Zaid bin Ali bin Husein Zainal Abidin setelah kepemimpinan Husein bin Ali, karena menurut mereka Husen bin Ali dianggap tidak memenuhi syarat sebagai pemimpin. Dalam Zaidiyah, seseorang dianggap sebagai imam apabila memenuhi lima kriteria, yakni: keturunan Fatimah binti Muhammad SAW, berpengetahuan luas tentang agama, zahid (hidup hanya dengan beribadah), berjihad dihadapan Allah SWT dengan mengangkat senjata dan berani. 

            Dalam hal ini, Ali bn Abi Thalib dinilai lebih tinggi dari pada Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Oleh karena itu sekte Zaidiyah ini dianggap sekte Syi'ah yang paling dekat dengan sunnah. Pokok-pokok ajaran Syi’ah Zaidiyah, terdiri dari beberapa hal. Diantaranya: 

a. Meyakini seseorang dari keturunan Fathimah (puteri Nabi) yang melancarkan pemberontakan dalam membela kebenaran, dapat diakui sebagai imam, jika ia memiliki pengetahuan keagamaan, berakhlak mulia, berani, dan murah hati. 

b. Ajaran Syi’ah Zaidiyah mengenai kepemimpinan Khulafa al-Rasyidin, mengakui kekhalifahan Abu Bakr, Umar dan Utsman pada awal masa pemerintahannya, meskipun Ali bin Abi thalib dinilainya sebagai sahabat yang paling mulia 

c. Dalam ajaran Syi’ah Zaidiyah, tidak mengakui paham ishmah, yaitu keyakinan bahwa para imam dijamin oleh Allah dari perbuatan salah, lupa dan dosa. Mereka juga menolak paham rajaah (seorang imam akan muncul sesudah bersembunyi atau mati), paham mahdiyah (seorang imam yang bergelar al-Mahdi akan muncul untuk mengambangkan keadilan dan memusnahkan kebatilan), dan paham taqiyah (sikap kehati-hatian dengan menyembunyikan identitas di depan lawan). 

d. Dari segi ushul atau prinsip-prinsip umum Islam, ajaran Syi’ah Zaidiyah mengikuti jalan yang dekat dengan paham Mu’tazilah atau paham rasionalis. Adapun dari segi furu’ atau masalah hukum dan lembagalembaganya, mereka menerapkan fikih Hanafi (salah satu mazhab fikih dari golongan Sunni). Karenanya, dalam hal nikah mut’ah mereka mengharamkannya, meskipun pada awal Islam nikah itu pernah dibolehkan namun telah dibatalkan. Dewasa ini, fikih Syi’ah Zaidiyah termasuk fikih yang diajarkan di Universitas al-Azhar. 

3. Al-Imamiyah 

            Imamiyah adalah golongan yang meyakini bahwa nabi Muhammad SAW telah menunjuk Ali bin Abi Thalib sebagai imam pengganti dengan penunjukan yang jelas dan tegas. Oleh karena itu, mereka tidak mengakui keabsahan kepemimpinan Abu Bakar, Umar, maupun Utsman. Sekte imamah pecah menjadi beberapa golongan. Golongan yang besar adalah golongan Isna' Asyariyah atau Syi'ah dua belas. Pokok-pokok ajaran Syi’ah Al-Imamiyah, terdiri dari beberapa hal. Diantaranya 

a. Ilmu al-Faidh al-Ilahi, yang Allah melimpahkannya pada imam. Maka dengan itu imam-imam, mempunyai kedudukan di atas manusia pada umumnya dan beilmu belebihi manusia lainnya. Mereka secara khusus mempunyai ilmu yang tidak dimiliki orang lain. Baginya mengetahui ilmu Syari’at melebihi apa yang diketahui. 

b. Sesungguhnya iman itu tidak harus tampak dan di kenal masyarakat, tetapi boleh jadi samar bersembunyi. Namun demikian tetap harus ditaati. Dialah al-Mahdi yang member petunjuk kepada manusia, sekalipun dia tidak tampak pada beberapa waktu. 

 c. Sesungguhnya imam itu tidak bertanggungjawab di hadapan siapa pun. Seorang pun tidak boleh menyalahkannya, apa pun yang diperbuatnya. Masyarakat harus membenarkan bahwa apa yang diperbuatnya adalah baik, tidak ada kejelekan sedikitpun. Sebab imam mempunyai ilmu yang tidak dapat dicapai orang lain. Karena itulah mereka menetapkan bahwa imam itu ma’shum. 

4. Al-Ghaliyah 

            Istilah ghulat berasal dari kata ghala-yaghlu-ghuluw yang artinya bertambah dan naik. Ghala bi ad-din yang artinya memperkuat dan menjadi ekstrim sehingga melampaui batas. Syi’ah ghulat adalah kelompok pendukung Ali yang memiliki sikap berlebih-lebihan atau ekstrim. Lebih jauh Abu Zahrah menjelaskan bahwa Syi’ah ekstrem (ghulat) adalah kelompok yang menempatkan Ali pada derajat ketuhanan, dan ada yang mengangkat pada derajat kenabian, bahkan lebih tinggi daripada Nabi Muhammad. 

            Gelar ektrem (ghuluw) yang diberikan kepada kelompok ini berkaitan dengan pendapatnya yang janggal, yakni ada beberapa orang yang secara khusus dianggap Tuhan dan ada juga beberapa orang yang dianggap sebagai Rasul setelah Nabi Muhammad. Selain itu mereka juga mengembangkan doktrin-doktrin ekstrem lainnya tanasukh, hulul, tasbih dan ibaha. 

            Adapun doktrin Ghulat menurut Syahrastani ada enam yang membuat mereka ektrem yaitu: 

a. Tanasukh yang merupakan keluarrnya roh dari satu jasad dan mengambil tempat pada jasad yang lain. Faham ini diambil dari falsafah Hindu. Penganut agama Hindu berkeyakinan bahwa roh disiksa dengan cara berpindah ke tubuh hewan yang lebih rendah dan diberi pahala dengan cara berpindah dari satu kehidupan kepada kehidupan yang lebih tinggi. 

 b. Bada’ yang merupakan keyakinan bahwa Allah mengubah kehendakNya sejalan dengan perubahan ilmuNya, serta dapat memerintahkan dan juga sebaliknya. Syahrastani menjelaskan lebih lanjut bahwa bada’ dalam pandangan Syi’ah Ghulat memiliki bebrapa arti. Bila berkaitan dengan ilmu, maka artinya menampakkan sesuatu yang bertentangan dengan yang diketahui Allah. Bila berkaitan dengan kehendak maka artinya memperlihatkan yang benar dengan menyalahi yang dikehendaki dan hukum yang diterapkanNya. Bila berkaitan dengan perintah maka artinya yaitumemerintahkan hal lain yang bertentangan dengan perintah yang sebelumnya. 

 c. Raj’ah yang masih ada hubungannya dengan mahdiyah. Syi’ah Ghulat mempercayai bahwa Imam Mahdi Al-Muntazhar akan datang ke bumi. 

 d. Tasbih artinya menyerupakan, mempersamakan. Syi’ah Ghulat menyerupakan salah seorang imam mereka dengan Tuhan atau menyerupakan Tuhan dengan makhluk. Tasbih ini diambil dari faham hululiyah dan tanasukh dengan khaliq. 

e. Hulul artinya Tuhan berada pada setiap tempat, berbicara dengan semua bahasa dan ada pada setiap individu manusia. Hulul bagi Syi’ah ghulat berarti Tuhan menjelma dalam diri imam sehingga imam harus disembah. 

f. Ghayba yang artinya menghilangkan Imam Mahdi. Ghayba merupakan kepercayaan Syi’ah bahwa Imam Mahdi itu ada di dalam negeri ini dan tidak dapat dilihat oleh mata biasa. Konssep ghayba pertama kali diperkenalkan oleh Mukhtar Ats-Tsaqafi pada tahun 66 H/686 M di Kufa ketika mempropagandakan Muhammad Bin Hanafiyah sebagai Imam 

BAB III 

PENUTUPAN 

A. KESIMPULAN 

Menurut bahasa syiah berarti pengikut, pendukung, partai atau kelompok, sedangkan secara terminologis adalah sebagian kaum muslim yang dalam spiritual dan keagamaanya selalu merujuk pada keturunan Nabi Muhammad SAW, atau orang yang disebut sebagai ahl al-bait. Dalam perjalanan munculnya aliran syiah bermula dari pengangkatan khalifah pertama dimasa abu bakar. Dimana pendukung ali bin abi thalib yang merupakan awal dari aliran syah tidak menyetujui naiknya abu bakar sebagai khalifah, karena mereka percaya bahwa yang pantas untuk menjadi khalifah adalah ali itu sendiri. Pokok-pokok kaum aliran syiah dibagi menjadi 5 pokok pikiran utama yang harus dianut oleh para pengikutnya diantaranya yaitu at tauhid, al ‘adl, an nubuwah, al imamah dan al ma’ad. Dalam perkembangannya syiah dibagi menjadi empat sekte yaitu, sekte al-kaisaniah, az-zaidiah, al-imamiah, dan al-ghaliyah. Dimana ke empat sekte tersebut memiliki doktrin dan pokok-pokok ajaran yang masing-masing berbeda. 

DAFTAR PUSTAKA 

Hamid, Dabashi, Shi’i islam, modern shi’i thought. Oxford: (Oxford University Press, 1995) 

Harun, Nasution, Ensiklopedi isam. ( Jakara: Djambatan, 1992) 

M. H. Thabathai, Islam syi’ah, asal usul perkembangannya.( Jakarta: Djohan Effendi, PT. Grafiti Press,             1989) 

Muhammad, Abu Zahrah, Aliran politik dan aqidah islam.( Jakarta: Abdur Rahman Dahlan dan Ahmad             Qarib, 1996) 

Sahilun, A. Nasir, Pemikiran Kalam (Teologi Islam) Sejarah, Ajaran, dan Perkembangannya,             Rajagrafindo Persada, (jakarta, 2010) 

W.Montgomerry, Watt, Pemikiran teologi dan filsafat. (Jakarta: Umar Besalim, penerbit P3M, 1987)

Postingan terkait: