MAKALAH ALIRAN AL-MATURIDIYAH

BAB I 

PENDAHULUAN 

Latar Belakang 

            Penelusuran pengalaman historis masa lampau menemukan bahwa persoalan kalam di dunia Islam muncul dari suasana perbedaan politik. Setiap persoalan kalam muncul, dari beberapa pendapat dan paham saling berbeda, yang membentuk aliran kalam. Muncul dari suasana perbedaan, ilmu kalam nampaknya terus berkembang dinamis di dalam arus perbedaan yang berkesinambungan. 

            Aliran-aliran yang pertama kali muncul di Samarkan,pertengahan kedua abad kesembilan masehi.nama aliran itu dinisbahkan dari nama pendirinya,abu Mansur al-maturidi sebelum mendirikan aliran maturidiyah ini,abu mansyur al-maturidi adalah murid dari pendiri asy’ariyah, yakni abu hasan al-asy’ari.

BAB II 

PEMBAHASAN 

A. Pengertian Aliran Maturidiyah 

            Definisi dari aliran Maturidiyah adalah aliran kalam yang dinisbatkan kepada Abu Mansur al-Maturidi yang berpijak kepada penggunaan argumentasi dan dalil aqli kalami. Sejalan dengan itu juga, aliran Maturidiyah merupakan aliran teologi dalam Islam yang didirikan oleh Abu Mansur Muhammad al-Maturidiyah dalam kelompok Ahli Sunnah Wal Jamaah yang merupakan ajaran teknologi yang bercorak rasional. 

            Jika dilihat dari metode berpikir dari aliran Maturidiyah, aliran ini merupakan aliran yang memberikan otoritas yang besar kepada akal manusia, tanpa berlebih-lebihan atau melampaui batas, maksudnya aliran Maturidiyah berpegang pada keputusan akal pikiran dalam hal-hal yang tidak bertentangan dengan syara’. Sebaliknya jika hal itu bertentangan dengan syara’, maka akal harus tunduk kepada keputusan syara’. 

            Berdasarkan prinsip pendiri aliran Maturidiyah mengenai penafsiran Al-Qur’an yaitu kewajiban melakukan penalaran akal disertai bantuan nash dalam penafsiran Al-Qur’an. Dalam menfsirkan Al-Qur’an al-Maturidi membawa ayat-ayat yang mutasyabih (samar maknanya) pada makna yang muhkam (terang dan jelas pengertiannya). Ia menta’wilkan yang muhtasyabih berdasarkan pengertian yang ditunjukkan oleh yang muhkam. Jika seorang mikmin tidak mempunyai kemampuan untuk menta’wilkannya, maka bersikap menyerah adalah lebih selamat. 

            Jadi dalam pena’wilan Al-Qur’an, al-Maturudi sangat berhati-hati walaupun beliau menjadikan akal suatu kewajiban dalam penafsiran suatu ayat. Penulis setuju dengan sikap alMaturudi dalam menafsirkan ayat yang mutasyabih, yakni dengan mencari pentunjuk dari ayat yang muhkam dan dikombinasikan dengan penalaran akal pikiran yang apabila seseorang tidak bisa mena’wilkan ayat tersebut, maka orang itu dianjurkan untuk tidak mena’wilkannya. 

            Maka dari bererapa pengertian di atas, kami bisa memberikan simpulan bahwa aliran Maturidiyah merupakan aliran yang namanya diambil dari nama pendirinya yakni al-Maturudi. 

            Aliran ini menggunakan akal dalam analogi pemikiran atau penafsiran ayat, namun hal itu bukan menjadi hal yang mutlak karena apabila terdapat keputusan akal yang bertentangan 

B.Pokok aliran Maturidiyah 

            Berikut ini pokok-pokok doktrin ajaran Maturidiyah sebagaimana dikutip dari buku Akidah Akhlak (2020) yang ditulis oleh Siswanto.Kewajiban Mengenal Allah SWT dan Syariat Islam Menurut aliran Maturidiyah, meski akal dapat mengetahui kebaikan dan keburukan secara objektif, tetapi pemikiran manusia tidak dapat mencapai pengetahuan agama (perintah Allah SWT) secara sempurna. Dengan demikian, akal manusia tetap membutuhkan syariat Islam untuk mengetahui kewajiban yang diperintahkan Allah SWT kepada hambanya. Doktrin utama Maturidiyah ini berbeda dengan pemikiran dari aliran Mu'tazilah yang menyatakan bahwa Allah SWT menganugerahkan akal kepada manusia yang bisa digunakan secara penuh buat mengetahui kebenaran perintah-perintahNYA. Menurut Maturidiyah, akal adalah media untuk memahami perintah Allah. Sementara, kewajiban itu datang langsung dari Tuhan. Artinya, manusia berkewajiban untuk mengenal Allah SWT dan mempelajari syariat-syariatnya. 

            Kebaikan dan Keburukan Menurut Rasio Maturidiyah membagi kemampuan akal dalam mengetahui kebaikan dan keburukan dalam tiga hal. Adapun tiga doktrin aliran Maturidiyah tersebut adalah sebagai berikut. Pertama, ada kebenaran objektif yang bisa diketahui akal. Misalnya, mencuri adalah perbuatan yang salah, bahkan tanpa harus ada larangan mencuri dari syariat Islam. Kedua, kebenaran dan keburukan yang tidak mungkin diakses oleh akal dan hanya Allah SWT yang mengetahui hal tersebut. Ketiga, kebenaran dan keburukan yang tidak sanggup diketahui oleh akal. Karena itu, manusia harus mempelajari syariat Islam untuk mengetahui hal tersebut. Kendati akal bisa mengetahui kebaikan dan keburukan yang objektif, tetapi perintah dan larangan hanya dibebankan setelah adanya syariat Islam, demikian kesimpulan dari doktrin Maturidiyah. 

            Perbuatan Manusia Aliran Maturidiyah memandang bahwasanya perwujudan perbuatan itu terdiri dari dua hal, yaitu perbuatan Allah SWT dan perbuatan manusia. Artinya, Allah menciptakan perbuatan manusia sebagaimana firman-Nya dalam surah As-Shaffat ayat 96: “Allahlah yang menciptakan kamu apa yang kamu kerjakan” (Q.S. As-Shaffat [37]: 96) Kendati demikian, manusia memiliki daya dan kehendak untuk menentukan perbuatan tersebut. Manusia akan melakukan perbuatan yang sudah diciptakan Tuhan. Aliran 4.Maturidiyah menyangkal pendapat yang menyebut bahwasanya manusia memiliki kehendak bebas (free will). Namun, Maturidiyah juga tidak menyetujui fatalisme. Maturidiyah berada di posisi tengah-tengah: bahwasanya perwujudan perbuatan adalah gabungan dari penciptaan Allah SWT dan partisipasi manusia di dalamnya. 

            Janji dan Ancaman Allah SWT memberikan ancaman neraka kepada pendosa dan menjanjikan surga bagi orang-orang yang beramal baik. Kendati demikian, Allah SWT berkehendak sesuai kebijakannya. Apabila Allah SWT ingin memberi ampun kepada pendosa maka Sang Maha Kuasa akan memasukkan hambanya itu ke surga.

            Demikian juga sebaliknya. Berbeda dengan aliran Khawarij, aliran Maturidiyah memandang bahwa pelaku dosa besar masih dikategorikan mukmin (muslim) sepanjang masih ada keimanan dalam hatinya. Pendosa besar tidak bisa dicap telah kafir, menurut aliran Maturidiyah. Sementara jika pelaku dosa besar meninggal sebelum bertaubat maka nasibnya diserahkan kepada kehendak Allah SWT. 

C. Tokoh tokoh aliran Maturidiyah 

Tokoh aliran maturidiyah 

1. Abu al-Qasim Ishaq Muhammad al-Hakim al-Samarqandi (m.340/951). 

2. Abu al-Yusr Muhammad al-Bazdawi (421-493/1030-1100). 

3. Abu Hafs Umar bin Muhammad al-Nasafi (460-537/1068-1143). 

4. Sad al-Din al-Taftazani (m.790/1388). 

5. Kamal al-Din Ahmad al-Bayadi. 

6. Abu al-Hasan Ali bin Sa'id al-Rastagfani. 

7. Abu al-Laith al-Bukhara. 

Tokoh al-matudiriyah samarkhan 

            Nama aslinya Muhammad ibn muhammad ibn muhammad abu mansur al-maturidi yang berasal dari daerah yang di samarkhan, sehingga namanya sering di ambil dari kata samarkhan dan biasadi pangil Abu mansur Muhammad ibn Muhammad ibn mahmud Al-maturidi as-samarkhan. Beliau di lahirkan tepatnya di maturid. Uzbekistan pada paruh ke dua abad ke 9M. Kelahiran beliau sebenarnya tidak di ketahui dengan pasti namun muhammad abu zahrah menuliskani perkirakan paa abad ke 3 hijriyah.(Hasbi,2015:93) Abu mansur al-maturidi adalah seorang teologian (mutakallimin) pembentuk ilmu kalam dari nasr ibn yahya al-balkhi yang wafat pada tahun 268 H. 

            Pada masa hidupnya Al-maturidi banyak menerima ilmu dari berbagai guru, di antaranya adalah Abu nashr Ahmad ibn al-abbas Al-bayadi, Ahmad ibn ishak, dan jurjani dan Nashr ibn yahya al-balkhi yang termasuk ulama terkemuka dalam mazhab hanafiah. Al- maturidi dalam bidang yang di kajinya menyusun beberapa kita yang cukup banyak yaitu : kitab ta'wil al-qur'an, kitab al-ma'khuz al-syara'i, kitab al-jadal, kitab al-usul fi usul al-din, kitab al-maqalat fi al-kalam,kitab radd tahdzib al-jadal li al-ka'bi, kitab radd al-usul al-khamsah li abi muhammad al-babili, rad kitab al-imamah li bha'di al-rawafid dan al-radd 'ala al-qaramitah. 

            Al-Maturidiyyah merujuk kepada sekumpulan pengikut yang menuruti pemikiran alMaturidi. Kebanyakan ulama al-Maturidiyyah pula terdiri daripada para pengikut aliran fiqh alHanafiyyah. Ini kerana pada umumnya, aliran pemikiran alMaturidiyyah berkembang di kawasan aliran al-Hanafiyyah. Mereka tidaklah sekuat para pengikut aliran al-Asy'ariyyah. 

Di antara mereka ialah: 

1. Abu al-Qasim Ishaq b. Muhammad al-Hakim al-Samarqandi (m.340/951). 

2. Abu al-Yusr Muhammad al-Bazdawi (421-493/1030-1100). 

3. Abu Hafs Umar bin Muhammad al-Nasafi (460-537/1068-1143). 

4. Sad al-Din al-Taftazani (m.790/1388). 

5. Kamal al-Din Ahmad al-Bayadi. 

6. Abu al-Hasan Ali bin Sa'id al-Rastagfani. 

7. Abu al-Laith al-Bukhara. 

Tokoh al-Maturidiyah Bukhara 

            Al-bazdawi lahir di hudud sebuah negeri di bazdah pada akhir 400 H/1010 M. Nama lengkapnya Ali bin Abi Muhammad ibn al-husaein ibn abd Al-karim ibn Musa ibn isa ibn Mujasih al-bazdawi ialah seorang tokoh besar yang sangat berpengaruh pada zaman itu. Beliau dilahirkan pada tahun 421 H. Kakek al Bazdawi yaitu Abd. Karim, hidupnya semasa dengan al Maturidi dan salah satu murid al Maturidi, maka wajarlah jika cucunya juga menjadi pengikut aliran Maturidiyah. Sebagai tangga pertama, al Bazdawi memahami ajaran-ajaran al Maturidi lewat ayahnya. Al Bazdawi mulai memahami ajaran-ajaran al Maturidiyah lewat lingkungan keluarganya kemudian dikembangkan pada kegiatannya mencari ilmu pada ulama-ulama secara tidak terikat.(rozak,2012:174)

            Selain itu al-bazdawi mempunyai beberapa gelar di antaranya al-mujtahid fi al masail, huffadz al-mazhab al-hanafi, keberhasilan itu dapat ia capai dengan berbagai pemikiran sesuai dengan bidang ilmu di antaranya adalah 

a. Ilmu terbagi menjadi dua bagian ialah tauhid dan sifat,ilmu ini berpegang teguh pada al-qur'an dan hadist, menghindari hawa nafsu dan bid'ah umat islam harus mengikuti cara cara yang di tempuh sunnah atau jannah yang di lalui oleh para sahabat tabi'in beserta orang orang soleh seperti yang di ajarkan oleh para ulama. Ilmu syariat dan hukum. 

b. Bidang fiqih, fikih berasal dari tiga sumber yaitu kitab,sunnah, dan ijma'. Sedang kiyas di isbatan dari tiga sumber tersebut. Hukum syra' hanya dapat di ketahui dengan mengetahui peraturan dan pengertian yang terdiri dari empat bagian. Pertama dalam bentuk bagian peraturan ialah sighat, dan bahasa kedua penjelasan peraturan, ketiga mempergunakan peraturan dalam bayan, dan ke empat mengetahui batas makna karena banyaknya kemungkinan. Di bidang fiqih al-bazdawi menempatkan mazdhab hanafi di posisi tertinggi kerena imam hanafi berani menaskh al-qur'an dengan hadist. 

            Tokoh yang sangat penting dari aliran Al-Maturidiyah ini adalah Abu al-Yusr Muhammad al-Badzawi yang lahir pada tahun 421 Hijriyah dan meninggal pada tahun 493 Hijriyah. Ajaran-ajaran Al-Maturidi yang dikuasainya adalah karena neneknya adalah murid dari Al-Maturidi. Al-Badzawi sendiri mempunyai beberapa orang murid, yang salah satunya adalah Najm al-Din Muhammad al-Nasafi (460-537 H), pengarang buku al-‘Aqa’idal Nasafiah. Seperti Al-Baqillani dan Al-Juwaini, Al-Badzawi tidak pula selamanya sepaham dengan AlMaturidi. Antara kedua pemuka aliran Maturidiyah ini, terdapat perbedaan paham sehingga boleh dikatakan bahwa dalam aliran Maturidiyah terdapat dua golongan, yaitu golongan Samarkand yang mengikuti paham-paham Al-Maturidi dan golongan Bukhara yang mengikuti paham-paham Al-Badzawi. 

1. Riwayat singkat Abu Al-Yusr Muhammad Al-Badzawi Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa Maturidiyah ini, terdapat perbedaan paham sehingga boleh dikatakan bahwa dalam aliran Maturidiyah terdapat dua golongan, yaitu golongan Samarkand yang mengikuti paham-paham Al-Maturidi dan golongan Bukhara yang mengikuti paham-paham Al-Badzawi. 

Tokoh Maturidiyyah Bukhara adalah Abu Al Yurs Muhammad Al Bazdawi. Menurut Smani Bazdawi lahir pada tahun 421 H. {tidak diketahui dimana dilahirkan}. Kakek bazdawi adalah murid Maturidi, Bazdawi mempelajari ajaran-ajaran Maturidi dari orang tuanya. Tidak diketahui dengan pasti di kota-kota mana Bazdawi bermukim,kecuali disebutkan bahwa ia berada di Bukhara pada tahun 478 H / 1085 M, menjadi godhi di Samarkand pada tahun 481 H /1088 M. wafat di Bukhara pada tahun 493 H / 1099 M. Ia adalah tokoh ulama yang dalam bidang fiqh bermadzhab Hanafi 

D. MATURIDIYAH SAMARKAND 

            Maturidiyah Samarkand sependapat dengan Mu'tazilah dalam meng hadapi ayat-ayat yang memberi gambaran Tuhan bersifat dengan meng hadapi jasmani ini. Al-Maturidi mengatakan bahwa yang dimaksud dengan tangan, muka, mata, dan kaki adalah kekuasaan Tuhan. 

            Maturidiah Samarkand sejalan dengan Asy'ariah dalam hal Tuhan dapat dilihat. Sebagaimana yang dijelaskan Al-Maturidi bahwa melihat ha Tuhan merupakan hal yang seharusnya dan benar, tetapi tidak dapat di jelaskan cara melihatnya. Dalam Al-Quran surat Al-An'am ayat 103 dijadi-erha kan dalil oleh Maturidi dalam mendukung pendapatnya tentang Tuhan su dapat dilihat dengan mata kepala diberi tafsiran dengan mengatakan sifat bahwa Tuhan dapat dilihat, penafiyan al-idrak (pengungkapan dengan mem cara-cara yang jelas) tidak ada artinya. Sebab, apabila selain Tuhan hanyaAliran Maturidiah Bukhara dan Maturidiah Samarkand berpendapat bahwa Al-Quran itu kekal tidak diciptakan. Maturidiah Bukhara berpen dapat sebagaimana dijelaskan oleh Bazdawi, kalamullah (Al-Quran) adalah sesuatu yang berdiri dengan Dzat-Nya. Adapun yang tersusun dalam bentuk surat yang mempunyai akhir dan awal, jumlah dan bagian-bagian, bukan kalamullah secara hakikat, melainkan Al-Quran dalam pengertian kiasan (majaz).

            Maturidiah Samarkand mengatakan bahwa Al-Quran adalah kala mullah yang bersifat kekal dari Tuhan, sifat yang berhubungan dengam dzat Tuhan dan qadim. Selanjutnya, dikatakan bahwa kalamullah tidak tersusun dari huruf dan kalimat, sebab huruf dan kalimat diciptakan.

BAB III 

PENUTUP 

A. KESIMPULAN 

1. Al-Maturidiyah adalah salah satu aliran di dalam aqidah Islam yang muncul pada abad ke19M. Aliran tersebut muncul didorong oleh suatu kebutuhan untuk mendamaikan pertentangan yang tajam antara kaum rasionalis ekstrimis dari Mu’tazilah dan kaum tektualis ekstrimis oleh pengikut Imam Ahmad Ibnu Hanbal. 

2. Al-Maturidiyah dibagi menjadi dua kelompok yaitu : al-Maturidiyah Samarkand yang dipimpin oleh Abu Hasan al Maturidi dan al-Maturidiyah Bukhara yang dipimpin oleh Abu Yusr al-Bazdawi. 

3. Pokok-pokok ajaran al-Maturidiyah pada umumnya berkisar tentang : kedudukan akal dan wahyu, perbuatan manusia, kekuasaan dan kehendak mutlak tuhan, sifat-sifat Tuhan, melihan Tuhan, kalam tuhan, pengutusan Rasul, pelaku dosa besar, kebangkitan di hari kiamat, mengenai iman dan perbuatan Tuhan. 

4. Pada dasarnya pokok-pokok ajaran al-Maturidiyah Samarkand sama dengan alMaturidiyah bukhara , akan tetapi corak pemikiran dapat kita lihat ketika membahas peranan akal dan wahyu, konsep perbuatan manusia dan Tuhan. Dalam hal ini alMaturidiyah Samarkand lebih condong kepada pemikiran u’tazilah seangkan almaturidiyah Bvukhara lebih condong kepada pemikiran Asy’ariyah.

5. Pengaruh aliran al-Maturidiyah di dunia Islam memberi corak pemikiran dalam bentuk yang akomodatif. Pahan ini sampai sekarang masih dikenal tetapi melebur bersama dengan paham Asy’ariyah yang lebih dikenal dengan aham Ahlu Sunnah. wal Jama’ah. 

DAFTAR PUSTAKA 

A. Hanafi, Teologi Islam (Jakarta: Pustaka Al Husna Baru Jakarta, 2003) Departemen Republik             Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Jakarta: CV Penerbit J-ART, 2005) 

Abdul Rozak dan Rosihon Anwar, Ilmu Kalam (Bandung: Pustaka Setia, 2000)

Postingan terkait: