PENDAHULUAN
Pada kenyataannya semua makhluk
hidup termasuk dalam hal ini manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan membawa
berbagai macam perbedaan antar manusia yang satu dengan manusia yang lain, baik
dari segi fisik maupun psikisnya. Dengan kata lain sulit ditemui kesamaan
antara manusia yang satu dengan yang lainnya, walaupun juga ada beberapa
kemiripan-kemiripan di antara mereka. Perbedaan-perbedaan tersebut turut
menentukan kualitas suatu individu dalam menjalankan tugas dan tanggung
jawabnya yang pada gilirannya berakibat pada hasil yang dicapainya.
Untuk itu, diperlukan suatu
metode untuk mengetahui perbedaan-perbedaan di antara mereka baik itu dalam hal
kekurangannya maupun dalam hal kelebihannya. Metode tersebut dapat dilakukan
dengan cara mengukur dan mengevaluasi. Pengukuran (measurement) dilakukan
untuk menentukan jumlah (kuantitas) dan berkaitan dengan benar-salah, sedangkan
evaluasi (evaluation) dilakukan untuk menentukan mutu (kualitas) dan
berkaitan dengan baik-buruk. Sedangkan alat untuk mengevaluasi adalah lazim
disebut dengan istilah tes.
Disamping itu, tinggi rendahnya kualitas suatu
tes juga dapat menentukan terhadap hasil yang ingin dicapai dari kegiatan
penilaian yang dilakukan tersebut. Semakin baik tes yang digunakan, maka hasil
yang akan dicapai semakin baik dan bisa dipertanggungjawabkan. Sebaliknya, jika
tes yang digunakan kurang baik, maka hasil yang dicapai akan jauh dari apa yang
diharapkan.
Selain teknik tes, ada juga
satu teknik yang digunakan sebagai alat evaluasi, yakni teknik nontes. Teknik
ini dipakai dengan melengkapi kelemahan yang terdapat pada teknik tes. Teknik
ini antara lain observasi, wawancara, angket, dan lain-lain yang akan dibahas
dalam penjabaran nanti.
Dalam makalah ini, akan dibahas
mengenai alat untuk mengevaluasi hasil belajar siswa yang secara garis besar dapat
dibedakan menjadi tes dan nontes; dimana keduanya dapat dipergunakan untuk
mendapatkan informasi atau data tentang objek yang akan dinilai dan diukur. Dan
yang lebih penting lagi, pembahasan topik ini akan memberi acuan kepada tester
kapan dia harus menggunakan teknik tes dan kapan harus menggunakan teknik
nontes. Pemilihan secara tepat terhadap penggunaan kedua jenis alat evaluasi
tersebut diatas, tergantung pada tujuan penilaian dan jenis informasi yang
ingin kita dapatkan.
PEMBAHASAN
A.
TEKNIK
TES
1.
Pengertian
Tes
Secara
harfiah, kata “tes” berasal dari bahasa Perancis Kuno yakni testum, yang berarti “piring untuk
menyisihkan logam-logam mulia” (maksudnya dengan menggunakan alat berupa piring
itu akan dapat diperoleh jenis-jenis logam-logam mulia yang nilainya sangat tinggi).[1]
Dalam bahasa Inggris ditulis dengan test
yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan “tes”, ujian atau percobaan.
Dalam bahasa Arab : Imtihan.[2]
Dari
segi istilah, terdapat beberapa definisi tentang istilah tes, diantaranya
adalah Drs. Amir Daien Indrakusuma dalam bukunya yang berjudul Evaluasi
Pendidikan, mengatakan bahwa tes adalah suatu alat atau prosedur yang
sistematis dan objektif untuk memperoleh data-data atau keterangan yang diinginkan
tentang seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan tepat dan cepat.[3]
Definisi
lain tentang tes juga dikutip dari Webster’s Collegiate, bahwa “test = any series of questions or exercises
or other means of measuring the skill, knowledge, intelligence, capacities or
aptitudes of an individual or group”.[4]
Dari beberapa definisi tentang tes diatas, nampak jelas
bahwa pada hakekatnya tidak ada perbedaan. Jadi seorang tester dalam melakukan kegiatan penilaian membutuhkan suatu
perangkat yang berupa pertanyaan, tugas, dan lain-lain. Perangkat tersebut
biasa kita kenal dengan sebutan tes.
2. Penggolongan Tes
Tes dapat dibedakan menjadi beberapa jenis atau golongan
tergantung dari segi mana dan atas alasan apa penggolongan tes itu dilakukan.
a. Dilihat
dari fungsinya sebagai alat ukur, tes dibagi menjadi 6 golongan, yakni Tes
Seleksi (ujian saringan atau ujian masuk), tes awal (pre-test), tes akhir (post-test),
tes diagnostic, tes formatif (ulangan harian), tes sumatif (ulangan umum).
b. Dilihat
dari aspek psikis (kejiwaan) yang ingin diungkap, tes setidak-tidaknya
dibedakan menjadi 5 golongan, yakni : Tes intelegensi (inteligency test), Tes kemampuan (aptitude test), Tes sikap (attitude
test), Tes kepribadian (personality
test), Tes hasil belajar (achievement
test).
c. Penggolongan lain
Dilihat dari segi banyaknya orang yang mengikuti tes,
dibedakan menjadi 2 yakni test individual dan tes kelompok. Dilihat dari segi
waktu yang disediakan bagi testee untuk menyelesaikan tes, dibagi
menjadi 2 yakni Power test (waktu tidak dibatasi) dan Speed test (waktu
dibatasi). Dilihat dari segi bentuk responnya, tes dibedakan menjadi 2, yakni Verbal
Test (jawaban berupa kalimat baik lisan maupun tulisan) dan Nonverbal
Test (jawaban berupa perbuatan). Dilihat dari segi cara mengajukan
pertanyaan dan cara memberikan jawabannya, tes dibagi menjadi 2, yakni tes
tertulis dan tes lisan.[5]
B.
TEKNIK
NONTES
Teknik ini
dapat digunakan sebagai suatu kritikan terhadap kelemahan teknik tes. Dengan
teknik ini, maka evaluasi dilakukan dengan tanpa ”menguji” peserta didik,
malainkan dengan observasi, wawancara, dan lain-lain seperti yang akan
dipaparkan di bawah ini.
Teknik Non-tes inipun dibagi menjadi beberapa golongan, antara lain :
1.
Pengamatan (Observation)
adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis,
objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi yang
sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu.
2.
Wawancara (Interview)
merupakan salah satu bentuk alat evaluasi jenis non-tes yang dilakukan melalui
percakapan dan tanya jawab, baik langsung maupun tidak langsung dengan peserta
didik.
3.
Skala sikap (Attitude
Scale/Skala Likert). Peserta didik tidak hanya disuruh memilih pernyataan-pernyataan
positif saja, tetapi juga pernyataan-pernyataan yang negatif. Tiap item dibagi
menjadi lima skala, yakni SS, S, TT, TS, dan STS.
4.
Daftar cek (Check List),
yaitu suatu daftar yang berisi subjek dan aspek-aspek yang akan diamati. Daftar
ini memungkinkan guru sebagai penilai untuk mencatat tiap-tiap kejadian yang
betapapun kecilnya, tetapi dianggap penting.
5.
Skala penilaian (Rating
Scale). Dalam daftar cek, penilai hanya dapat mencatat ada tidaknya
veriabel tingkah laku tertentu, sedangkan dalam skala penilaian
fenomena-fenomena yang akan dinilai itu disusun dalam tingkatan-tingkatan
tertentu.
6.
Angket (Quesioner).
Angket mempunyai kesamaan dengan wawancara, kecuali dalam implementasinya. Angket dilaksanakan secara tertulis, sedangkan
wawancara dilaksanakan secara lisan.
7.
Studi kasus (Case Study) adalah studi yang mendalam dan
komprehensif tentang peserta didik, kelas atau sekolah yang memiliki kasus
tertentu. Misalnya, peserta didik yang sangat cerdas, sangat lamban, sangat
rajin, sangat nakal atau kesulitan dalam belajar.
8.
Catatan insidental (Anecdotal Records) adalah catatan-catatan
singkat tentang peristiwa-peristiwa sepintas yang dialami peserta didik secara
perseorangan. Catatan ini merupakan pelengkap dalam rangka penilaian guru
terhadap peserta didiknya, terutama yang berkenaan dengan tingkah laku peserta
didiknya.
9.
Sosiometri adalah suatu prosedur untuk merangkum, menyusun, dan sampai
bats tertentu dapat mengkuantifikasi pendapat-pendapat peserta didik tentang
penerimaan teman sebayanya serta hubungan diantara mereka. Teknik ini merupakan salah satu
cara untuk mengetahui kemampuan sosial peserta didik. Langkah-langkahnya yaitu
memberikan petunjuk atau pertanyaan, mengumpulkan jawaban yang sejujurnya dari
semua peserta didik, jawaban-jawaban tersebut dimasukkan ke dalam tabel.
10.
Inventori kepribadian, jenis
non-tes ini hampir serupa dengan tes kepribadian. Bedanya, pada inventori,
jawaban peserta didik tidak memakai kriteria benar salah. Semua jawaban peserta
didik adalah benar selama dia menyatakan yang sesungguhnya. Walaupun demikian,
dipergunakan pula skala-skala tertentu untuk kuantifikasi jawaban sehingga
dapat dibandingkan dengan kelompoknya.
11. Teknik pemberian penghargaan kepada peserta didik. Kegiatan evaluasi bukan hanya
dilakukan pada dimensi hasil, tetapi juga pada dimensi proses. Salah satu bentuk penilaian proses adalah pemberian
penghargaan (reward).[6]
KESIMPULAN
Dari beberapa uraian diatas, dapat diketahui bahwa
untuk memperoleh data-data atau informasi yang valid dan reliable, nampaknya
tidak bisa kita lakukan dengan teknik tes saja, akan tetapi juga harus dengan
teknik non-tes. Untuk mengetahui hasil belajar peserta didik berupa pengetahuan yang
bersifat teori, bisa dilakukan dengan teknik tes. Sedangkan untuk mengetahui
sikap dan perkembangan psikologi peserta didik, seorang evaluator harus
menggunakan teknik non-tes. Hal ini dimaksudkan agar data yang akan didapatkan
bisa lebih teruji kebenarannya dan dapat dipertanggungjawabkan.
Teknik tes bisa dibagi menjadi beberapa
golongan tergantung dari segi mana dan alasan apa penggolongan itu dilakukan.
Seperti salah satunya jika dilihat dari fungsinya, maka tes dibagi menjadi tes
masuk, tes awal (pre test), tes akhir (post test), tes formatif,
sumatif, dan diagnostik. Sedangkan teknik nontes dibagi menjadi beberapa
golongan juga, diantaranya pengamatan (observasi), wawancara (interview),
angket (quesioner), skala likert, dan lain-lain. Kedua teknik tersebut
diatas bisa dilakukan untuk memperoleh informasi atau data-data dari objek yang
akan diteliti.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2011)
Arikunto, Suharsimi, Dasar-Dasar
Evaluasi Pendidikan (edisi revisi), (Jakarta: Bumi Aksara, 2008)
Nurgiyantoro,
Burhan, Penilaian Dalam Pengajaran Bahasa
dan Sastra, (Yogyakarta: BPFE, 1987)
Daien
Indrakusuma, Amir, Evaluasi Pendidikan,:
Penilaian Hasil-Hasil Belajar, (TT: Terbitan Sendiri, TT)
Lubis, Mawardi, Evaluasi Pendidikan Nilai,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009)
Sudijono,
Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan,
(Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2011)